Minggu, 01 Desember 2019

Contoh cerpen cerita pendek


Sosis bakar
Dipohon ini sekitar 7 tahun lalu adalah tempat di mana saya menunggu teman saya kembali ke sekolah.  Saya berada di sekolah yang berbeda.  Dan kenyataannya adalah bahwa sekolahnya memiliki jam lebih panjang dari sekolah saya.
Rumahnya dan rumah saya sangat dekat. Hanya beberapa langkah dari gerbang rumah saya, saya telah mencapai gerbang rumahnya.  Tidak hanya itu, saya pun rela menunggu selama 1 atau 2 jam.  Teman saya memanggil saya Galang.  Teman masa kecilku  Teman terbaik bagi saya.
 "firaaaa!!"
 "Apakah kamu sudah lama menunggu?" Dia bertanya.  Saya menggelengkan kepala .  "Ya, ayolah!" Dia menggeret tanganku untuk pergi.  Tentu dengan senang hati aku menurutinya.  Dan akhirnya Galang dan saya berhenti tepat di depan .  Stand kecil sosis bakar.
Kebiasaan saya dan Galang sebelum datang dan pesan adalah mencium aroma manis dan lezat yang menyebar di hidung dan kemudian mengucapkan kata-kata dengan lembut.  "Sosis bakar,"
Galang dan aku membelinya sepulang sekolah.  Dengan ngempul kan sisa uang saku yang lebih, aku dan Galang makan bersama.  Meski saat itu saya ingat sekarang, sosisnya sama.
Mungkin karena Galang, sahabat yang paling baik, membuat sosis yang berbeda di lidah saya saat itu.  Kebiasaan saya dan Galang berlanjut sampai saya lulus.  Ketika kami tumbuh bersama, ketika kami berada di stand sosis bakar ini, saya dan Galang melupakan semuanya.  Sampai hari berikutnya ..
 "Aku akan pergi," katanya, sambil memegang sosis bakar sambil berjalan.
 "Mau kemana?" Tanyaku karena aku tidak fokus dan tetap menikmati sosis tersebut.
 "Amerika,"
 "Berapa hari?" Tanyaku yang sambil mementingkan makan sosis, daripada kata-kata sahabatku.
Galang berhenti berlari.  Dia memanjat, menghadap saya dan membuka mata saya.
 Dan kebenarannya adalah ...
Saya tidak tahu bahwa setelah persahabatan saya dan Galang tahun lalu, Galang menyembunyikan penyakit yang dideritanya yaitu kanker pankreas yang telah mengintai stadium akhir itu.  Dengan bodohnya saya, saya tidak memperdulikan itu.  Baru setelah tahun pertama kepergiannya ke Amerika Serikat untuk pengobatan, saya harus menghadiri pemakamannya.  Galang meninggal,
Untuk pertama kalinya saya sangat marah dengan apa yang terjadi.  Saya kira galang adalah teman yang terburuk di dunia.  Ini memberikan saya kesedihan dan kesedihan yang sangat mendalam bagi saya.
Saya sangat sedih.  Saya datang dan membersihkan kuburannya.  Membersihkan rumput liar yang tumbuh.  Kejadian ini membawa kehidupan baru bagi saya.  7 tahun kemudian.  Kebiasaan itu berlanjut sampai akhir pertanyaan.
 "Kemana kamu pergi?"
 "mengunjungi galang,"
 "Serius.  Kemana kamu pergi? "
Saya diam.  Lagi pula, saya tahu petunjuk pertanyaan ibu itu. Tapi saya menghiraukan dan terus berjalan.  Karena ketika saya mencoba menjawab, dada saya terasa mati rasa.
Saya tidak suka karena dada saya sangat sesak, Galang terus datang ke pikiran saya.  Dan hari ini, selama tujuh tahun terakhir, saya belum pernah ke makam Galang, teman saya yang terkasih.
Saya datang ke pohon besar ini, dan di sini dimana saya dan Galang di masa sekolah, disini saya menunggunya sambil berteduh dipohon yang sudan menua ini.  Sama seperti saya yang sudah berusia 25 tahun.
Tiba-tiba saya teringat akan bayang-bayangnya saat berjalan ke arahku.  Mengguncang lenganku.  Lalu kami berjalan bersama.  Akhirnya berhenti di sebuah stand yang masih berdiri selama tahun-tahun.
 "pak, sosis satu"
Tiba-tiba saya ada di sini dan memesan sosis bakar.  Saya hanya bisa sedikit berkeringat.  Galang, Kepada temanku tersayang yang ada di sana.
Saya merindukanmu dengan sosis yang kami beli dan berbagi.  Aku rindu kamu  Sungguh.  Apakah kamu juga merindukanku?  Saya tersiksa karenanya.  Aku merindukanmu, temanku.
Dening: Fatwa Nur Shajida

Tawa Peliharaa
Pak Mukidi, pemilik sapi tetapi memiliki hewan peliharaan yang suka bicara lucu dengan kelelawarnya. Ketika datang ke phytochemical lainnya, phytochemical harus membuat cerita lucu dan menjualnya sampai adonan tertawa.
kadang kaki tangan saya menceritakan kisah pengalaman aneh mereka yang tidak pernah mereka alami. misalnya Anda tidur di meja dan bepergian dengan banyak barang.
Perilakunya terkadang terdengar seperti badut jika itu hanya lelucon. Anak-anak anjing lainnya dengan senang hati merespons ketika mereka bersama anak anjing. Anda harus menanggapi sesuatu yang tidak jelas atau aneh.
Suatu hari, induk ayam terbang pergi, dan bersembunyi di dalam tangisan yang dalam. Sampai kepiting ayam tidak memetik pohon di dalam gua.
"Apakah kamu ingin kandang ayam," tanya kandang itu.
"Aku sedih dan sedih. rambut saya berbeda, rambut saya seperti ini, dan itu tidak rapi. "
“Aku merasa sangat sedih. jika Anda memiliki masalah bulu Anda frustrasi. tubuhku bahkan punya bulu! "
“Saya pikir setiap hari saya harus menulis cerita-cerita aneh untuk bisa dekat dengan saya. Teman-teman Anda akan berbicara kepada saya tentang bulu-bulu Anda. kecuali itu lucu atau lucu.
"Yah, kamu salah paham denganku! tidak harus lucu di balik layar untuk membuat Anda bahagia. Akan ada banyak kesenangan jika Anda ingin berbagi cerita lain.
Adalah salah bahwa Anda bahkan harus lucu atau unik dan menarik perhatian orang yang anda cintai.
Apakah kamu tidak suka anak kecil? Saya tidak harus membuat setiap hari berdagang dengan teman-teman saya.
“Buatlah rasanya enak! Pak Koboi bahkan membuat saya bernapas, bukan untuk menjadi lucu dan lucu. Bahkan, saya tidak pernah menjualnya dan masih memiliki banyak di belakangnya!
Penting bahwa Anda bersedia membantu dan mendengarkan pendapat Anda. Hal utama adalah mengatakan yang sebenarnya tentang kebenaran dan tindakan yang salah. Saran dari seorang teman
'' Saya ingin tahu apakah ini kondominium Anda. Ini jauh lebih baik daripada rekan saya, jadi Anda bisa membuatnya lucu. Yah, kurasa aku selalu harus berdiri dan bergaul dengan teman-temanku.
"Saya pikir tidak lucu untuk tinggal bersama pacar saya"
“Sudahlah! Dia mungkin ingin tinggal bersama teman yang baik. Kecuali sekarang Anda menjalani kehidupan normal saya. Kedengarannya lucu tapi tidak berhasil. Akan bagus untuk memiliki hubungan yang baik dengan Anda, "katanya.
"Kamu bahkan tidak tahu mobilnya, aku tidak ingin mendorong diriku sendiri. Saya tidak berpikir itu aneh. Setidaknya saya bosan berdagang setiap hari. Maaf, kamu yang terbaik ”
Karena hari ini saya tidak punya ayam, kami tidak harus menjualnya hari ini. awalnya ayamnya terpesona oleh perilaku ayam sekarang. Tapi sekarang, semakin banyak ayam yang masih mau berbagi cerita
Dening : Naila Kalafatunnafa

Teman Selamanya
Namaku ovi,aku punya teman namanya mutika.Tika itu temanku mulai aku masuk sekolah ini.Tika itu orangnya baik dan setia kawan.Tika biasa manggil aku tukang melamun,tapi aku tidak pernah risi kalau dipanggil seperti itu,ya mungkin karena sudah biasa.” Doorrr.... ijig ijig,suaranya tika membuat aku kaget.” Ih kamu tik ngagetin aku aja,nanti kalau aku jantungan gimana? kamu mau apa tanggung jawab? Jawabku kepada tika”. Yah maaf lah vi,kamu si ngelamun aja.Yasudah itu bel,ayok segera masuk.Keburu dimarahi sama bapak guru.Jawab tika kepada aku”.Setelah itu aku dan tika masuk dikelas sama-sama.
Bel tanda pulang sekolah sudah dibunyikan.Seperti biasanya aku dan tika pulang bersama,tapi sampai ditengah jalan,aku dan tika terpisah karena tika mau mampir ketukang jahit ngambil bajunya ibunya.Setelah aku pulang sendirian,” ijig ijig,buuukkk.... buku yang aku bawa ditangan tadi hilang ditabrak anak kecil,minta maaf ya mbak”, iya tidak apa-apa,cuma buku aja kok yang hilang,maka dari itu dek,kalau jalan itu yang hati-hati ya,” iya mbak”.
Seperti biasanya aku berangkat sekolah dulu.Ya seperti biasanya aku ikut pelajaran bapak dan ibu guru,tapi hari ini tidak seperti biasanya.Tika ya tika,aku tidak ketemu dia sehari ini.Akibat kwatir karena tika,aku memutuskan pulang sekolah berangkat ke rumahnya tika.Sampai depan rumahnya tika,suasana rumahnya tika tidak seperti biasanya,sepi sekali seperti kuburan saja.Akhirnya aku memutuskan,aku bertanya kepada satpam rumahnya tika,ternyata sudah tidak tinggal dirumahnya itu.Tetapi begitu,aku dikasih alamat rumahnya tika yang baru.Pulang dari rumahnya tika,aku kepikiran kenapa tika kok pindah,kenapa tidak tinggal disana saja? Terus kepikiran kenapa tika tidak ngomong masalahnya itu ke aku? Aku kan temannya? Apa tika lupa mengabari aku? Aku jadi bingung sendiri mikir tika.
Paginya hari minggu,aku pagi-pagi berpamitan dengan ibuku mau mencari alamat rumahnya tika yang baru.Satu jam lebih aku berputar melewati gang-gang,sampai akhirnya aku menemukan alamatnya.Sampai depan rumahnya,aku kaget tika yang biasanya hidup enak sekarang malah hidup ditempat yang kumuh dan sempit.” Assalamualaikum,ngomongku setelah sampai depan rumahnya tika.” Waalaikumsalam,jawab tika saat membuka pintu rumahnya.
Tanpa banyak bicara seperti biasanya,tika mengajak aku masuk kerumahnya.Tika menceritakan semua masalahnya itu ke aku ,kalau keluarganya itu punya hutang kepada bank,tetapi sayangnya tingkah keluarganya tidak kuat membayar,akhirnya rumahnya itu disita oleh bank.” Yasudah lah tik,tidak perlu sedih terus,masih ada aku temanmu,aku selalu ada seterusnya disampingmu untuk senangmu atau sedihmu.Bicaraku untuk menenangkan tika karena masalah itu.” Aku bersyukur sekali vi sama allah,karena allah sudah ngasih temen seperti kamu.”Jawab tika untuk aku”. Yaudah gini aja,kita buat janji kalau kita akan terus bersama tidak akan pernah berpisah walaupun kamu dan aku jauh.”Gimana tik? Mintaku kepada tika.”Ayo”jawab tika semangat.
“ Kita itu teman selamanya,kita itu pasti bersama-sama,tidak akan terpisah karena jarak dan tetap jadi teman sampai akhir hidup kita.” Jawab tika sama aku bersamaan dengan tertawa.”
Dening : Jelita Novi Ramadhani

T
Sandal Baru
          Di pasar adiknya Eka merengek ingin mendapatkan sandal baru. Sandal adiknya memang telah robek dan tidak berbentuk. Adik Eka bernama Rina, usianya 5 tahun. Eka sangat sayang dengan adiknya, karena itu adalah adik satu-satunya. Eka dari keluarga yang tidak mampu, ayahnya hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya sebagai tukang cuci di desanya.
 "Mbak belikan sandal yang warnanya pink itu dong, kelihatannya bagus sekali," pinta Rina sambil ingin menangis.
"Mbak tidak punya uang, Rin. Uang ini saja hanya akan digunakan membeli sayuran saja, "jawab Eka pada adiknya.
          Meskipun tidak dituruti, Rina tetap menerima. Anak itu sudah mengerti bahwa hidup mereka sulit, untuk makan saja sudah kesulitan apalagi untuk membeli sandal.
          Setelah dari pasar membeli sayuran Eka kembali ke dalam rumahnya yang seperti gubuk tapi masih tetap terlihat rapi, karena Eka orang yang rajin dan patuh. Rumahnya dari anyaman bambu dan atapnya telah rapuh dimakan rayap, tapi depan rumahnya banyak bunga yang mekar.
       Meskipun keluarga Eka tidak mampu, tapi ayahnya ingin Eka menjadi sukses dan ingin menyekolahkannya sampai perguruan tinggi. Ayahnya tidak kecewa karena Eka termasuk siswa yang pintar di sekolah. Malamnya saat Eka akan belajar dan ayahnya akan kembali ke pekerjaannya.
"Ka, kamu harus menjadi orang yang berguna dan melebihi ayah yang hanya menjadi buruh bangunan," kata ayahnya Eka.
"Ya Pak, aku akan berusaha"
          Di pagi hari yang dingin Eka sudah bangun dan mempersiapkan sepeda yang akan digunakan ke sekolah. Eka berangkat pagi karena Eka ingin mengikuti lomba Cerdas Cermat yang diadakan SMA. Setalah Eka berpamitan dengan orang tuanya.
 "Pak, Bu, aku ingin berangkat dulu. Mudah-mudahan, saya bisa menjadi pemenang dalam lomba agar bias pergi membeli sandal untuk Rina, "Pamit Eka sambil menjabat jabat tangan orang tuanya.
"Ya, Amin. Hati-hati ya nak, "kata ayahnya.
"Mbak, nanti beli sandal ya?" Adiknya yang senang karena tahu akan dibelikan sandal.
          Setelah tiba di Sekolah Eka snagat gugup karena sudah ramai dan ada peserta dari sekolah lain. Sekolah juga dipasangi spanduk yang warna-warni, dinding sekolah telah dicat warna oranye yang bagus.
          Perlombaan Eka bisa menjawab pertanyaan yang dibacakan juri dengan benar. Ini waktunya pengumuman juara, ternyata yang mendapatkan juara 1 adalah Eka. Eka langsung menerima piala serta amplop yang berisi piagam ditambah uang pembinaan. Dia kembali ke rumahnya dengan gembira sambil mengendarai sepedanya.
" Assalamualaikum. Bu, Pak. "
"Wa'alaikum salam, ada apa, Ka?" Tanya ibu Eka.
"Ibu, aku menerima juara 1 dan Rina akan memiliki sandal baru."
" Alhamdulilah, Ka. Anak Ibu memang benar-benar cerdas.Ibu semakin saying kepadamu." Kata ibu dengan senang dan bangga.
           Pada sore hari, setelah berganti pakaian Eka mengajak adiknya ke Pasar membeli sandal baru.
"Beli sandal warna apa Rin?" Tanya adiknya ke Eka.
"Warna merah muda Mbak!"
          Eka langsung membeli sandal yang diinginkan adiknya.  Didalam hati Eka Lega karena bias menuruti keinginan adiknya dengan jerih payahnya sendiri.
"Terima kasih ya mbak" hati eka senang.
By:selvira
                                                                                      Cintaku jauh di langit
Jauh kulepaskan tatapan, terbang bebas di atas hamparan kebun teh dan lintasan Jakarta Bandung yang meliuk berliku, juga menukik. Di sini, di atas sebuah bukit, di areal perkebunan teh Puncak, Jawa Barat, kurapatkan duduk dari tadi. Ada rindu menyeruak di antara haru yang kurasakan sesak setiap kucoba mengingat kenangan setahun lalu, di sini, Ramadhan yang lalu, bersama Abraar.
Sengaja memang, kutinggalkan Jakarta menuju Puncak. Hanya untuk melihat kembali saksi kisah bahagia sekaligus kisah perih yang pernah terajut di sini. Kisah itu mengalun kembali seiring menggemanya nama Abraar memenuhi ruang hatiku, ketika kucoba mendesiskan namanya.
Ou, juga kerelaanku menerima takdir. Kisah lalu itu adalah perjalanan hidup, mungkin seperti lintasan Jakarta Bandung yang penuh liku.
"Hey!"
Seorang cowok datang menyapaku. Kubalas dengan senyum. Terlalu sibuk dengan kisah lalu, aku telah meng¬anggap diriku sebagai penghuni tunggal bukit ini. Padahal sejak siang tadi, pengunjung banyak berdatangan. Sekadar menikmati hawa dingin bukit ini, hijaunya hamparan teh atau aktraksi paralayang yang bertolak dari bukit ini sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Paralayang? Aku menggeleng perlahan, tanpa sadar. Cowok di sampingku mengerutkan kening tanda tak mengerti dengan gelenganku.
"Namaku Kade,” ucapnya kemudian sambil mengulurkan tangan untukku.
“Vira !” balasku singkat tanpa meraih uluran tangannya.
“Kamu sepertinya ada masalah" ucapnya lagi sambil menarik kembali uluran tangannya yang tak kusambut.
Aku terdiam. Dingin yang semakin menusuk membuatku menarik ruslui¬ting jaket, lalu melipat tangan di dada. Kualihkan kembali tatapanku ke kaki bukit. Lintasan Jakarta Bandung, sepi. Hanya sesekali kendaraan melintas, membuat jalan beraspal itu seperti liukan anaconda raksasa yang sedang tertidur. Kade, cowok yang agak jauh di sampingku, nampaknya belum juga beringsut. Bahkan berceloteh sendiri.
"Dulu, setiap ada masalah, aku selalu melarikan diri ke sini,” ungkap¬nya. “Jarak Bandung ke sini, nggak kupeduli. Di sini aku bisa sendiri, bahkan terbang ke langit sana.” lanjut¬nya sambil menatap langit barat.
Aku yang dari tadi menganggapnya patung, kini terhipnotis untuk balik menatapnya. Kalimatnya membuat bayangan Abraar seperti utuh berada di depanku.
Dulu, Abraar selalu ke sini. Tiap minggu! Menunggu angin datang, lalu mengembangkan parasutnya. Terbang melintas di atas hamparan kebun teh, semua karena dia berambisi untuk menjadi atlet para¬layang.
Abraar, pemilik lesung pipit itu kurasa¬kan semakin nyata di depanku. Tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Dan lesung pipinya, seolah memiliki magis yang mampu melesakkan aku masuk ke dalamnya. Namun semua kesempurnaan itu membuatku semakin tak bisa berharap banyak. Jalan bersama dia pun rasanya sudah anugerah besar buatku. Hanya keramahan, juga kerendahan hatinya yang membuatnya mau berteman denganku. Siapa sih yang mau berteman dengan gadis cacat sepertiku? Kalau pun banyak yang memujiku cantik, namun terlalu sedikit yang mau jalan dengan seorang cewek berkaki pincang sepertiku.
Tapi Abraar, awal kedekatannya denganku kuanggap sebuah hinaan. Aku salah sangka, aksi pedekate nya padaku kupikir hanya karena otakku yang encer. Karena kutahu betul, dia selalu berada di peringkat terakhir bahkan pernah terancam tidak naik kelas.
Namun ketika dia berhasil menak¬lukkan hatiku untuk menjadi temannya. Abraar lain dari yang kupikir. Dia tak pernah memberiku kesempatan untuk putus asa, tak pernah malu melangkah di sampingku, yang jalannya terseok-¬seok karena kaki kiriku yang tidak normal sejak lahir.
“Semua karena aku tahu, tak banyak yang mau berteman dengan kamu,” ungkapnya jujur ketika kutanya alasan kedekatannya denganku.
Beribu kalimat sumbang pun akhirnya terlontar. Abraar yang otaknya tumpul di kelas, ternyata juga berotak udang dalam mencari pacar. Vira, gadis cacat yang bukan hanya pintar di kelas tapi juga punya ilmu hitam yang bisa membuat cowok bertekuk lutut. Dan entah kalimat apalagi, yang semakin membuatku sadar dengan kekuranganku.
Aku tenang saja. Toh, Abraar juga tak menanggapinya. Tapi ketenangan itu akhirnya terusik juga. Terusik oleh mimpi seekor pungguk sepertiku yang merindukan bulan, jauh di langit sana. Kedekatanku dan banyak jalan bersa¬manya telah membuat hatiku dihinggapi penyakit cinta yang tidak seharusnya diidap oleh gadis cacat sepertiku.
Kusimpan cinta itu menjadi siksa jiwa. Aku tak peduli itu menyiksa, tak kuhiraukan meski sering membuatku menangis. Semua demi kelangsungan persahabatanku dengan Abraar.
Ya, persahabatan ! Aku tak boleh melewati garis batas itu. Sekali aku menyebut kata cinta buat Abraar, persahabatan itu akan hancur. Tak ingin kusesali ke-bodohanku kelak.
"Hey !"
Sapaan Kade membuat lamunanku buyar. Bahkan dia habis meninggalkan¬ku sendiri tanpa kusadari. Buktinya, sebuah careel berisi parasut telah bergantung di punggungnya. Dulu Abraar begitu gagah setiap membawa careel parasut seperti itu.
"Sori, aku ditugaskan untuk terbang. Untuk memberi aktraksi kepada para pengunjung di sini. Tapi aktraksi ini spesial kupersembahkan untukmu. Untuk awal perkenalan kita, " ujarnya sambil tersenyum.
Dia melebarkan parasutnya, memasang harness dan helm penga¬man. Entah berapa detik dia berdiri mematung, memperhatikan bendera kecil yang ditancapkan di salah satu tembereng bukit. Saat bendera itu berkibar pertanda ada angin, sejenak Kade melirikku sekali, lalu berlari mengambil awalan, dan di ujung ketinggian bukit, dia terbawa angin.
Seperti elang, Kade terbang mengitari perkebunan teh. Manarik dan mengulur tali parasutnya. Aku terpana melihatnya. Seolah Abraar yang sedang terbang di sana. Aku duduk kembali. Pengunjung yang lain masih terus menatapnya. Lain denganku, tadi ketika Kade terbang mengitari perkebunan teh, ada bahagia sekaligus ketakjuban melihatnya, tapi ketika dia memilih untuk terus menarik parasutnya, membuatnya, semakin tinggi. Di posisi terbangnya yang sejajar dengan matahari yang terhalang awan. Dia berhenti di situ. Berdiam diri! Lama sekali. Posisi seperti itu membuat kenanganku dengan Abraar datang mengiris.
Dua bulan terakhir kebersamaanku dengan Abraar, dia selalu terbang ke sana. Terbang hingga ketinggian yang sejajar dengan matahari sore. Padahal sebelumnya, dia tak pernah melakukan itu. Aku bisa menebak, jika dia. memen¬dam masalah berat dan melarikannya ke awan sana.
"Aku bahkan mau terbang hingga ke langit. Sayang nggak bisa! Meski kuyakin itu akan terjadi. Tak lama lagi!" ucapnya suatu sore, saat baru landing dari penerbangannya yang tinggi. Sedikit pun aku tak menanggapi kalimat itu. Aku hanya memperhatikan dia sibuk melepaskan harness.
Kebiasaan Abraar terbang seperti itu, bermula saat dia dinyatakan gagal menjadi atlet nasional di olahraga paralayang. Jelas sekali ada kecewa, padahal sebelum mengikuti test dia sempat bercerita jika dia tak takut gagal. Toh, ini hanya kujadikan sebagai hobi sekaligus hiburan, katanya. Tapi akhirnya? Kegagalan itu membuatku menemukan Abraar yang lain dalam dirinya yang sebenarnya.
Aku mencoba belajar menghadapi kenyataan. Sedikit demi sedikit aku melangkah menjauh. Siapa tahu kedekatanku dengannya telah membuat dia bermasalah. Apalagi, akhir akhir ini sering kudengar dia menyebut nama Yuni di depanku. Kutahu dia mencintai¬nya, juga kuyakin jika Yuni tak akan menolak jika tahu perasaan Abraar.
Ketika kusadar bahwa aku menjadi penghalang, kucoba untuk beringsut. Bukankah mengharap terus cintanya, juga sebuah siksa bagiku? Jika aku menghindar, itu berarti aku telah memberi kebahagiaan buat Abraar yang juga pernah memberiku bahagia meski akhirnya aku melukai diriku sendiri dengan mimpi yang tak mungkin berwujud.
"Maukah kamu menerima cintaku?"
Seperti tak sadar ketika suatu hari, kudengar dia mengucapkan kalimat itu untukku.
"A..aku!" gugupku.
Dia mengangguk serius. Menatapku tanpa henti. Sayang sekali, tatapan yang sebelumnya selalu kuakui mendamai¬kan, saat itu malah membuat hatiku porak poranda. Bagaimana tidak, kalaupun aku pernah berani bermimpi untuk memilikinya, sedikit pun aku tak berani untuk mewujudkannya, Laksana terbang ke langit, saat untuk kedua kalinya dia mengucapkan cinta padaku. Aku melayang tanpa parasut. Terlebih, tanpa sayap! Karena aku memang bukan burung dara yang sempurna.
“Hey!”
Lagi lagi Kade datang melerai kenanganku bersama Abraar. "Kalau kamu mau, aku bisa memba¬wamu terbang seperti tadi. Aku biasa jadi pelatih untuk penerbang pemula." ucapnya sambil melirik jam di perge¬langannya. "Masih bisa untuk sekali penerbangan."  Aku menggeleng.
"Kenapa, takut? Sekali kamu terbang, kamu akan ketagihan. Yakinlah! Di atas sana kamu boleh membuang semua bebanmu. Bahkan melupakan semua masalahmu. Ketinggian selalu menjanjikan mimpi. Mimpi yang indah!" Kade memohon lagi.
Apapun alasannya. Aku tetap menggeleng! Aku pun tahu, ketinggian selalu memberi mimpi yang indah, tapi aku lebih tahu jika terkadang ngarai menunggu di bawah. Apa artinya melambung sejenak bersama mimpi sementara hati juga harus selalu siap untuk terluka saat harus terhempas?
"Okel Nggak apa apa. Tapi kamu mau jadi temanku, kan?"
Tatapanku lurus menancap ke bola mata Kade. Sedikit teriris hatiku mendengarnya. Bagaimana tidak? Kuyakin kalimat itu terucap darinya karena belum sadar jika gadis yang berada di depannya tak bisa berjalan normal.
"Apa untuk menjadi teman, aku harus menunggu lama?" lanjutnya lagi. "Padahal aku berharap lebih dari itu."
Tatapanku yang tadi menancap di bola matanya, kini kularikan ke kaki bukit. Sore semakin layu, kabut pun menebal. Di bawah sana, speaker Mesjid Atta'Awun mengalunkan kalimat suci. Sebentar lagi maghrib. Aku harus turun.
"Boleh, kan?" desaknya meminta jawaban.
Aku tetap diam. Gelap yang merambat membuat semua kendaraan yang melintas di jalan Jakarta Bandung harus menyalakan lampu sorotnya. Lintasan panjang berliku itu, yang tadi mirip anaconda raksasa yang sedang tertidur, kini kilatan kilatan lampu kendaraan yang melintasinya tak ubahnya barong¬sai raksasa yang sedang berjalan meliuk.
Pengunjung bukit mulai turun satu per satu. Kade berpindah ke depanku. Menatapku tajam! Tapi aku memilih untuk melangkah. Langkah pincang yang terseok. ¬Tersaruk saruk! Dan kuyakin, dengan melihat itu, Kade akan tercengang sekaligus mema¬tung. Tanpa pemah mau mengiringi langkahku.
Selangkah, dua dan tiga kali aku melangkah menuruni bukit. Tanpa berbalik pun kutahu, apa yang sedang Kade perbuat. Dia tak akan pernah mau berteman dengan gadis pincang sepertiku.
Ada haru yang menyeruak ketika semakin kusadar bahwa Kade tak mengikuti langkahku. Bukan karena ingin dia bersamaku, sekali lagi bukan! Haru itu menye¬ruak karena mengingatkanku pada satu satunya orang yang mau melangkah bersamaku. Abraar!
Ramadhan tahun lalu pun aku masih sempat menuruni bukit ini bersama Abraar. Buka puasa dan shalat jama'ah di Mesjid Atta'Awun. Lalu pulang membawa moci dan peuyem sebagai oleh oleh. Aku tak boleh menangis. Tekadku sambil menyeret langkah. Kuingin cepat tiba di mesjid. Menanti maghrib dan mengadukan semua bebanku pada Allah yang bersinggasana di langit yang jauh. Sekaligus mengirim doa buat Abraar di sana.
Aku tak pernah melupakan selalu kupuji kemurahan hati Abraar yang mau berteman denganku. Meski untuk mencintaiku, belakang¬an kutahu jika itu hanyalah pelarian. Kepiawaian Abraar mempermainkan tali parasutnya, keberaniannya menan-tang angin, tak diragukan lagi untuk menjadi atlet nasional paralayang. Tapi, semua keahlian itu harus diabaikan karena dokter memvonisnya sebagai penderita kanker otak ketika ikut test kesehatan, dalam seleksi atlet nasional.
Lama sekali baru aku tahu penyakit Abraar itu, meski kulihat ada duka yang menggantung di setiap tatapannya. Meski kuarasakan ada keanehan dari sikapnya yang selalu menerbangkan parasut ke ketinggian yang sejajar dengan matahari. Barulah setelah dia terbaring lemas dan hendak menghembus¬kan napas terakhirnya, dia meminta maaf atas cinta semunya padaku.
Ada Yuni yang mengisi ruang hatinya. Begitu cintanya pada Yuni, Abraar tak ingin Yuni teruka dengan kehilangan dirinya kelak Aku pun jadi korban pelarian itu. Aku tak tahu perasaan apa yang berkeca¬muk di hatiku saat mendengar pengakuan Abraar. Aku ingin membenci tapi dia telah membuatku berarti.
Hanya sesaat setelah aku membasuh tubuhku dengan wudhu, adzan maghrib menggema. Segelas air putih kuteguk, tambah beberapa buah moci. Lalu meraih mukenah dan mengambil tempat di barisan jamaah yang hendak shalat.
Khusyu' sekali aku dalam shalat, lalu melantunkan doa untuk Abraar. Doa untuk ketenangannya di 'ketinggian' sana.
Ketika aku keluar mesjid, hendak membeli oleh-¬oleh khas Puncak. Kudapat-kan sosok Kade yang sedang menghampiri seorang cewek yang lumayan manis. Tentu saja aku tak cemburu apalagi terluka. Allah yang pemurah pernah mengirimkan Abraar untuk mencintaiku. Meski dengan cara lain. Kuyakin juga, Allah, kekasihku yang bersinggasana di langit sana, akan selalu hadir di hati. Untuk mendengar doaku!
By:hidayatus

Menemukan Dompet
Sudah beberapa bulan aku menunggu panggilan kerja. Rasanya hariku pilu bingung tanpa arah. Kerjaanku hanya luntang-lantung di rumah. Aku bingung harus ngapain. Ingin usaha tapi tak punya modal. Suatu hari, kuniatkan untuk bertemu teman-temanku, sekedar berbagi tentang masalahku ini.
Saat jalan menuju rumah temanku, di samping jalan sedikit ujung dari trotoar, aku melihat sebuah dompet berwarna hitam. Kuhampiri dompet itu, kubuka, dan kulihat isinya. KTP, SIM A, beberapa surat- surat penting, tabungan yang isinya fantastis, dan sebuah kartu kredit. Dalam pikiranku muncul suara agar aku menggunakan isi dalam dompet itu. Tapi tidak, aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya. Tak selang berapa lama setelah aku pulang dari rumah temanku, kukembalikan dompet itu. Bermodalkan alamat di KTP, aku menemukan rumahnya di perumahan elit dekat dengan hotel Grand Palace. Kupencet bel dan kemudian dibuka oleh tukang kebun yang bekerja di rumah itu.
“Permisi, Pak. Benarkah ini alamat Pak Budi?” Tanyaku.
“Iya benar. Anda siapa, ya?” Tanya tukang kebun.
“Saya Adi, ingin bertemu dengan Pak Budi. Ada urusan penting.”
“Baiklah silakan masuk, kebetulan bapak ada di dalam,” Pinta tukang kebun.
Aku masuk dengan malu-malu ke dalam rumah megah pemilik dompet yang kutemukan.
“Ada apa? Siapa Kamu?” Tanya pemilik rumah itu kepadaku.
“Saya Adi, Pak. Mohon maaf sebelumnya, saya menemukan dompet Bapak di trotoar dekat hotel.”
“Oh, ya silakan duduk, Nak!”
Aku duduk di dekat beliau dan menyerahkan dompet yang kutemukan tersebut.
“Kau tinggal di mana, Nak? Dan bekerja di mana?” Tanyanya dengan penasaran.
“Di kompleks Asri Cempaka, Pak. Saya masih ngganggur sudah berbulan-bulan melamar tapi belum dapat panggilan.” Tambahku. “Kau sarjana apa?” Tanyanya
“Ekonomi Manajemen, Pak.” Jawabku.
“Oke baiklah, Nak. Di perusahaan Bapak sedang membuthkan staff administrasi. Barangkali jika kamu tertarik bisa ke kantor saya besok pagi jam 9. Ini kartu nama saya.” Sambung Pak Adi sambil menyodorkan kartu namanya padaku.
“Sungguh, Pak?”
“Iya, Nak. Saya membutuhkan karyawan yang penuh dedikasi dan jujur seperti dirimu ini.”
“ Terima kasih banyak, Pak.” Kataku tidak percaya, ini seperti keajaiban.                                                                    Dening : Ayu Fitria

Selamnya di Dalam Hati
Dara tau sekali pahit-manisnya hidup jadi anak tunggal. Disuatu ketika Dara bsa seperti diatas langit, karena dia bisa dapat rasa cinta dari orang tuanya. Tidak ajan ada yang bisa ambil kebahagiaan Dara. Dia tidak akan mendengarkan Bapak dan Ibunya berbicara,"jadilah seperti kakak mu" atau " lihatlah adikmu lebih pintar dari kamu" dan sebagainya. Lahir dari keluarga yang kaya dan mempunyai rumah mewah seperti istaanya raja dan ratu. Setiap hari bisa dicukupi tanpa harus dipikir berat-berat.
Seperti dihari ini, Dara daftar kuliah di tempat kuliah yabg bagus sekali dan masuk di tmpat kuliah ini sulit cuma anak yang kaya dan punya uang banyak. Dara tidak perlu mikir untuk masuk kuliah ditepat it. Dia ambil jurusa akutansi dan akan menhawali masuk kuliah dibulan 8 atau bulan Agustus.
Kring...kring...kring...
Jam beker didalam kamar Dara berbunyi, tangan Dara mulai menggayuh jam beker diatas meja dengan rupa wajah yang masih ketutup selimut. Duduk sebentar dan langsung berangkat mandi, mata yang masih sulit untuk dibuat melek gara-gara kakinya kebentur manisan meja atau pinggiran meja.
"Aduhhh...."
Tidak mikir panjang-panjang dengan kakinya yang sakit langsung melangkahkan kaki buat bernagkat mandi dan siap berangkat ketempat kuliah. Didepan rumah susah ada mobil warna merah yaitu mobilnya Dara. Dara membuka pintu mobil dan dia langsung duduk didalam mobil.
Rame sekali ditempat kuliah ada anak yang tinggi, cantik, jelek, manis dan sebagainya ada disini. Dilanjutkan jalannya dengan rasa senag kakinya yang kiri mulai melewati pintu kelas, matanya Dara langsung membuka selebar-lebarnya dengan jantungan yang sebelumnya biasa saja berubah menjadi keras. Seudah banyak anak didalam kelas yag mempunyai jadwal sama dengan Dara.
"Mbak jangan berhenti ditengah pintu", suaranya anak laki-laki yang mukul bahunya Dara dengan halusnya.
"Oh...ya maaf", dengan suara yang putus-putus seperti kaset lagu yang rusak.
Kelas dimulai dan dosen memulai absen satu-satu nama mahasiswanya. Bobby nama anak laki-laki yang mukul halus bahunya Dara tadi. Anak laki-laki yang mempunyai tinggi 178 cm, coklat manis, alisnya yang tebal sepeerti pemain sinetron Ricky Harun (hhahha).
Hari kehari anak laki-laki ini terus membantu Dara kalau Dara kesulitan mengerjakan tugas, tidak ada angin dan hujan Bobby bisa mau membantu Dara yang wataknya agak malas. Dara dan Bobby mesti mengerjakan tugas di Pendhapa yang ada ditempat kuliah itu. Buku-buku dibuka dan banyak sekali, tidak sengaja kotoran hasilnya penghapus terbang dimatanya Bobby. Bingung harus melakukan apa Dara cuma ngipas-ngipas kan tangannya didepannya matanya Bobby dengan meniup pelan-pelan.
"Sudah tidak papa, cuma kotoran kecil bukan batunya gunung kelud yang masuk". Ujung mulutnya naik keatas dibarengi dengan matanya yang agak sipit.
"Huuu.. seharusnya itu tadi tidak tak bantu"
"Memang anak kok nakal sekali", setelah tangannya Dara memegang dahinya Bobby pelan-pelan.
Anak dua ini setiap harinya bersama-sama terus. Karena kejadian ini Bobby bicara ke Dara kalau dia suka dan cinta dengan Dara. Kaget tidak terduga wajahnya Dara merah merona dengan nafasnya yang berhenti 3 detik an. Tidak bisa menolak kalau Dara ya memiliki rasa yang saman dengan Bobby. Cinta yang tumbuh dari seringnya bersama-sama. (Cinta berasal dari kebiasaan).
Dibulan ini Dara dan Bobby sudah pacaran 2 tahun. Dara mempunyai niat untuk mengenalkan Bobby dengan Bapak dab Ibunya. Fikirannya Dara kalau Bapak dan Ibunya akan setuju mengetahui Bobby yang baik ke dia dan pintar sekali dikelas.
"Bob, mibggu depan kamu ada acara nggak?" Tanyanya Dara.
"Tidak ada acara, kenapa kok kamu tanya seperti itu". Sautnya Bobby halus ke Dara dengan matanya Bobby yang seperti rembulan dimalam yang menerangi langit.
"Kamu mau gak ikut kerumahku, nanti ketemu Bapak dan ibuku". Lanjutnya Dara menjelaskan ke Bobby.
"Bapak dan Ibunya kamu?". Kaget sekali yang dirasa Bobby dengan nafasnya yang kempas kempis.
"Mau ya...". Rayunya Dara dengan menunjukkan gaya seperti anak kecil.
"Iya, aku mau", jawabnya Bobby yang membuat hatinya Dara.
Hari minggu datang. Dara sudah siap-siap buat ketemu dengan Bobby. Anak laki-laki satu ini terlihat sekali kalau deg-deg an dari caranya berbicara dengan Dara. Sesudah datang dirumah ibu dan bapaknya Dara sudah menunggu di depan rumah. Bobby diajak masuk kedalam rumah dan mulai ditanyai. Bapak dan ibu nya Dara kaget kalau Bobby itu anaknya orang gak punya. Ibunya Dara marah-marah sekali karena merasa kalau anaknya cantik seperti putri bisa disandingkan dengan anak laki-laki yang cuma pantas dan cocok jadi supirnya saja.
"Jangan harap dengan anak ku kamu!", bentaknya ibunya Dara yang merasa marah sekali dan tidak peduli dengan Bobby tang tetap diam saja itu tadi.
"Mau kau beri makan apa abakku kalau kamu seperti ini", lanjutnya yang nyolot kasar ke Bobby.
"Ibukk....", Sautnya Dara yang tidak bisa diam saja kalau anak yang dicintai duperlakukan seperi itu.
"Ibuk bener kalau saya itu cuma anaknya orang yang tidak punya apa-apa, bapak saya cuma orang tani", sautnya Bobby yang mulai berani buat membela dirinya.
"Saya tidak punya apa-apa, namun saya bisa menuruti permintaan Dara, saya masih bisa mengusahakan buk pak.."
Mendengar bicaranya Bobby yang seperti itu, ibuk nya Dara memberi syarat buat Bobby, yaitu kalau Bobby bisa membelikan Dara kalung berlian, dirinya bisa melanjutkan dengan Dara. Bobby menyetujui syarat dari ibuknya Dara dan dirinya mempunyai tekad harus bisa membeli kalung berlian itu.
Setiap hari Bobby tidak mengenal berhenti, kerja apa saja dilakukan buat membuktikan ke Bapak dan ibuknya Dara kalau dirinya cinta beneran dengan Dara. Bicaranya ibuknya Dara yang akan memberi restu kalau Bobby bisa membelikan Dara kalung berlian terus jadi pikiran dibatinnya anak satu ini. Bobby yang cuma anaknya orang tani gak akan bisa beli kalung berlian seperti malek, dirinya bisa kuliah karena dibiayai Pemerintah dari prestasinya menang lomba dalang tingkat Provinsi.
"Apa yang harus ku lakukan??", Unek-unek didalam hatinya Dara melihat orang yang dicintai bekerja tidak memandang waktu.
Dara yang tau Bobby duduk dipinggir lapangan langsung didekati. Dara mengarahkan tangannya yang membawa botol minum didepan wajahnya Bobby yang merah hitam karena kecapekan. Diusap keringatnya Bobby yang menetes didahi dan pipinya. Matanya Dara berkaca-kaca mengetahui apa yabg dilakukan Bobby. Air dimata menetes ke pipi, tangan Bobby mengelus pipi yang ada air matanya.
"Kenapa kok menangis?"
"Berhentilah! Itu pasti berat sekali!"
"Aku tidak akan berhenti, aku akan membuktikan ke ibu dan bapaknya kamu".
"Aku tau namun aku bisa bicara halus-halus ke ibu dan bapak"
"Tidak usah sebentar lagi uang cukup, kamu mau menunggu sampai waktu itu?"
"Iya,, namun beneran gak apa?"
"Aku tidak papa"
Jawabnya Bobby menyebabkan tenang unek-unek didalam hati dan pikirannya Dara.
Disuatu hari Dara bertemu dengan teman SMA nya dan berbincang-bincang. Di sana Dara menceritakan apa yang dirinya alami. Temannya Dara bicara kalau dirinya punya barang bagus dan ajaib tidak ada yang punya didunia ini. Barang ini yaitu 2 lilin warna hitam yang bisa mendatangkan orang yang sudah meninggal didepannya. 2 lilin ini harus dinyalakan bersamadan salah satu harus ditiup dengan membayangkan orang yang diinginkan, dan orang itu akan datang namun kalau lilin ke dua mati orangnya akan hilang lagi.
Dara tidak percaya dengan pembicaraan itu, namun lilin tetap dibawa dan disimpan. Setiap hari melihat lilin dan memikirkan Bobby yang tetap memenuhi syarat ibuknya.
Dret...dret...dret....
Suara hp nya Dara berbunyi, ada sms masuk dari nomor yang tidak dikenal. Sesudah membaca sms itu Dara kaget dan nangis sekeras-kersnya. Ibu dan Bapaknya yang mendengar langsung menuju ke Dara dan tanya kenapa kok anaknya itu menangis. Dara malah tidak jawab dan malah ngasih Hp nya ke orang tuanya .
"Apa ini mbak Dara, saya dapat nomor ini dari Hp nya mas Bobby, sebelumnya minta maaf ini mas Bobby jatuh di Jalan Perum Indah Permata (dekat rumahnya Dara), dan sekarang mas Bobby dibawa di RS AMELIA".
Dara, ibu dan bapaknya langsung berangkat keRS, namun tidak bisa dipercaya disana para temannya Bobby pada nangis dan bilang kalau Bobby sudah meninggal. Dijaketnya Bobby ada kotak kecil dan kotak ini dikasih ke Dara. Tidak ada kata yang keluar karena didalam kotak itu isinya yaitu kalung berlian. Ibu dan bapaknya Dara langsung merasa resah karena sudah buat Bobby kecelakaan dijalan ke rumah. Tidak disangka kalau Bobby bawa kalung berlian itu dijaketnya dan menunjukkan rasa cinta beneran kepada Dara.
Sudah ada 7 hari sesudah Bobby meninggal, Dara terus memandang kalung dari Bobby dirinya ingat kepada lilin yang diberi temannya dan ingin mencoba menyalakan lilin itu. Cuma ada 2 lilin dan lilin pertama kalau ditiup akan membuat orang yang ku inginkan datang namun kalau lilin ke 2 mati orang itu akan hilang lagi.
Dara mulai menyalakan lilin-lilin itu dengan rasa takut, tangannya memulai menyalakan korek namun tidak mau menyala karena sangat terkejutnya. Yang kedua Dara bisa menyalakan 2 lilin itu dan tidak bisa dipercaya kalau lilin pertama ditiup Bobby bisa datang. Langsung Dara merangkul rapat Bobby yang ada dudepannya.
"Apa kamu bisa kembali? Apa bisa diriku sendiri kembali? Kenapa dirikusendiri gak bisa kembali? Aku rindu aku gak mau ditinggal, apa ini akhirnya diriku sendiri? Duku aku mikir kamu dengan senyum dan tertawa namun sekarang hanya tetes air mata yang keluar". Tidak bisa menahan air didalam mata dan meneteslah dipipi yang halus itu.
"Aku tidak papa, jangan menangis saja, aku ingin tau senyummu". Jawabnya Bobby yang ingin membuat Dara tidak menangis.
Namun rasa kehilangan lebih besar Dara takut sekali kalau lilin ke-2 mati. Bobby akan menghilang, anaknya tidak melepaskan tangannya dari Bobby dirangkul rapat dan terus bicara kalau dia tidak mau ditinggal. Tidak bisa diapa-apakan lilin ke2 mati dan Bobby mau menghilang namun Bobby bicara ke Dara.
"Manusia diciptakan untuk hidup dan pasti akan mati siapa saja itu tidak ada yang bisa menghalangi yang membuat hidup kalau sudah menakdirkan makhluknya buat mati, teriak sekerasnya sampai semua terdengar sampai suaranya habis tidak akan bisa hilang dan cinta itu masih ada didalam hati, kalau rindu doakan aku, jangan nangis senyumlah kalau ingat aku, karena gak akan ada yang ingin tau orang yang dicintai menangis, jangan merasa sendiri karena aku sendiri tetap bersama dan selamanya akan terus bersama didalam hati, mati bukan berarti aku menghilang atau aku meninggalkan semua yang ada disini, aku harus pindah dulu karena yang buat hidup tau kalau yang aku tinggal itu kuat, aku gak ada disini namun aku masih ada didalam hati dan jadi kenangan yang bisa terus diingat".
By:fifi rahmatillah

AMARGA SALAH PAHAM”
Suatu hari ….
Tidak seperti biasanya Pras dan Pandu yang sudah seperti teman dekat itu saling tidak tegur sapa dan terlihat sudah dua hari tidak saling tegur sapa, melihat itu Yudha anak baru pindahan dari kota mencoba menengahi supaya pertemanan diantara mereka berdua tidak berantakan. 
“Pras, aku lihat-lihat sudah dua hari ini kok tidak tegur sapa dengan Pandu, memangnya kamu ada masalah ya dengan Pandu ?” pertanyaan Yudha menggunakan bahasa jawa yang setengah-setengah. “Tidak kok Yud, tidak ada apa-apa” jawabnya Pras Singkat…” ayolah Pras tidak usah berbohong…kalian kan sahabat, dekat banget malah kata bu Guru, pasti ada sesuatu kan, mungkin saja aku bisa bantu” Yudha tetap bertanya kepada Pras supaya mau cerita.
“Yud, sebenarnya memang aku dengan Pandu sudah tidak tegur sapa dua hari ini, tapi itu karna salahnya kok, mask buku diktat yang di pinjam Pandu itu ngomongnya sudah dikembalikan semingu yang lalu, padahal kenyataanya belum dikembaliakn ke aku, tapi Pandu ngomong kalau sudah dikembalikan saat main ke rumah ku, malah dia nuduh aku pikun. Memang anak itu membuat aku kesal.” akhirnya Pras crita panjang. “Ooo gitu Pras, tapi memangnya sudah kamu cari ke tempat lain selain di meja belajarmu Pras ? ya siapa tau bukunya terselip dimana gitu ?” yudha mencoba bertanya dengan hati-hati. “Apa kamu juga menuduh aku pikun ?” Pras agak kesal di Tanya seperti itu. “Ya nggak gitu, aku kan Cuma nanya...siapa tau kan gitu. Nanti bolehkan aku main kerumah mu, nantu tak coba bantu nyari sekalian belajar bareng seperti biasanya, gimana Pras ?” tanya Yudha. “Ya gapapa sih” jawape Pras. “Iya deh siap. Sampai ketemu nanti sore ya Pras” saut Yudha.
***
Sejam sebelumnya ….
“Jadi gini critanya Yud, masak aku ini ya bohong orang jelas-jelas aku sudah mengembalikan bukunya Pras kok saat aku main ke rumahnya”. “Ooo gitu ceritanya Pan..hemmungkin saja Pras lupa kalau buku yang kamu pinjam sudah kau kembalikan ya” ucap Yudha. “Lagian Pras itu kan pelupaYud kamu tau sendiri kan semoga sih bukunya memang Cuma terselip, aku juga ikut gak enak Cuma gara-gara buku kita jadi tidak tegur sapa begini, dikiranya aku tidak menjaga amanah kan” curhatnya Pandu lagi. “Ya sudah kalau gitu, nanti sore kamu ikut aku saja kita belajar bersama seperti biasanya, nanti sambil jelasin masalah ini biar selesai, gimana ?” ucap Yudha. “Ya sudah aku ikut saja Yud, aku bakal ganti bukunya kalau memang tidak ada” sahut Pandu.
***
Sore itu dirumahnya Pras …
Pandu aku minta maaf ya ternyata buku diktat yang kamu kembalikan kemarin memang sudah aku terima, tapi gara-gara tak buat belajar malam-malam sampai ketiduran malah ternyata di bawah tempat tidur, tadi siang aku temukan saat bersih-bersih kamar…maaf ya aku sudah nuduh kamu belum mengembalikan” Pras berbicara sambil menunduk karna Pandu dan Yudha sampai dirumahnya. “Wah syukur kalau gitu Pras, aku ini juga kepikiran terus. Sudah tidak perlu malu. Aku juga minta maaf karna sudah mendiamkan kamu. Kita ptetap berteman kan ?” jawabnya Pandu. “He em, tidak hanya teman tapi saudara” Pras bicara sambil memeluk Pandu. “Nah gitu donk kalian kan sahabat baik, sudah seharusnya saling memaafkan dan berbaikan lagi seperti ini” ucap Yudha terlihat senang karna usahanya berhasil”. Terimakasih ya Yud…kamu memang baik hati” ucap Pras dan Pandu bersamaan. “Okee sama-sama yuk belajar bersamanya mari kita mulai” ajake Yudha.
By:nadila maharani

Allah Yang Maha Pengasih 
Kira kira waktu sudah menunjukan jam 7 pagi. Semua anggota perangakat desa di desa ngadirejo sudah datang semua. Dan ternyata hari ini juga akan diadakan rapat tentang ruwet desa. Ruwat desa adalah tradisi yang diadakan setiap 3 tahun sekali masyarakat akan mengarak gunungan. Setelah itu diteruskan dengan pertunjukan yang dipertunjukan oleh warga ngadirejo tersebut. Setelah acara pamungkas yaitu perwayangan yang diselenggarakan di balai desa.
Sampai bapak kepala desa itu tidak percaya, bahwa pak bejo tukang pembersih teras, menata meja dan kursi malah tidak datang." Ada apa ya?". Pak wira yang tukang bersih bersih itu pasti datang lebih dulu. Pekerjaan yang kurang penting di dahulukan. Tidak lama sudah selesai ganti mengerjakan yang lain. Jadi sesudah perangkat desa datng semua, rapat juga akan segera dimulai, kepala desa langsung keluat ke dapur untuk mrncari istrinya dan berkata" buk, nanti jika sudah yang banyak membantu mengerjakan menghidangkan tamu yang tapat. Coba pak bejo lihat kerumahnya, kok tidak datang untuk bekerja" langsung saja bu kepala desa pergi kerumahnya pak bejo.
Sesampainya dirumahnya pak bejo, rumahnya tertutup rapat, dan tidak berpenghuni." Kira kira pada pergi kemana ya?" Anak dari bejo ada laki laki dan perempuan, yaitu dilan dan meli. Dilqn sudah kelas 3 smk, dan meli baru kelas 2 smp. Kedua anaknya tersebut pandai dan pintar tidak pernah yang namanya tidak naik kelas. Jika sudah pulang sekolah mereka membantu orang tuanya. Ketika libur dilan ingin menggantikan ayahnya, yaitu bekerja bersih-bersih kebun dan menata balai desa. Setelahnya langsung pulang. Tidak salah kepala desa dan keluarganya suka  dengan anak anak pak bejo yang sangat rajin dan penurut itu.
Melihat rumah pak bejo sepi, ibu kepala desa ke samping rumah pak bejo, yaitu rumah ibu yah. Kebetulan sekali bu yah sedang membersihkan sumur. Dan bertanya 
" bu yah! Kenapa rumahnya pak bejo tertutup ua?" Ibu yah langsung mendekat dan menjawab
 " Ohhh.. itu bu, pak bejo baru menghantarkan istrinya ke pukesmas, kalau tidak salah sudah 3 hari mengeluh pusing, bahkan kemarin saya sudah mempijatinya kata pak bejo dan dia sejak tadi malam tidak bisa tidur, namun badanya tetao saja gemetar, oleh karena itu langsung di bawa kerumah sakit" 
Bu lurah lalu berkata" oh begitu ya bu yah, terima kasih sudah di beri tau nanti saya akan mengatakannya ke Bapak kepala desa. "
  Sesudah mengetahui hal tersebut ibu kepala desa  langsung saja pulang. Pagi setelah pak bejo bekerja seperti biasanya. Setelah kepala desa di beritahu oleh istrinya, tidak lama kepala desa langsung saja pergi ke rumahnya pak bejo, untuk menjenguk istri pak bejo yang katanya baru saja sakit.
Sesampainya tiba dirumah pak bejo, semua keluarga pak bejo semua sedang mejaga dan menemani istrinya pak bejo. Lalu pak kepala desq  masuk ketempat istri pak bejo sakit. Setelah tiba di depan pintu, tiba-tiba terdengar semua sedang beribadah, pak wira yang sedang menjadi imam. Pak lurah tidak jadi masuk agar tidak mengganggu.
Pak bejo adalah orang yang rajin ibadah ke masjid, di masyarakat juga baik. Bertetangga pun juga baik, juga selalu pintar berkata dengan orang pada umumnya. 
"Assalamualaikum, bagaimana keadadaanmu bu bejo, sakit apa anda?
"Pak lurah, bu lurah.. terima kasih sudah datang kerumah saya, sakit saya  parah pak.. namun sudah sedikit berkurang" bicaranya yang kurang jelas lalu disambung dengan pak bejo berkata.
"Kata dokter kemarin banyak pikiran"
"Ohh... memikirkan apa anda bu bejo?"
"Meli kemarin bercerita, jika meli tidak boleh mengikuti ujian oleh walikelasnya" bu bejo lalu tidak bisa meneruskan berkata karena menangis, dan seketika meli juga ikut menangis. Pak kepala desa ingin mengetahui apa sebabnya.
          Kemudian kepala desa mengajak meli keluar di depan rumah, dan duduk di kursi teras. Pak kepala desa lalu bertanya:
"Sebenarnya, ibumu itu memikirkan apa li? Jika nanti Bapak bisa bantu pasti akan saya bantu ringankan li" 
Lalu meli berkata " ibu itu sedih karena belum bisa membayar spo 6 bulan, sekaligus uang untuk ujian sebesar lima ratus ribu rupiah" kata meli sambil sesenggukan. 
"Sudah meli, tidak usah di pikir, jika itu yang menyebabkan ibumu sakit, besok akan saya cukupi, besok masuklah sekolah nanti saya bawakan uangnya untuk membayar kekurangan sppmu"
Selanjutnya, kepala desa nasuk lagi ke tempat sakit bu bejo.
 "Yu, hutang mu yang dulu tidak perlu di lunasi, aku rela lahir batin, sekarang tidak usah dipikir supaya tenang dan cepat sembuh lagi, dan supaya jika saya repot, anda, pak bejo dan anak-anak bisa saling membantu". Setelah itu kepala desa dan istrinyaizin pulang, dan dihantarkan sampai kedepan pintu. Istri pak bejo juga sudah mulai bisa duduk, melihat anaknya masuk lalu tanganya di serahkan meli, meli dan bu bejo berangkulan sangat erat sambil di saksikan pak bejo yang duduk disamping amben. 
Setelah menangis,  ibu bejo berkata kepada meli : " berterimakasihlah kepada Allah Swt, bersykur terhadap semua rezeki yang telah diberikan dan lainya. "Iya buk, maka jika menjadi orang jangan suka mengeluh janji jika kita ingat terhadap yang menyiptakan alam dunia. Allah pasti akan memberi pertolongan kepada mahluknya". Meli menyambung" iya pak buk Tuhan maha adil dan memberi rizku melalui pak kepala desa dan ibu kepala desa" benar nak, Tuhan itu maha pengasih!. Setelah iti keluarga bapak bejo sholat isya berjamaah.
 By:imelaya dani


Terimakasih
Malam itu suasana di rumah seakan begitu dingin. Semua anggota keluarga tak mengeluarkan satu patah kata pun. Bukan karena marah atau kecewa, namun karena pusing memikirkan bagaimana cara membayar iuran wisata sekolahku.
Awalnya aku hanya ingin mengurangi beban kedua orang tuaku dengan memutuskan untuk tidak ikut study tour. Namun belum selesai ku ucapkan keinginanku, Ayah yang semula terdiam seribu bahasa langsung membantah.
“Tidak, kamu tetap ikut! Sudah tidurlah, besok ayah bayarkan biaya study tourmu”
Ku susuri ruang tengah menuju kamarku. Meski sebenarnya tak bisa tidur, ku coba memejamkan mata dan tak memikirkan apapun. Namun isak tangis ibuku yang terdengar lirih semakin membuatku tak bisa terlelap.
Aku tahu betul mengapa ibuku menangis, namun ayah tetap bersikeras untuk menyuruhku mengikuti kegiatan sekolah tersebut. Dialah sosok pria yang tak pernah membiarkan buah hatinya sedih bahkan malu karena ketidak mampuannya.
Kala itu malam belum terlalu larut, hingga masuk pukul 8.00 malam suara pintu terketuk memecahkan hening di rumahku. Seorang tetangga datang dengan membawa sebuah amplop coklat.
“Malam pak, maaf datang malam-malam”
“Tidak papa pak, silahkan masuk” sambut ayahku.
Setelah keduanya berbincang santai, tetanggaku menyerahkan amplop tersebut pada ayahku. “Ini adalah uang pembayaran tanah yang beberapa bulan lalu digunakan untuk jalan desa.”
Seketika ayahku terkejut. Bagaimana tidak, uang tak tak pernah ia bayangkan sebelumnya tiba-tiba diantarkan ke rumah. Ya, awalnya tanah yang seberapa itu direlakan ayah untuk menjadi jalan umum. Namun karena kebijakan desa, tanah tersebut diputuskan untuk dibeli.
Seperginya tetanggaku, ibu langsung masuk ke kamarku sembari memelukku erat. Tanpa berkata panjang ia memberikan sejumlah uang untuk membayar biaya study tourku. Air mata tak bisa tertahankan dari mata kami, dan malam itu rasa syukur memenuhi hatiku.
By:selva mareta

Sandal Baru
Di pasar adiknya Eka merengek ingin mendapatkan sandal baru. Sandal adiknya 
memang telah benar-benar robek dan tidak berbentuk. Adik Eka bernama Rina, yang 
usianya 5 tahun. Eka sangat sayang dengan adiknya, karena itu adalah adik satu-satunya. 
Eka dari keluarga yang tidak mampu, ayahnya hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan 
ibunya adalah tukang cuci di desanya.
"Mbak belika sandal yang warnanya pink itu dong, kelihatannya bagus sekali," pinta Rina 
sambil ingin menangis.
"Mbak tidak punya uang, Rin. Uang ini saja hanya akan digunakan membeli sayuran saja, 
"jawab Eka pada adiknya.
Meskipun tidak dituruti, Rina tetap menerima. Anak itu sudah mengerti bahwa hidup 
mereka sulit, untuk makan saja sudah kesulitan apalagi untuk membeli sandal.
Setelah dari pasar membeli sayuran Eka kembali ke dalam rumahnya yang seperti 
gubuk tapi masih tetap terlihat rapi, karena Eka orang yang rajin dan patuh. Rumahnya dari 
anyaman bambu dan atapnya telah rapuh dimakan rayap, tapi depan rumahnya banyak 
bunga yang mekar.
Meskipun keluarga Eka tidak mampu, tapi ayahnya ingin Eka menjadi sukses dan ingin 
menyekolahkannya sampai perguruan tinggi. Ayahnya tidak kecewa karena Eka termasuk 
siswa yang pintar di sekolah. Malamnya saat Eka akan belajar dan ayahnya akan kembali 
ke pekerjaannya.
"Ka, kamu harus menjadi orang yang berguna dan melebihi ayah yang hanya menjadi buruh 
bangunan," kata ayahnya Eka.
"Ya Pak, aku akan berusaha"
Di pagi hari yang dingin Eka sudah bangun dan mempersiapkan sepeda yang akan 
digunakan ke sekolah. Eka berangkat pagi karena Eka ingin mengikuti lomba Cerdas 
Cermat yang diadakan SMA.Setalah Eka berpamitan dengan orang tuanya.
"Pak, Bu, aku ingin berangkat dulu. Mudah-mudahan, saya bisa menjadi pemenang dalam 
lomba agar bias pergi membeli sandal untuk Rina, "Pamit Eka sambil menjabat jabat tangan 
orang tuanya.
"Ya, Amin. Hati-hati ya nak, "kata ayahnya.
"Mbak, nanti beli sandal ya?" Adiknya yang senang karena tahu akan dibelikan sandal.
Setelah tiba di Sekolah Eka snagat gugup karena sudah ramai dan ada peserta dari 
sekolah lain. Sekolah juga dipasangi spanduk yang warna-warni, dinding sekolah telah dicat 
warna oranye yang bagus.
Perlombaan Eka bisa menjawab pertanyaan yang dibacakan juri dengan benar. Ini 
waktunya pengumuman juara, ternyata yang mendapatkan juara 1 adalah Eka. Eka 
langsung menerima piala serta amplop yang berisi piagam ditambah uang pembinaan. Dia 
kembali ke rumahnya dengan gembira sambil mengendarai sepedanya.
" Assalamualaikum. Bu, Pak. "
"Wa'alaikum salam, ada apa, Ka?" Tanya ibu Eka.
"Ibu, aku menerima juara 1 dan Rina akan memiliki sandal baru."
" Alhamdulilah, Ka. Anak Ibu memang benar-benar cerdas.Ibu semakin saying kepadamu." 
Kata ibu dengan senang dan bangga.
Pada sore hari, setelah berganti pakaian Eka mengajak adiknya ke Pasar membeli 
sandal baru.
"Beli sandal warna apa Rin?" Tanya adiknya ke Eka.
"Warna merah muda Mbak!"
Eka langsung membeli sandal yang diinginkan adiknya. Didalam hati Eka Lega 
karena bias menuruti keinginan adiknya dengan jerih payahnya sendiri.
"Terima kasih ya mbak.”
Hati Eka sangat senang.
By:sigit anggara

Persahabatan Menjadi Cinta
Mirna menyalakan motornya cepat-cepat berangkat ke rumahnya Reno, sahabat dekatnya dari duduk di bangku SD. Dirinya berencana akan belajar Fisika bersama di rumah Reno.
Belajar bersama dengan Reno merupakan kebiasaan Mirna sejak duduk di bangku SMP dan kebiasaan utu bertahan sampai mereka kelas. Nyat Reno termasuk anak yang cerdas dalam pelajaran fisika di kelasnya. Di waktu belajar bersama itu mereka juga berbicara banyak hal tentang yang lagi ngetren di kalangan anak remaja, kabar-kabar tentang politik, sampai gosip tentang teman-teman satu sekolah, tidak lepas dari perbincangan mereka.
Sebenarnya mereka tidak pernah berbicara tentang yang namanya cinta. Bagi Mirna dan Reno cinta dapat terwujud kita telah mencapai kesuksesan. Rasa cinta menurut mereka juga termasuk hal yang bisa membuat pelajaran mereka besok. Mereka juga sedang bersiap-siap menghadapi ujian nasional yang sudah dekat. 
"Mir kamu pernah merasakan cinta?" Tanya Reno di sela-sela waktu belajar bersama.
"Emm.. Belum pernah tu.." Jawab Mirna santai. Di dalam hati Mirna heran mengapa Reno bertanya seperti itu, padahal di dalam mereka bersahabat Reno tidak pernah bertanya apa yang berhubungan tentang cinta.
"Jadi, kamu belum pernah merasakan bagaimana rasanya cinta?." 
"Hahaha kenapa sih kamu Ren? Jatuh cinta ya?"
"Kamu gimana sih Mir, ditanya kok malah balik nanya, jadi membuat tertawa lagi"
"Sudahlah sekarang bukan waktunya memikirkan cinta, cinta, dan cinta. Belajar saja dulu untuk menghadapi UN" Reno hanya menanggapi ucapan Mirna sambil tersenyum.
Sejak dari SMP Reno sudah punya rasa kepada Mirna, yang dari SD sudah menjadi sahabat sejatinya, tetapi dirinya tidak pernah bicara kepada Mirna, dirinya takut jika dirinya bicara yang sebenarnya itu bisa merusak persahabatannya dari mereka masih ingusan. Reno juga tahu bahwa prioritas utama Mirna yaitu menjadi orang sukses. Mirna juga tidak pernah berfikir untuk pacaran, menurutnya itu cuma bisa menghambat sekolahnya. Maka dari itu Reno tidak berani mengutarakan rasa cinta kepada Mirna sebatas diam.
"Mir, mengapa akhir ini kamu kerap muncul di pikiranku, bahkan mimpiku?" kalimat Reno bicara sendiri. "Mengapa rasa ini terus juga bertambah, aku selalu menghiraukan rasa ini, dan lebih mementingkan pelajaranku dibandingkan rasa cinta ini kepada dirimu? Tapi mengapa semakin aku berusaha menghilangkan rasa cinta ini, bayanganmu semakin kuat dipikiranku? Apa kamu merasakan hal yang saat ini aku rasakan? Aku takut rasa cinta ini nantinya membuat persahabatan kita rusak". Malam itu dirinya tidak bisa tidur Reno terus terbayang tentang Mirna.
Ujian yang dinanti-nanti sudah tiba, 3 minggu sebelum ujian, mereka sering belajar bersama, tidak jarang-jarang mereka sama-sama memotivasi satu dengan lainnya. Seringnya dirinya dengan Reno bertemu, tidak mengerti mengapa rasa cinta itu juga bertambah kuat, tidak bisa dirinya hilangkan, tetapi Reno tetap menomer duakan perasaan itu. Dirinya juga percaya pasti ada waktu yang tepat buat mengutarakan tentang perasaannya kepada Mirna. Toh kalau jodoh tidak akan kemana-mana kan?
"Terimakasih Reno, tentang ilmu yang kamu ajarkan kepada aku, juga motivasi-motivasimu" kata Mirna dengan senang
"Hahaha iya iya sama-sama, terimakasih juga sudah mengajari aku. Syukur Alhamdulillah ya Mir, kita lulus dengan nilai yang memuaskan" kata Reno tidak kalah senang
"Iya..iya..duuh.. Emang kamu sahabat paling baik buat aku" kata Mirna dengan mendaratkan pelukan di badan Reno.
Benar saja Reno terkejut sama apa yang Mirna lakukan. "Aku cinta kamu lebih dari sahabat Mir, aku cinta dengan dirimu, apa kamu tidak merasakan itu semua?" di dalam hati Reno berkata.
Tiba-tiba HPnya Reno bunyi, ternyata Mirna yang telepon. Dirinya mengajak Reno pergi ke perpustakaan kota untuk mencari satu buku, Reno mengiyaka ajakan Mirna.
Ditengah diskusi mereka tentang yang terdapat di dalam buku yang diambil Mirna, Reno tidak puas berhenti melihat wajah Mirna yang terlihat manis.
"Mirna aku mau bicara sama kamu" kata Reno
"Iya bicara saja, emang mau bicara apa?" jawab Mirna seperlunya.
"Aku suka sama kamu sejak SMP, tapi maaf aku baru bisa bilang sekarang. Mau tidak kamu jadi pacarku?" kata-kata itu keluar dari mulut Reno.
"Jangan bercanda ah.." jawab Mirna.
"Tidak, aku tidak bercanda ini serius. Gimana kamu mau?" keadaan seketika menjadi hening.
"Sebenarnya aku juga suka sama kamu, dan iya aku mau jadi pacar kamu" jawab Mirna malu-malu
"Tetapi maaf sebelumnya aku tidak pernah bicara tentang ini. Aku 5 hari lagi akan berangkat ke Australia. Aku diterima kuliah disana" kata Mirna. Wajah Reno mendadak terkejut
"Syukurlah kalau begitu, itu kan salah satu impianmu kalau urusan hubungan kita, jangan khawatir aku selalu jaga cinta ini, dan bakal selalu menunggu kamu sampai nanti kamu pulang nanti"
"Terimakasih ya pengertiannya No, aku juga bakal menjaga cintaku untuk dirimu meskipun jauh"
By:nur hesti

Kalkulasi pahala 
Soreitu menuggu azan makreb tanda bukapuasa   Pras,Yudi dan pandu berbincang bincang di depan rumah nya Pras. Rencana Meraka sholat makreb di mushola dekat desa sekalian sholat Isak dan teraweh .tetapi Pras sengaja tidak teraweh di dekat dekat desa karena malu dengan pak Usman whtu kemaren itu .saat lagi asik berbincang pandu tiba tibamenggeluwarkan buku dari balik kaos nya ,buku tipes yang kotor di buka dan dibaca sendiri "Pras q pinjam polpen nya pandu meminta tanpa melihat temannya " buwat apa kk kamu gaya banget bawah buku sekarang pinjam polpen Pras yang kenal watak nya pandu agak binggu tidak biyasa biyasannya mengerjakan tugas . " Halah """ Pras pelit bener kamu jadi orang sama temen kk pelit nanti q balikin " jawab pandu " iy iy nanti q ambilkan dulu ,gitu aja mrah , jemberut kayak pendukung capres "jawab Pras " asliyanya kamu buwat apa pan ? " Yudi yang bertanya pada pandu ."lagu mau ngitung   yud" jawab pandu ringkas "wah...kk nggak kayak biyasa biyasa nya , tapi kk kayak nya nggak ada tugas matematika pan "Yudi agak terheran dengan jawabannya pandu ."ini bukan ngitung matematika itu yud " " ini Lo polpennya , balikin iya kalok udah selesai beneran kalu udah selesai " Pras memberikan polpel buwat pandu " la...terus kamu ngitung apa pan ? "Yudi yang terus tanya karenan belum dapat jawaban dari pandu ."teman teman ,kamu ingget nggak apa yang di bilanggi pak yus guru agama kita pas ngajar di kelas sebelum puwasa kemarin ? "Pandu tuannya kepada teman temannya "bilanggi apa ? Bab yang mana " ?" Pras mncoba mengingat ngingat pada ngatuk kamu paling , gini Lo ya pakyus bilangin kalok di bulan Ramadan speti sekarang ini semua amal kita dapat pahala yang dilipat gandakan "pandu menjelaskan kan kepada ."oo yang bab itu,memang bener di bulan Ramadan Memeng bulan yang bagus ,makannya orang orang berlomba buwat ibadah seperti orang tidur sewaktu Ramadan saja mndapatkan pahala apalagi berbuwat baik pasti akan tumbuh tabungga  pahala nya" nah ...seperti itu ,jadi buku ini itu semua isinya adalah perbuatan q mulai hari pertama ,lengkap dari sholat puwasa,menggisi kotak amal , menolong orang yang kesusahan " pandu akhirnya bercerita " whaat ...? "Jadi itu buku cerita Coretan amal ? " Pras bertanya setengah tak percaya ." Ooolengkap sama itung itunngan nya juga ,contoh nya sholat jamaah kan pahala nya dobel ,207 kali lipat sumbagan  duwaribuwan dikali sepuluh ,menulung Mbah Jono ambil rumput untuk makanan sapi bantu paklek .... " Critannya Pras panjang stop setop pan "Yudi langsung menyetop temannya yg bicara panjang lebar "kamu kayak nya salah penggetiyan deh ,gini ya...Yendi maksut bulat romadan bukan seperti itu Pahala itu bukannya kamu menyamakan dengan nabung uang di kopsis erhari seribu dan bisa kau hitung sendiri hasilnya" yudhi menjelaskan pelan-pelan "iya pan lagian yang memberikan pahala cuman Allah Swt,belum tentu ibadahmu yang kamu kira sudah baik dan benar itu di terima dan bisa dapat pahala jadi intinya kita harus jadi manusia baik -baik saja,insaAllah semua ada balasanya di akherat nanti" pras menambahai omonganya yudhi 
Plok...plok...pandu tiba-tiba tepuk tangan dan senyum seyum sendiri 
"Teman-teman,kamu memang pintar,keren,tapi kurang ganteng,maaf ya sebenarnya aku gak serius ngitung pahal lo..buku ini coretan gambar buat bikin komik....hhhhaaaa....terima kasih atas pencerahanya pak ustad" pandu langsung siap siap lari karena yudhi da pras siap siap melempar sandalnya. Dan adzan maghrib pun tiba.
By:mutiara

Sabtu, 30 November 2019

Contoh kumpulan cerkak karya anak bangsa


NEMU DOMPET
Wis pirang - pirang ulan aku ngenteni celuk an kerja, rasane dinaku pilu tanpo arah.  Penggaweanku luntang - luntung ning omah. Aku bingung arep kepiye. Pingin usaha tapi ora ana modal. Sawijining dina, tak niati gawe ketemu kanca - kancaku, amung pingin crita masalahku iki.
Pas mlaku ning omahe kancaku,  ning pinggir dalan aku eroh dompet warna ireng. Tak cedaki dompet iku, lan tak wasi isine. Ktp, sim A, surat - surat penting, tabungansing isine fantastis, lan kartu kredit. Ning pikiranku metu suara ben aku gunakno isi ning njero dompet iku. Tapi ora,  aku kudu balikne dompet iki karo sing nduwe. Ora suwe sakwise aku mulih teka omahe kancaku, aku balikne dompet iku amung modal alamat ning ktp, aku nemokne omahe ning perumahan elit cedak e hotel grand palace.  Tak pencet bel omahe lan ora suwe dibuka karo tukang kebun sing mergawe ning omah iku.
"Nyuwun sewu, pak. Apa bener niki alamat pak Budi?" pitakonku.
"Nggeh bener. Sampeyan sinten, nggeh? " pitakone tukang kebun.
"Kulo Adi,  ajenge ketemu kaleh pak Budi. Enten urusan penting,  pak. "
" Monggo mlebet.  Ketepak an pak Budi ning omah" omongane tukang kebun.
Aku mlebu karo isin ning omah sing megah sung nduwe dompet sing tak temokake.
"Ono opo le?  Awakmu sapa?" pitakone sing nduwe omah iku ning nggonku.
"Kulo Adi, pak.  Ngapunten niki kulo bemu dompet bapak ten trotoar celak e hotel."
"Oh,  iyo. Lungguh disik le."
Aku lungguh ning cedak e pak Budi lan nyerahake dompet sing tak temokake iku.
"Omahmu ndi, le? Kerjo opo? " pitakone karo penasaran.
"Ten komplek asri cempaka,  pak. Kulo tasik nganggur pun pirang - pirang ulan dereng kepanggil. " tambahku.
"Awakmu sarjana apa? "Pitakone pak Budi
"Ekonomi manajemen pak" jawabku.
"Ning perusahaane Bapak lagi butohke staff administrasi. Menowo awakmu minat iso ning kantore Bapak sesuk jam 9. Iki kartu namane bapak." sambunge pak Budi karo nyodorno kartu namane ning aku.
"Saestu niki pak? " jawabku karo perasaan seneng.
"iyo, le. Bapak butuhne karyawan sing jujur koyok awakmu ngene ki." jawabe pak Budi.
"Matur suwun sing katah,  pak.
Dening: heni safitri

Dolanan Ning Sawah
Bella lan kanca - kanca lagi sinau kelompok. Sawise iku,  rencanane arep nang sawah. Nek diwasi sawah iku apik banget.  Pas ape menyang sawah,  Bella lan kanca - kanca di tutne kucinge arin. Sangking penak e ngomong - ngomong, ora ndeleng yen kucinge iku wis ora ngetutna Bella lan kanca - kancane maneh.  Sadurunge nang sawah,  Bella ngajak selfi.  Wayah seneng - seneng selfi,  dadak ana cempe ning mburine Bella.  Bella di godhak cempe mau.  Pas bocah - bocah wis padha sing arep selfi,  cempe iku malah ngamuk. Bocah - bocah di godhak nganthi gulung komeng ing tengah sawah.  Untunge sing nduwe cempe iku teka.  Cempe mau terus di glandangi sing nduwe taline lan di taleni ing wit pelem.
Ujug - ujug Bella lan kanca - kancane krungu wong - wong bengok - bengok kaya lagi njagani manuk ing sawah.  Bella lan kanca - kancane pingin ndeleng asale swara iku.  Pas wis ketemu,  tibake iku suarane wong golek iwak. Bella lan kancane padha melu ngrewangi wong iku.  Kabeh padha melbu ning kali.  Tapi bocah - bocah iku ora ngintukno iwak blas.  Sing metu mung iwak - cilik.  Senajan asile ora pati akeh,  tapi kedadean iku seru banget.
"Sadurunge mentas ayo selfi sek... " omonge bella.
"Nek hpne mengko malah kecemplung kali,  piye? " saute karin.
"Ya kene kudu ati - ati" jawab Bella ora gelem ngalah.
"Oke siippp.... " saute Nita lan karin meh bebarengan,  pas wayah selfi "Siji... Loro... Telu....!" omonge Bella maneh.
"Tapi gayane sing frontal ya..." omonge Nita karo semangat.
"Iyo cah.... Ayo" jawabe karin.
"siji... Loro.... Telu... ".
"Wis sore ayo mulih. " ajakke Bella.
"Iya je, wis sore, ayo mulih" jawabe nita.
Amerga lemahe lunyu, Bella pan kanca - kancane angel mentase.  Bella kepleset lan tiba.  Podho karo karin. Hpne mati merga kecemplung banyu, lan muleh karo klambi sing rusuhe amit -amit.

Seng Penteng Sabar
Ulan-ulanan Rony ngenteni celukan kerjo. Mbendinane bingung, ngalor-ngidul nganti atine momot nok njero omah. Kepengen gawe usaha tapi bingung amergo raenek modale. Tapi Rony tetep dadi uwong seng sabar drana.
Sawijine dina, Rony niat dolan nomae kanca plek e mergo ape crita marang masalah seng wes raiso dipikir karo Rony dewe. Pas ape nomae kancane lha kok nok pingger ratan enek dompet warna abang " lha iki dompete sopo yo dompet apik e ngene kok di buwak " omonge Rony karo njupuk dompet abang kui. Pas di bukak ndelalah isine akeh ana SIM, KTP, tabungan seng isine akeh banget lan Kartu Kredit. Teko pikire Rony ana kepengenan ape nggango isine dompet kui " ki coro duwik e tak gawe lak iso sugeh aku, tapi nek kerohan seng due lak yo wasalam " mbaten Rony seng soyo ragu.
Sawise kui Rony ngelanjuto mlaku nomae kancane Rony. Nok dalan Rony kepikiran seng kudu mbalekno dompet kui marang seng due amarga kui ora hak e Rony dadi mang-mang ape njupuk isi soko dompet kui. Ra kroso mlaku ambek miker dompet mau Rony wes nganti omae Bejo. Rony crito marang Bejo konco plek e " jo aku piye? " pitakone Rony karo mringes " nda piye no Ron " saute Bejo " ehem akule bingong momah mong ngalor ngidul ra mergawe popo ra nyekel duwek blas " omonge Rony karo macak sedeh. Tapi Rony ora crita deweke nemok dompet mau. Bejo nyauti Rony karo ngguyu " lha weki pancen wong-wongan metet kok Ron. Percuma we lulus SMK tapi nganggur nomah " Rony mung guyu karo nablek gegere Bejo.
Sawise crito seng ranek asile tapi Rony rada lega mergo iso guyu karo Bejo. Disambi mlaku Rony njajal goleki omae wong seng due dompet. Rony mubeng mingger takon wong seng semeliter. Sawise iku Rony petok omahe wong seng due dompet. Omae pageran gede duwur banget lan ana Satpam seng njogo omah. " pak Satpam nopo niki griyane Bu Cici? Kula badhe nemoni pak! " pitakone Rony " ohh nggeh mas niki griyane Bu Cici tiyang e wonten griyo " jawab Satpam. Pak Satpam ngongkon melbu Rony, lan lunggoh jejere Bu Cici seng due dompet. Rony ngekekno dompet temokane marang Bu Cici ngintro Rony " sampeyan omae ndi? Tros mergawe nondi? Lan matur suwon ws ngetero dompet seng berharga banget gawe aku " omonge Bu Cici." niku griya kula ten Gajah Bolong, kulo dereng merdamel bu kula madosi merdamelan nggeh dereng wonten celukan mpon ulan-ulanan, masalah dompet nggeh sami mawon bu sami-sami manungso" jawab e Rony.                     " lha emange sampeyan lulusan opo? Iso nyupir opo ora? " pitakone bu cici " SMK bu, nggeh kula saged nk namong nyupir bu" jawab e Rony. Bu Cici nawani penggawean Rony dadi supir Bu Cici. Rony langsong setuju marang tawanane Bu Cici. Bu Cici seneng marang Rony amarga kejujurane seng arang ditemokno nok dunyo iki.
Isuk subuh Rony tangi amergo seneng wes oleh penggawean. Rony katon sumringah ngelapi lan manasi montore Bu Cici. Banjur dikon ngetero Bu Cici ning kantore. Rony melbu montor karo mesem guyu lantaran kabeh seng di atur gusti sae sedoyo. Wong seng ngelakoni apik bakal diwales apik lan sewalik e. Sakjeke Rony dadi supire Bu Cici uripe Rony rukun sentosa mergo ayem lan ramah e Bu Cici.
Dening : Naila Kalafatunnafa


Katresnan Lewat Semilir Angin
Dening:  Rizka Amilia

Jenengku Melia siswa kelas X SMA sing isih keliwat bocah ngenal bebasan katresnan. Aku ngenal karo bebasan katresnan wektu linggih neng kelas telu SMP. Durung paham babagan katresnan, sangono gampange aku ndolanke perasaan wektu kuwi, tanpa sethithika mikirke pangrasa pasanganku. Awal mlebu SMA, aku njalin hubungan karo kakak kelasku. Aku kelas X, lagekne dheweke kelas XII pisan meneh aku mung ndolan karo demen tanpa serius mikirke pangrasane sing wis kelarani amarga tingkahku.
Putus saka dheweke aku kenal karo cah lanang liya, kabeneran dheweke uga kakak kelasku, tepate kelas XI,Bagong jenenge. Sadurunge aku ora kegeret kanggo njalin hubungan meneh, jeleh bebasane, ora ana sing menarik wektu aku njalin hubungan.
Awal kenalan aku uga ora pati nggeret, lan aku ora nganggep Bagong Ning rasa kuwi teras beda pas aku ping pisan ndeleng awake.
Mell,kuwi lo sing jenenge Bagong, jare Icha, salah sawong kancaku sing pas kuwi lagi linggih enak-enak neng ngarep kopsis karo guyonan. Aku teras nyawang menyang arah Bagong,lan kuwi awal aku ngerti Riko kanthi langsung.
“Tenane kuwi Riko?” Takonku marang Lani tanpa ngilangke pandanganku saka arah Riko.
“Iya bener, kuwi Bagong !” Jawab Icha karo mangan jajan sing entas dheweke tuku.
“Edan, bener-bener edan. Ganteng banget jebulna” batinku sajroning ati lan isih gumun ndelengke. Sangantine neng omah, aku ora mandhek-mandhek kepikiran raine Bagong
“Ngapa iki, aku ora bisa mandheg mikirke cah kuwi. Biyasane aku uga ora tau kaya iki” pikirku aneh banget karo bola-bali aku nguwaske handphone ngarep-arep ana SMS mlebu saka Bagong Tenan aneh, sing maune aku ora kegeret, saiki malah ngarep-arep luwih karo Bagong.
“Ana SMS !” Bengokku. Teras dak bukak SMS kuwi lan bener, kuwi SMS saka Bagong aku bungah banget. Kuwi awal nguga aku bisa serius njalin hubungan karo pasangan, tenan beda karo pasangan-pasanganku sadurunge.
       Lan iki wayah sing tak tunggu, wayah nang endi aku lan Bagong laku bareng. Sadurunge kami nonton, ning mergo wayah wis keliwatake, kami akhire nuju menyang siji panggonan sing becik banget. Udara sing sejuk, kahanan tenang, manuk-manuk nembang, suket ijo njoget lan genangan banyu sing amba yaiku panggonan cilik saka pancaran becik kene iki. Neng kene iki aku lan Bagong padha nyritani babagan kuripanku  dhewe-dhewe, ora krasa uga sore wis teka.

“Aku oleh ngomong serius ora Mel?” Takon Bagong ono serius nguwaske aku.
“Oleh Mas, ayo !” Karo sethithik gugup aku njawab pitakone. Dumadakan Bagong ujeng tanganku. “Duuh duh duh edan, arep ngapa ki bocah” batinku njero ati.
“Gelem ora dadi pacarku ?” “Aku tresna karo kowe”.
Saknalika pangrasaku teras campur aduk antara seneng lan bingung. Tekan saiki hubunganku lan Bagong apik-apik wae. Ora pernah neson apa maneh pada selingkuh.


Maling  Sandal  Sing  Bingung
       Ning sawijining dina Jum’at  tepate ning dhusun kali asat, ana salah siji wong sing terkenal banget dadi Maling. Wong mau jenege Paidin, paidin terkenal sering nyolong nang desane. Nanging nyolonge udu barang sing mewah kaya TV, Pit Motor utawa lia-liane nanging nyolonge sandal jepite warga dhusun kali garing utawa dhusun nang jejere dhusun kali asat.
          Pas kue paidin arep beraksi maning dinane pas dina Jum’at pas warga lagi pada sholat jum’at, dasar paidin batire pada sholat jum’atan deweke malah sibuk milihi sandal.
          “Allahu akbar, Allahu akbar” tandane wis komat lan jemaah pada menyat arep sholat jum’at, pas lagi pada sholat, paidin teka njur milih sendal sing apik. Mbuh nggo ngapa si paidin nyolong sandal, Nah pas dina kue ana Sandal sekang kayu apik tenan sandal kue ana trotol-trotole utawane sendal rematik. Jarene tanggane paidin, nek nganggo sandal rematik penyakit rematike bisa ilang. Nah pas kemutan kue, paidin pengin gawa sendal kue sebab awake sering rematikan, tapi pas arep jikot sandal kue ana sandal sing lewih apik lan lewih modern. Kayane iki sendale bocah enom, paidin banjur jikot terus diemek, rasane alus lan kepenak. Nanging paidin kue maling sing konsisten dadine kudu milih salah siji sandal mau. Paidin bingung merga loro – lorone apik kabeh, pas lagi bingung paidin ra nyadar nek jamaah masjid wis pada bubar. Pas paidin arep jikot salah siji sandal jamaah sing duwe sandal kue teka “Ehhmm” Paidin kaget terus mlayu ora ulih apa – apa merga ketungkul bingung.

Anak e wong golek rosokan sing dadi pengusaha sukses
      Kahanan sing ngubengi keluarga Ayu sing sederhana. Awim anak e Ayu sing saben dina isuk ngiwangi mak ane golek rosokan ning pinggir ratan. Oleh e duwek saben dina ora akeh, nanging cukup gawe mangan saben dina. Nanging, yen digawe kuliah no Awim sampek dadi sarjana durung iso. Mulo Soko kui pendidikan e Awim sampek SMA. Awim duwe pengenan arep kuliah ben kepengenan e sing dadi pengusaha sukses ben iso keturutan.
   Mulo soko kui Ayu adus kringet kanggo Awim Ben kepengenan e iso keturutan. Saben isuk Awim Karo mak ane budal ning pasar golek siso-siso botol plastik karo kerdus sing wis gak kanggo. "Awim, botol plastik sing ning ngisor montor kae jupok, luwung iso digawe tambahan". Awim langsung budal jupok botol plastik sing ning ngisor montor. Ora sengaja, montor kui montore Ferdi, Batur SMA ne Awim. Ferdi kui bocah sing duwe ni sifat gedhe endase, amarga sugih teka keluarga ne. Ferdi gelek ngelokno Awim amarga wong mlarat. Ferdi ngomong "La, kowe to wim, kok isek golek rosokan ae, kapan sugih mu? Hahaha, wasi Iki saiki tumpak an ku montor". Awim mung iso sabar. Ndelalah sing ning jero montor kui enek wong tuo ne Ferdi, jenenge Sigit karo Tillah. Sigit melok nyombong no kesugihane lan duwe ni sifat gedhe endase. Masi kelakuan e bojo sak anak e, Tillah langsung jaluk sepuro Ning Awim karo Ayu. Ayu ngelus rambut e Awim karo ngomong "Sing sabar yo le, rezeki kui wis enek sing ngatur". Awim jawab "Inggih mak, kulo janji yen ning sawijining dina, kulo bakal dados pengusaha ingkang sukses".
   1 tahun mengko, Awim dadi pengusaha sukses amarga usahane sing sregep golek rosokan lan sregep dungo marang Gusti Allah SWT. 1 tahun Awim kuliah usaha dewe supoyo kuliah e cepet bar. Saiki Awim dadi sarjana terus mergawe ning perusahaan. Ayu karo Awim ayem tentrem, pindah ninomah gede. Sawijining dina, pas Awim ning ngarep kantore, Awim ketemu Ferdi. Kahanan e Ferdi wis bedo, saiki Ferdi sing dadi wong njaluk turut ratan. Awim langsung nyelok Ferdi. " Fer, Ferdi ". Medhot dalan, Ferdi langsung ninggalno Awim. Awim cupet pengandel karo kahanan e Ferdi sing saiki. Ferdi kagugah ati ne yen urip e wingi nane kui kleru. Ferdi langsung balek methuk i Awim karo ngomong " Wim, sepuro ne yo yen winginane sifatku Karo sampeyan gak apik" omongane Ferdi. "Iyo fer, gakpopo sampeyan wis tak sepuro ni". Nyolok mata, Ferdi Saiki wis dadi wong sing apik.

                   
                                            Dening: Dila Anggraeni D.P
                                                                                                                                                     
Kanca Paling Apik

          Sore iku aku kan bunga, kancaku sing paling apik wiwit cilik wis ngenteni tiket konser. Amarga seniman sing bakal tampil ing konser kedadeyan dadi seniman Internasional, mulo ora heran apa antriane wis suwe. Kita malah kudu ngenteni wiwit jam 7 kan isih ora entuk tiket.
          Ngantri sore, tibak e ora entuk tiket konser, nanging tiket kasebut rapet banget. Mung wong bejo sing bisa entuk. Siji cara kanggo njupuk tiket konser yaiku njupuk kuis ing radio. Aku Moh keri, aku terus ngrungokake radio sing nyekel kuis kasebut.
          Sawijining dina, mung ana tiket sing isih ditinggal kan aku ora bisa nelfon saja radio. Ya, sing di telfon kan bisa mangsuli pitakon sing di takoni yaiku sapa wae sing bisa.
         Pengarep-arepeku suren nalika ana radio lan wis bisa mangsuli pitakon sing di takokane. Amarga seneng karo seniman sing pengen konser, aku nangis sedina lan ora pengen metu saka kamar. Bunga sing ngerti kahanan ku bakal enggal mulih " Sore bulek, tita ne wis ana?". " Ana ing kamar, sedina durung metu" nalika ibu ku mangsuli pitakon Bunga. " Ta, kenapa nangis kok koyo bocah cilik wae". " Sampeyan kan ngerti lek aku seneng karo BTS. Bayangke Yen kudu antrian saka isuk, sore lan melu kuis saben dina uga entuk tiket". " Iki tiket kanggo sampeyan" Bunga ngulungkane tiket, aku Katon kanthi ati-ati. " Hah, piye carane entuk tiket Iki? ". "Aku melu uga kuis LAN kedadeyan sing terakhir. Nanging iku kanggo sampeyan. Aku Yo ora seneng karo BTS, mung nuruti sampeyan hehe" tanpa ngroso duwe ni salah. " Sing tenan??? aku enggal-enggal Tangi ngrangkul Bunga sing lagi nggodhong aku amarga rai abuh. " Aku begja duweni kanca paling apik koyo sampeyan. Apa sampeyan njupuk kuis mung kanggo njaluk tiket kanggo aku??".  " Iya, hehe". Wangsulane Bunga aku tambah senen yen kekaancaan karo bocah wadon iki

                                          Dening: Dila Anggraeni D.P

Sengsorone urip sing maleh dadi penak e urip

Ing sawijining deso sing kumuh,uripe bapak pemulung sing duweni jeneng kasiman sing wis ditinggal mati bojone lan anak e sing ayu lan pinter sing duweni jeneng lastri.Wong loro iki urip mlarat bebarengan.Isuk iku kasiman pamit karo lastri arepe budal golek rongsokan ing ratan-ratan.Nalika kasiman pamit,lastri nawani bapak e kuwi sarapan ndisek,tapi bapak e nolak amarga engko nak budal awan ogak oleh rongsokan akeh.Lastri banjur nurut karo omongan bapak e iku.Mari ngunu lastri nyiapo bungkusan panganan gawe awak e dewe mengko nak skolahan.Sak bendino lastri dijatah limang ngewu karo kasiman,nanging duwek limang ngewu iku ora pernah digawe lastri tuku jajan,nanging duwek iku dicelengi digawe tambahan mlebu kuliah lan digawe bayar kabutuhan sekolahane.Lastri budal menyang skolah bareng dina,kancane sing apik.Setengah jam cah loro kuwi mlaku sampek teko skolahane.Bel sekolah uwes muni,kuwi tandane wes wayae mlebu kelas.Lastri lan dina gage-gage mlebu kelas.Pirang-pirang jam wes diulang,bel ngaso muni,lastri lan dina langsung bukak bungkusan panganane sing digowo teko omah.Sakwise kuwi teko bocah jahat sing sombong,sing seneng ngelokno lastri anak pemulung,sing duweni jeneng retha.Lan kancane sing podo jahate sing duweni jeneng berlin.
Retha : “ He kowe anak pemulung,ogak usah miker duwur-duwur yen pengen kuliah duwur,opo maneh dadi wong sukses.Bapakmu ae sampek adol kringet,mangan ae angel,opo maneh kok iso nyekolaho kowe.
Berlin : “ Iyo lastri,kowe ki kudu sadar diri nak kowewong mlarat sing ora ngarah iso sekolah duwur opo maneh dadi wong sukses.
Dina : “ He kowe wong sombong,tak kandani yo,rudo kuwi muter,wong nak ngisor iso dadi menduwor lan walik ane.
Retha : “ Kowe ora usah melu-melu din,aku ora duwe masalah karo kowe,lha kok malah kowe sing abang kupinge.
Lastri : “ Uwes din uwes,aku ora popo,kabeh sing diomongno kuwi bener,aku ikhlas nrimo lahir lan batin.
Sakwise kuwi bel muni tandane wayae mlebu kelas,lastri lan dina gage-gage mlebu kelas.Sak banjure plajaran,wayae muleh dewe-dewe ning omae.Pas mlaku nak ratan,lastri lan dina petuk kancane sekolah sing manis eseme lan nduweni watak apik sing duweni roso tresno marang lastri sing duweni jeneng rehan.Arek iku nawani lastri karo dina muleh bareng numpak montore.Sing dina manut wae,nanging sing lastri bingung amarga wedi mengko malah  dadi perkoro karo retha amarga lastri ngerti yen retha duweni roso tresno karo rehan.Akhire arek wedok loro iku nolak tawarane rehan.
Sak banjure teko omah,lastri nangis amarga ileng omongae retha lan berlin nak skolahan mau.Lastri mung iso nrimo lan dungo menyang gusti allah,yen kabeh wes enek dalane dewe-dewe.Lastri ora iso opo-opo mergo lastri mung wong mlarat sing ora duweni opo-opo koyo wong-wong liyane.Lastri tetep nangis sesengguk an amarga lastri loro ati karo omongane wong wedok loro jahat kuwi.Ora disongko-songko,kasiman wis muleh teko golek rongsokan.Banjur roh anak e nangis sesengguk an,kasiman langsung nakok i lastri tapi lastri ora gelem ngaku karo kasiman yen lastri loro ati amarga omongane kancane wedok loro mau sing jahat.Sakwise iku kasiman nuturi lastri yen ngadepi urip iku kudu sabar,kudu ikhlas,ogak oleh sambat amarga kabeh iku wes onok dalane dewe-dewe.Sakwise iku lastri meneng,terus ngajak kasiman mangan bareng-bareng.Isuk e lastri pamit budal menyang sekolah lan kasiman budal mergawe golek rongsokan.Udan,panas,ogak tau diroso kasiman amarga nglakoni kabeh iku kasiman ikhlas kanggo nyekolaho lastri sing duwur.Kasiman percoyo yen perjuangan ogak ngarah ngulungake asil.Saben dino kasiman turut ratan golek rongsokan gawe didol ing pengepul.Kasiman petuk kanca-kancane pemulung ing ratan,kancane nyeluk kasiman ngandani yen ing ngarep pasar kae akeh rongsokan.Kasiman banjur matur suwon marang kanca-kancane.
Kasiman golek rongsokan ing ngarep pasar,moro-moro enek bocah sing numpak e sepedah motor ugal-ugalan sing nubruk kasiman sampek sikile pincang ogak iso digawe mlaku.Saben dino kasimah nomah ogak golek rongsokan amarga sikile sing ogak iso digawe mlaku.Akhire lastri sing genteni kasiman golek rongsokan saben dino.Angger muleh sekolah lastri golek rongsokan turut dalan koyo kasiman biasane.Saben dino lastri nangis amarga miker yen bocae ogak ngarah iso nglanjuto sekolah duwur koyo sing dipingini kasiman.Ing wektu iku  pas lastri golek rongsokan ing turut ndalan,lastri ngerti wong sing dicopet,lastri langsung bengok-bengok jaluk tulong.Sakwise iku copete langsung digowo ing kantor polisi.
Sak banjure kedadean iku,lastri crito-crito marang wong sing ditulungi lastri sing duweni jeneng burhan.Sakwise iku burhan jalok lastri ngetero ing omae lastri.Teko ngarep omae lastri,pak burhan kaget amarga masi keadaan omae lastri karo kasiman sing urep kekurangan sekabehane lan gak tego masi bapak e lastri sing ogak iso opo-opo amarga kedadean kae.Langsung pak burhan ngomong yen bakal nyekolaho lastri sampek dadi sarjana.Pak burhan ngomong yen ikhlas ngekek i bantuan iki kanggo lastri amarga lastri cah wedok sing apik lakone lan apik atine.Kasiman karo lastri langsung nangis sesengguk an.Akhire lastri lulus sekolah SMA lan nglanjuto kuliah menyang adoh sing dibandani pak burhan.Sakwise telung taun sekolan lan uwes duweni gelar dokter amarga kuliah sampek S3 lan uwes kerjo dadi dokter,lastri muleh ing desone ne gawe ngedeko omah lan nyukupi kabeh kebutuhane  kasiman amarga sakdurunge kasiman melok omah karo pak burhan lan sikile kasiman uwes ditambakano pak burhan.Saiki urip keluargane lastri lan kasiman kecukupan,ayem tentrem ora kekurangan saktik o,opo-opo iso dituku,mangan ae saiki wes gampang  ora koyo bien.pak burhan lan sikile kasiman uwes ditambakano pak burhan.Saiki urip keluargane lastri lan kasiman kecukupan,ayem tentrem ora kekurangan saktik o,opo-opo iso dituku,mangan ae saiki wes gampang  ora koyo bien.
Dening : Jelita Novi Ramadhani


KEMBANG TURU  LAN TRESNA

      Suruping donya wis ganti dadi esuk,suara kicau ing manuk ning dhuwur  wit cedhak omah, nangiake wong wadon sing  turu  ing kasur putih.Kamare ora rapi nanging bisa gawe penak sing duwe .Satumpuk buku-buku pelajaran ning dhuwur meja, sing membengi bar dinggo sinau dijupuk lan dilebokake ning tas.Sepasang sandal sing ana ing ngisor amben dinggo banjur mlaku liyat-liyut pinuju kamar mandi sing cedhak karo ambene.Dheweke banjur adus,ora lali nanggo sabun lan shampo.Sakwise adus banjur metu seko kamar mandi lan nganggo seragam putih abu-abu sing anyar ketok cocok dinggo, wong wadon iku banjur mlaku pinuju kaca sing ana ing cedhak rak-rakane.Nyisiri rambute sing dawa,alus lan endah.Ora lali nganggo jepitan pita warna abang saengga nambah gawe ayune.Mbak inah sing gaweane ngrawat wong kuwi dawuhi Dinda pinuju mangan ing meja makan.
Sakwise iku, Dinda wis nganggo seragam rapi lan tas sing  kebak karo buku pelajaran musik.Kabeh keluargane wis nunggu arep sarapan bareng. Dinda banjur mangan lan langsung mangkat sekolah.Nanggo motor , Dinda nge-gas banter banget pinuju sekolahe sing cedhak karo omahe.Pak Satpam ning arep gerbang maringi aba-aba tanda gerbang wis arep ditutup.
”Tunggu pak,kula ajenge mlebu pak,Tulung bukake pak..”omonge Dinda.
“kowe ki siswa anyar ,mangkat sekolah kok awan ngene iki.Iki ki lagi sepisanan mangkat sekolah,eh kok telat..piye nek dina sateruse.” tutur pak satpam.
     Dinda meneng nggolek akal supaya bisa mlebu,Dinda gawe rupa melas kaya wong telung dina ora mangan.Ngrasa mesakake pak satpam banjur mbukake gerbange karo nggrundel atine.
       Kelase apik lan mewah kanggo sekolah seni.Ruang kelase jembar  serta akeh benda –benda sing bisa gawe suara merdu kayata piano,drum,gitar listrik,gitar akustik,terompet,harmonica,biola lan sapanunggalane.Temboke dikeki ukiran gambar –gambar tembang.
   ”apa bener kowe sing jenenge Dinda Sukma  Putri???  takon bu guru .
    Dinda nanggepi ulas-ulas “ Ee…enggih bu..Kula Dinda Sukma  Putri.Bu guru saged nimbali  kula Dinda mawon.    Kahanan opo iki,Dinda ora reti.Dinda mung bisa mikir lan nebak –nebak wae.Manapa kok bu guru iso nakoni kayo ngono. Apa amargi dinda suwi mlebu kelase apa amargi ora nggedok lawange. Apa apa???
      Dinda nglamun sak banjur niku ono bocah wadon ayu ning ngarepe tangabe lan nakoki dinda.
  ”Hey..dinda…kowe ki ngapa ??apa kowe lagi loro?? Ngapa kok rupamu koyo wong sing lagi ndelok hantu gentayangan..?”
  Dinda dadi kaget krungu ana hantu gentayangan akhire dinda bengok bengok kelas sing maune tenang dadi rame amerga dinda.
Sak banjur iku siswa pada maju nang ngarep nunjukake bakat sing diduweni.Bocah lanang kang perawakane dhuwur,rambut ireng,ganteng  maju nang ngarep.Slirane banjur  nari,lan tariane sempurna banget.Suara keplokan saka siswa laine nggelegar. wong lanang kuwi mau mlaku pinuju ing ngarepe dinda.Batine Dinda  rada geter kaya wong kang lagi ketaman asmara. Dinda banjur maju ning ngarep lan mulai aksine..aksine sing luar biasa. Yaiku suara piano kang merdu
      Pas wayah ing kantin sekolah siska ngomong ing dinda yen penampilane mau apik banget,suaramu merdu lan alus bisa gawe tentrem ning atiku. Nanging siska lan bimbi duwe bakat sing pada luar biasa. Siska sing nduwe awak apik bisa nari, lan bimbi sing setya karo gitare sing digawa nang ngendi ngendi.
     Sakwise 6 wulan dinda terus terusan sinau supaya bisa ngembangke bakat sing di duweni.Bocah iku ngrasa ora puas karo kemampuane.Angene gedhe banget.Nalika dina kang untung Dinda entuk pengumuman saka Ibu guru.yaiku Dinda,Siska,Linda,Bimbo,lan Rando entuk beasiswa sekolah Nang Universitas Seni London tanpa biaya. Lan sak wulan mengkas kowe pada arep ujian akhir, ibu guru ngarep kowe bisa nampilke sing terbaik nang ngarep juri. Dinda kaget,Akhire angenne bisa kelakon. Nanging dinda terah bocah sing jembar kawruhe.
      Dina arep ujian akhir samsaya cedhak,Dinda sinau kanggo ujian,dheweke ora gelem gawe kuciwa wong tuwane lan kancan-kancane.Dinda wis duwe lagu sing dikarang dhewe kanggo tampil sesuk nang ngarep juri. Panggung wis disusun rapi panitia.Juri-juri wus pada manggon nang kursine dhewe-dhewe.Siswa-siswi gantian munggah panggung lan nampilke tampilan sing paling apik. Pas wayah gilirane dinda, dheweke ngrasa gugup lan aneh. Padahal biasane ora ngrasa gugup kang gedhe banget kaya ngene. Nanging dinda disemangati karo rando akhire dinda semangat lan mempersembahake lagune kuei kanggo wong tuone,guru gurune lan kanca kancane.  Dinda langsung nyanyi lan suara gitar sing di petik dinda kaya lagu nang surga kang bisa damai lan tentremake ati kang lagi gundah. Akhire kabeh terpesona lan kabeh juri kang ana ing ngarep ngadek lan sakwise kuwi acarane rampung.
        Akhire dina keberangkatan pinuju London wis cumepak.Nang pesawat.wong wadon nyedhaki dinda.Wanita kang duwe tatapan tajam kang bisa gawe dinda sethitik ora nyaman.”kowe mesthi ngrasa seneng ta?.saiki kowe bisa seneng sikek.Segedhe apa usahamu,kowe bakal kalah saka aku “ Dinda kaget lan mesem sethitik dipeksa  “ aku ora bakal kalah saka kowe..” Linda karo meseme sing sinis  mangsuli “ lakonke sing terbaik,kawan..” Meneh lan meneh,dinda digawe kaget karo wanita iku.Sikep lan tindak –tanduke sing saksuwene iki ditunjuke mung dinggo gawe aku terpacu bisa menang.Linda banjur lunga ninggalke dinda sing isih kaget.
Sakwise penerbangan puluhan jam,akhire tiba nang London.Dinda mlaku nang antara wong-wong kan lalu lalang nang bandara,Rando saka mburi ngampiri Dinda sing kabotan gawa kopere.Rando mbantu nggawakake koper gedhe lan Rando karo nakoki dinda. Wong loro kuwi mung pada ngguyu lan ngrasake isin pinuju bis kang nganter ning penginapan.
        Kembang turu,Tresna,krasa bahagia umpama nduwe rasa iku.Usaha,kerja keras lan donga kang dadi utama dinda bisa nggayuh impene.Dinda reti,perjalanane ora mung mandhek ketok kene.Dheweke pengen sinau,lan nggolek pangerten apa kang sebelume ora diretini.Dinda wani duwe pangangen-angen,lan pangangen-angen kuwilah kang bisa nganterke dheweke ketok kene.                                                                                             Dening : Selvira gmp

YUMMY BLACK FISH
     Telung taun kepungkur. Wayah preinan, cinta budal menyang sumberjo bareng keluargane numpak mobi sng napenen renang. Perjalananne seru. Ing dalan, cinta lan keluargane mung guyon lan guyon, ora suwi, cinta lan keluargane wis tekan sumberjo. Cinta lan liane medun teko mobil lan langsung budhal ing kolam renang.
Nang kolam renang cinta kepethuk kancane lanang sng crewet, yaiku Sigit.
"Git, Nang kene karo sopo awakmu?" Pitakone cinta Ning sigit.
"Aku, kro Mase," ujare Sigit
"Loh awakmu duwe mas e git, bukane awakmu anak tunggal?" Pitakone cinta
"Iku mas sepupuku cin.. ganteng Yo mirip artis Korea sing jenenge Kim Soo bin?" Guyune Sigit Ning cinta.
"Ya lumayan lah! Wis Ndang ayo njegur!" Ajak'e cinta Ning sigit
Sakwise renang telung jam Nang kolam, cinta ngajak Sigit Bali menyang omah'e cinta dadi Mase Sigit Bali dhisik.
"Hee.. Git, iku lak fajar kro Adit ya, sing Nang pinggir dalan iku?" Pitakone cinta.
" Eh Iyo, kaya cah ilang pek," ujare sigit
Sigit lan cinta langsung ngajak fajar lan adit Nang omah'e cinta numpak mobil.
"Eh ape Nang ndi Ki?" Pitakone fajar lan adi
"Nang omah'e Pikachu makan-makan. Tapi cinta ape mancing iwak Sik ING kolam iwak one" ujare Sigit nang fajar lan adit.
Satekane  ing kolam iwak ome cinta, kabeh langsung medon teko mobil lan langsung melbu.
"He cah ayo ndang mancing" saute cinta
"Aku gk Isa mancing, pancinge abod," ujare fajar
"Heleh cucok we Iki jar fajar," ujare Sigit Karo ngguyu cekakaan bareng cinta lan adit
Sakwise entuk iwak, cinta lan kanca-kancane budal menyang omahe cinta. Nang omah'e cinta padha ribut perkara iwak.
" Krucuk.. krucuk ...," Swara werenge bocah- bocah.
" Haduh wetengku lesu," saute fajar lan adit
" Ya wis ndang ayo dimasak," saute cinta lan Sigit.
Sak bare tekan eng omah, cinta bagian nggoreng lan sing Lanang bagian ngumbah iwak.
"Cin, aku ngewangi liwat Donga wae ya," ujare Sigit
"Wis ndang goreng iwak konolo, Ojo guyu wae," saute cinta
"Git, hapemu Nang endi?" Pitakone cinta
"Iku nang mejo kamarmu?" Ujare Sigit
"Gamemu Nang endi git?" Pitakone cinta
"Ealah ukrek wae weki to cin cinta." Ujare Sigit
Sigit lan cinta lali karo gorengane iwak,amarga keasiken nge-game kari Selfi gak jelas. Lagi sadar ana ambu gosong saka Pawon.
" Cekrik.. cekrikk!" Suara hapene Sigit digawe foto-foto.
" Lho cit, Iki ambune opo ya kok gosong?" Pitakone Sigit
"Ambune saka pawon Git!" Ujare cinta
"Lhee ciinnnnt, iwake cin iwakkke gosong...," Ujare Sigit kro bengok
"Eh iya lali aku Git," ujare cinta Karo ngguyu
"Ya wis cin sekali-kali gosong ya tak apa," saute Sigit Karo pengingsian.
Adit lan Fajar kaget
" Lhe iwake kok ireng, gosong koyok Adit," ujare fajar Karo ngguyu cekikikan
"Fajar nguenyek aku goem, kulitku Iki warnane coklat ora Ireng cah koyok iwak gosong iku!masak gak Isa Masi seh awakmu kbeh?" Ujare Adit kro ngguyu
"Iyo-iyo dit" saute cinta,Sigit,kan fajar
"Eh masakan iwak Iki terlangka di dunia jenenge Yummy Black Fish,you know?" Pitakone Sigit lan cinta Karo cekakakan
" Rasane pait, Ra kayak iwak," saute Adit
"Oke fit mendem gak we mari mangan iwak iku?" Pitakone fajar kro guyu
"Ilatku piten jar, tapi dipangan nganggo sambel lumayan enaklah" ujare Adit kro meringis
"Wis trima apa eneke wae lo fit, jar" saute Sigit kro ngguyu
Wusanane sak wise kui bocah- bocah langsung Bali dhewe-dhewe diterna supire cinta.
Amanate saka cerita Iki yaiku " aja sembrana Yen nglakoni penggawean                                                            Deneng: Hidayatus.

Bocah Mbeling Pemimpin Neger
        Ing salah sijine desa pelosok ana bocah sing jenenge Suseno. Bocah kuwi nakale pitung turunan saben dikandani ibuk e bantah e seno oleh wae, ning omae suseno dikandani ibuk e sing jenenge Maya Estianti "cong nek muleh dolanan ojo dalu dalu ojo keluyuran rino wengi" suseno banjur bantah karo nyentak nyentak "sak karepku genyo buk wong awak yo awak ku kok sampeyan sing umek aku iki wes gede" bantah e Seno. Ibuk e mung bisa meneng wae lan ngelus dodo ngadepi anak siji sijine nek omong ratau iso alus marang wong tuwo.
     Sakwise debat karo ibuk e suseno banjur metu dolanan, ning dalan suseno petuk bature sing jenenge Sigit lan Rafi, wong telu kuwi banjur omong omongan "he aku nduwe ombenan sing rasane suweger banget " omonge rafi. " Ombenan opo kuwi nek seger aku yo gelem" saute siget "nek gelem ndang di ombe get ning awak keroso anget tapi seger" omonge rafi banjur siget ngombe ombenan maeng banjir seno ngomong " aku kok pengen roh rasane ombenan kuwi get" "nyoh no rasane enak banget ning awak enek sing bedo karo ombenan liyane rugi we nek ra melok ngombe" saute siget. Wong telu kuwi podo mendhem mendheman ning ndalan.
       Mari ombenan wes entek wong telu kuwi budal ning diskotek mosak masek ra karo karoan ning kunu tapi ning diskotik kuwi ana pak kyai sing jenenge gus miftah suseno kerungu ceramah e gus miftah kuwi seno langsung kebuka atine mulai miker nasib e pengarepa. Suseno banjur budal ning pondok pesantren gus miftah nemoni Gus miftah jaluk pencerahan. Ning kunu suseno dituturi, suseno mulai sadar mulai kebuka atine ngerubah sifat sing kasar marang ibuk e. Suseno kuwi bocah nakal nanging seregep sinau suseno pengen nyenengno wong tuo siji sijine yoiku ibuk e maya estianti. Bapak e sampun kapundut pas seno ijek bayi.
          Ing sekolahan suseno dadi bocah sing pinter dewe timbang kanca kancane sangking pintere seno oleh biaya siswa kuliah ning kampus inggris. Seno dadi wong sing paling aktiv,pinter,disiplin,lan ramah ning kampuse, pas wayah kampuse enek acara seno dadi wong pertama sing nyekel acara kui amarga seno wes dadi wong kepercayaane kepala kampus. Ning acara kuwi kampus inggris ngundang prabowo sing jabatane dadi ketua umum partai gerindra, prabowo eroh pas seno ngisi acara kuwi, prabowo kagum pas seno nerangno ning nduwur panggung. Sakwise seno medun panggung prabowo nyedak i seno lang omong omongan wong loro. Prabowo seneng marang suseno amarga seno yen dijak omong nyambung banget. Banjur seno diajak ning kantor pusat gerindra sing panggone ning Palangkaraya dadi anggota politikus mergo seno wong sing bijak menurute prabowo.
        Gang pirang ulan enek pemilihan presiden prabowo nyalokno seno dadi presiden . Ndilalah bejone seno kepilih dadi presiden republik indonesia. Banjur seno muleh ing desa nitik ibuk e diajak ning istana kepresidenan sing anyar panggok e ning kalimantan. Akhire seno dadi wong sukses. Mayaestianti bangga seneng banget amarga nduweni anak koyo seno sing kepilih dadi presiden.
                                                                                          Dening : Ayu Fitria

Gegayuhan Sing Dadi Kanyatan
Ing dina Minggu yaiku dina sing disenengi karo Lisa mergo dina kuwi dewek e libur. Lisa lan ibuk Wati lungguh ing ngarep omah karo njengkerno nilai ulangan. Sing dijengkerno yaiku nilai ulangan Basa Jawa . Lisa kondo ning ibuk e yen ulangane Basa Jawa entok biji 95. Ibuk Wati seneng lan bagya yen dikandani biji ne Lisa.
Bapak Aji yaiku Bapak e Lisa mulih sabanjur teka mergawene. Bapak Aji markire sepedhah ing teras, langsung salam "Assalamualaikum", Bapak Aji salam. "Waalaikum salam", jawab e Lisa lan ibu e, Bapak Aji langsung melok lungguh ing ngarep omah karo Lisa lan Ibuk Wati.
"Ibuk lan Lisa lagi njengkerkake apa?", takok e Bapak Aji.
"Kula kaleh ibuk lagi njengkerake biji ulangan Basa Jawa kula, pak", jawab e Lisa.
Ora suwe adzan maghreb dikumandangke, Lisa, ibuk Wati, Bapak Aji langsung mlebu ing omah, lan sholat maghreb bebarengan.
Sawise maghreb Lisa lunguh karo sinauni pelajaran e. Ibuk Wati lan Bapak Aji marani Lisa lan takok-takok lang njengkerake tentang sekolah e Lisa. Mula-mula langsung Bapak Aji takok "Apa sing mok lakoni nduk, yen sawise kowe lulus SMA?"
"Kula nggeh tasek bingung,pak", jawab e Lisa.
"Lha sing mok pingini kuwi kuliah opo mergawe tp nduk?", Takok e Bapak Aji.
"Kula nggih pingin kuliah pak, kula pingin dados pinter maleh" ,jawabe Lisa karo nunduk.
"Lha kok pingin kuliah to nduk, lha teros opo sing digawe bondo nduk,", ibuk e Lisa karo mbrabak.
"Yo mboh to buk, aku sak jane yo pingin nguliahno Lisa, pingin kuwi dadi wong sing sugeh", jawab e Bapak Aji.
"Lha nggeh to pak buk, kula nggeh pingin ngangkat derajade Bapak kaleh Ibuk" saut e Lisa.
Ing tengah-tengah e jengkeran kuwi, mbah e Lisa yaiku Mbah Tari teka lan melok jengker mbahas kuwi. "Lha sing mok pingini ki dadi opo to nduk, cah ayu?", takok e Mbah Tari.
"Kula nggeh  nggadah gegayuhan mbah, gegayuhan kula niku guru", jawab e Lisa.
"Lhayo yowes to Ji, wong anak em yo wes nduwe gegayuhan, bijine yo wes apik", jare Mbah Tari.
"Yo wes to nduk, nek gegayuhanem kuwi dadi guru, yo sinau sing pinter maneh nduk yo, Bapak ben mergawe sing tenanan" kondone ibuk Wati.
"Yo nduk Lisa, Bapak tak mergawe sing tenanan sak iki", kondone Bapak Aji.
"Kula nggeh sampun tangklet-tangklet yen enten beasiswa kuliah", kondone Lisa
"Lha coro kuliah ki kowe arep kuliah neng endi nduk?", Takok e ibuk Wati.
"Kula nggih pingine ten niku buk, ten UPN VETERAN JATIM" jawab e Lisa.
"Yo wes nek ngunu sing penting sak iki Bapak em mergawe sing tenanan lan kowe nduk Lisa yo sinau sing tenanan yo" , mbah Tari ngandani Lisa lan Bapak e .
"Inggih mbah", jawab e Lisa
"Ngeneki Ibuk lan Mbah e yo mung iso ndongaake", kondone mbah Tari.
Mula-mula adzan isyak dikumandangke.
"Lho wes adzan isyak, ayok sholat isyak sek", bapak ngajak sholat isyak jamaah ing omah. Lan langsung sholat jamaah , ing jamaah kasebut, Bapak Aji, Ibu Wati, Mbah Tari lan Lisa dungo marang gusti Allah yenbgegayuhane Lisa dadi kanyatan.
Sawise lulus SMA lan wisuda, Lisa langsung daftar jalur bidik misi ning UPN VETERAN JATIM lan alhamdulilah yan Lisa ditrimo ning kunu. Lisa mbendino usaha lan dibarengi dungo yen awak e pingin gegayuhane dadi kanyatan.
Sawise bar kuliah lan wisuda ing gedung kuliah e, Lisa dadi sarjana. Lisa langsung nggolek penggawean ning sekolah-sekolah lan ditrimo dadi guru SD. Lisa, Bapak e, ibuk e, lan mbah e seneng banget yen Lisa ngulang ning SD kuwi, mergo SD kuwi yo SD ne Lisa pas cilik. Sak iki Lisa lan keluargane seneng banget yen gegayuhane dadi kanyatan.
Dening: fifi rahmatillah

Kebetulan Sing Nyenengake
Rani bocah wadon sing tegar, kuat, lan ceria sajroning nglakoni uripe sing angel. Sakdurunge bapake seda uripe Rani mesti seneng. Nanging sakwise bapake seda sifate ibuke dados kasar lan nesu marang Rani. Bapake Rani nduweni utang ning pak Andre sing katah. Pak Andre kuwi wong sing seneng judi lan Rani nggowo hoki kanggo dheweke. Dadosipun Rani diajak pak Andre yen arep judi.
Rani nduweni pacar jenenge Arkan. Nanging hubungane dheweke ora diweruhi marang ibune. Arkan kuwi bocahe ganteng, pinter, sugih, seneng dolanan basket lan dadi kapten basket ing sekolahane.
Esuke Rani budhal sekolah numpak sepedah. Ing sekolahan Rani lan Arkan mlaku bebarengan. "BTW... saiki enek tugas lohh.." ujare Arkan ning Rani. "Tugas ??" Ujare Rani sing kaget. "Awakem ki lalinan to Ran.. opo to sing mbok ilingi sakliane aku ?" Ujare Arkan. "Iihh njengkelke" omonge Rani karo njrangkrakno Arkan.
Sakwise pelajaran rampung, Rani lan Arkan banjur metu ning Pantai Sentolo Garut. Rani lan Arkan mlaku bebarengan. Arkan banjur njabut kembang dandelion terus diweneho Rani. Kembang kuwi yaiku kembang sing disenengi Rani. Banjur Rani lan Arkan nyebul kembang kuwi bebarengan.
Ing wayah wengi Arkan ngeterake Rani mbalek menyang parkiran sekolahan. Amarga ibuke Rani durung ngerti senajan Rani pacaran karo Arkan. Sakwise tekan omah Arkan krungu ibuke nangis. Banjur Arkan mlebu ing kamare ibuke. "Buk... ibuk kenapa buk?" Omonge Arkan karo nyedak ing ibuke. "Ibuk gak papa kok nak. Saiki ibuk nduwe tugas kanggo awakem. Budhe Linda kan arepe mrene, dadosipun parani budhe Linda ning hotel".
Sakwise Arkan tekan hotel, dheweke weruh Rani (pacare) mlaku karo om - om mlebu hotel. Arkan ngenteni ning Lobi amarga Rani durung metu saka hotel. Sakwise Rani metu saka hotel, Arkan langsung moto Rani sing nggandeng pak Andre.
Sakwise tekan omah Rani di SMS Arkan diajak petukan ning Taman Venda. Ning kunu Arkan nakoni Rani tentang foto maeng. "Iki sing nek foto sapa? Awakem nglindur to piye kok iso mlaku tekan hotel". Ujare Arkan karo ndhuduhake foto sing ana ning hp ne. "Ar.. aku iso njelasno". Ujare Rani. "Njelasno apa? Yen aku ora oleh dolan ning omahmu". Ujare Arkan. "Ar.. aku bingung pe njelasno teko endi ndisek". Ujare Rani. "Gak usah di jelasno, sing tak wasi meng wis jelas yen awakem asline ngunu". Ujare Arkan karo mbentak Rani.
Rani nangis amarga Arkan nyeneni dheweke lan ora gelem ngrungokake panjelasane. Ning taman kuwi Arkan medhotake hubungane dheweke karo Rani.

Esuke ing sekolahan Rani weruh Arkan lagi dolanan basket, nanging sifate Arkan maleh kikuk lan ora takonan. Pas wayah istirahat Rani dilokno karo kanca - kancane amarga fotone karo pak Andre kesebar ing hpne kanca - kancane. Rani banjur methuki Arkan. Nanging Arkan ora ngerti sing ditakokno Rani.
Dina - dinane Rani dibeki karo kesedihan amarga Arkan ngadohi dgeweke. Banjur ing sekolahan enten murid anyar asmane Gibran. "Haii gaess.. jenengku Gibran, salam kenal yoo.." sapane Gibran ning kanca - kancane. Gibran manggon karo Rani. "Haii.. " sapane Gibran ning Rani nanging Rani ora nggubris Gibran.
Gibran nduweni kepinginan gawe kenal lan luweh cedhak karo Rani. Sabendino Gibran mesti nggawe Rani padang langite. Amarga Gibran ngerti yen Rani nduweni urip sing angel.
Dina - dinane Rani dados seneng amarga Gibran luweh care marang dheweke. Cedhake Gibran marang Rani ndhadekake rasa ora seneng ning atine Arkan. Nanging gelone Arkan luweh katah marang Rani.
Sawetarane dina mengko ing wayah wengi, nalika Gibran kepengin mbalekake hpne Rani sing digawa lunga, Gibran weruh Rani lagi mlaku karo om - om numpak montor menyang hotel. Gibran ngituti montor kuwi. Sakwise menyang hotel, Gibran ngenteni ing njaba.
Nalika Rani tekan omah, nalika wis nyabrang pager, ujug - ujug Gibran teka banjur njaluk panjelasan saka Rani. "Aku wis ngerti kabeh Ran!! Dadi iki minangka alesane Arkan mutuso awakem". Ujare Gibrab nalika ngadeg ing njabane pager. "Aku bisa nerangake kabeh Gib" ujare Rani nalika ngajak Gibran mlebu lan njagong ing teras.
Rani nerangake kabeh kedadeyan sing ana ing uripe. Yen Rani kuwi mlaku menyang hotel karo om - om amarga bapake Rani nduwe utang sing katah lan kudu dibayar karo ngancani nalika main judi.
Gibran sing wis ngrungokake panjelasan saka Rani, kepengin golek solusi supaya Rani bebas saka pakaryan. Nanging Rani ujar menawa ora ana cara liya kanggo bebas saka utang kasebut. Gibran langsung meneng lan krasa amarga rumangsa kabeh masalah kuwi mesti ana solusine.
Mau esuk Gibran nglumpukake piranti musike lan du dol. Dheweke banjur meneho ndhuwit kuwi menyang pak Andre lan Rani bebas saka tugas kasebut. "Matur suwun Gib amarga pengin mbantu mbayari utangku. Aku ora ngerti apa sing kudu tak lakoni kanggo awakem". Ujare Rani. "Karo iki ae wis cukup kok Rani". Ujare Gibran karo nggowo Rani menyang restorane pak dhene. Rani ditampa dadi pelayan restoran. Rani pancen semangat banget ing papan kerja.
Esuke ing sekolahan, Rani dihina lan dipoyoki karo kanca - kancane amarga videone karo pak Andre mlebu hotel wis nyebar ing hpne kanca - kancane. Pungkasane Rani ditimbali menyang ruang guru. Sakwise putusane kepala sekolah, Rani ditokno menyang sekolahan.

Sejatine Arkan wis ngerti yen sing nyebar video kuwi yaiku Lola. Amarga Arkan ngerti yen Lola pancen sengit lan pengen ngrusak Rani. Banjur Arkan metuki Lola lan dheweke nesu banget lan ora seneng karo Lola.
Ing wayah sore nalika Rani lagi kerja, Arkan teka ing restoran metuki Rani. "Nyuwun pangapunten amarga sakdurunge aku ora percaya karo awakem" ujare Arkan marang Rani.
Ujug - ujug Gibran teka lan ora nampa amarga Arkan wis nggawe Rani sedih lan loro ati. Gibran njotos Arkan, banjur wong loro kuwi gelot. Sakwuse dipisahake karo Rani, Arkan banjur lunga. Lan Rani kuciwa banget marang Gibran.
Nalika Rani metu saka restoran lan kepengin muleh, ujug - ujug pak Andre teka ngajak Rani lunga. Banjur Arkan teka lan nylamatake Rani. Nanging wetenge Arkan ditusuk gaman karo anak buahe pak Andre.
"ARKAAAAAN...." Rani njerit lan langsung ambruk ing ngarepe Arkan karo nyekel sirahe Arkan.
Banjur pak Andre lunga. Gibran teka lan nggawa Arkan menyang rumah sakit. Sakwise tekan rumah sakit Arkan digawa ing ruang darurat. Rani terus nangis ning njaba ruangan. Rani nelpon wong tuwane Arkan lan nyritakake kahanane. Sakwise wong tuwane Arkan teka, Rani banjur lunga.
Sakwise rong minggu, Arkan wis oleh mulih lan kondisine nambah apik. Arkan metuki Gibran lan nggawe rencana supaya Rani bisa sekolah maneh.
Esuke ing sekolahan Gibran ngumumake ning kanca - kancane arepe demo gawe mbalekake Rani menyang sekolahan lan demo kuwi uga diterusake dening guru kelas lan guru liyane.
Kepala sekolah bareng komite lan pengacara ngadakake rapat. Ing rapat kasebut kepala komite nentang keputusane kepala sekolah lan dheweke kudu mbalekake Rani sekolah maneh.
Esuke Rani oleh kabar yen dheweke bisa sekolah maneh. Dheweke seneng banget lan ngandhani marang ibune. "Buk.. ibuk.. Bu guru nelpon Rani yen Rani bisa sekolah maneh". Ujare Rani karo ngrangkul ibune.
Esuke Arkan lan Rani wis mlebu sekolah maneh. Kanca - kancane Rani ora sengit maneh marang dheweke. Gibran ngomong ning Arkan supaya merjuangake tresnane marang Rani. Gibran ngalan ngalah karo Arkan.
Pungkasane Arkan lan Gibran bisa dadi kanca sing apik lan hubungane Arkan karo Rani bisa nyatu maneh lan urip bebarengan kanthi seneng.

Dening : Khusnul Khotimah


3 Kanca
Iki minangka crita saka 3 kanca sing ngrewangi siji-sijine, ngrawat saben liyane lan uga ngerti perasaane saben liyane. Cah telu mau dadi kanca biyen wiwit cilik amarga usaha bapake. Dheweke diwenehi jeneng Melly Wimio, Dio Triwira, lan sing terakhir yaiku Kevin Karzina. Cah telu kasebut terus-terusan ngupayakake urip minangka kanca sejati nganti siji dina Kevin lan Dio seneng karo Melly. Dio sabar lan nate milih, nanging Kevin ngajak dheweke nglawan Melly. Sanajan pungkasane Dio kalah lan Kevin njaluk panjaluk marang Dio supaya tetep ditinggalake selawase lan mandheg kekancan karo dheweke. Dio mutusake arep lunga lan ora nate bali menyang Jakarta. Dheweke ngerti penyakit aneh sing nyebabake dheweke bertahan, nanging minangka wangsulane dheweke bakal kelangan memori sing lawas sawise dheweke umur 18 taun.
Sawetara taun mengko, Melly lan Kevin umur 17 taun lan uga kelas 3 SMA. Lonceng uga kisaran lan guru mlebu ing kelas bebarengan karo siswa transfer. Siswa transfer kasebut uga ngenalake awake dhewe ing ngarep kelas "Halo kabeh.. !. Nami kula Dio Triwira. Sampeyan bisa uga nyeluk kula Dio, lan njaluk kerjasama, kanca. Kevin lan Melly kaget nalika ndeleng dheweke dadi siswa transfer.
Pungkasane lonceng istirahat muni, banjur Kevin lan Melly marani dheweke lan Melly takon marang Dio. "Dio !! Sampeyan nang endi wae selama iki? Sampeyan jahat Dio, aku karo Kevin sing tansah goleki sampeyan". Dio uga mangsuli tembunge Melly kanthi nada sing kuciwa. "Melly, Kevin, apa kowe nggoleki aku? Yen kowe pancen padha golek banget marang aku, kenapa ora menyang omahe simbahku ing Cirebon !! Sejatine kowe kabeh lali karo aku, ta? Yen ngunu selamat tinggal !!”. Sakwise kuwi banjur langsung mangkat.
Melly lan Kevin ora tau ngomong karo Dio wiwit dina kuwi. Nganti pungkasane program penerimaan diploma wiwit, nanging ora melu acara kasebut nganti rampung. Sakwise acara kasebut dadi kepala sekolah njaluk Melly lan Kevin ngirim gelar diploma lan penghargaan siswa paling apik nggone Dio menyang omahe. Melly lan Kevin langsung mlebu omah lan menehi kabeh mau marang ibune Dio. Banjur ibune Dio menehi surat terakhir saka Dio marang Kevin lan Melly nalika kandha "Iki minangka serat terakhir sing ditinggalake Dio kanggo sampeyan. Bisa uga yen sampeyan nemoni dheweke mengko ora bakal ngerti wong loro sampeyan lan uga sing ketemu mengko ora bakal dadi sing lawas nanging sing anyar. Elinga siji pesen saka ibu, aja nyoba kanggo ngelingake Dio anyar babagan kenangan lawas dheweke. Sing kabeh saran saka ibu. Sampun...  sampeyan enggal ".Melly lan Kevin langsung metu saka omah Dio lan mara menyang cafe cedhak omah Dio lan maca surat saka Dio ing cafe kasebut :
Kanggo Melly lan Kevin kancaku sing paling apik
Melly, Kevin ngapunten amarga wis akeh salah karo sampeyan. Aku ora tau nate dakcritakake babagan penyakitku kanggo kalorone sliramu sanajan wis padha kekancan. Ngandika sing saya nandhang penyakit iki, penyakit iki bisa ndadekake aku abadi nanging mbalekake memori mung bakal tahan 18 taun lan sawise iku aku bakal lali kenangan 18 taun iku lan dadi dio anyar. Melly .. Kevin ... Tulung ora lali karo aku sanajan aku bakal lali sampeyan mengko. Oh ya Kevin minta tresna marang Melly kanggo aku amarga aku yakin mung sampeyan bisa nggawe Melly seneng. Matur nuwun Melly ... Kevin ... Amarga dadi kanca sing paling apik, kanthi serat pungkasan iki, sing sampeyan ngerti wis ilang kanthi muncule serat iki. Pisan maneh, matur suwun dadi kanca sing dakkarepake.
Dio Sawise iku, Melly lan Kevin nikah lan urip kanthi seneng-senenge serat lan kenangan saka Dio lawas.
Dening : Khusnul Khotimah

Kejlungup Amarga Keminter
Rong taun kepungkur sakwise lulus bocah bocah ngadakake ngumpul bareng. Bocah-bocah wis padha nyambut gawe dewe-dewe. Nanging ,ora lali marang kanca sekolah biyen.Salah sijine Dewi bocah wadon sing pinter lan keminter jaman sekolah biyen. Liyane yaiku Deni,Diki,Ratih lan Mawar kanca sak kelas.
Jam wolu isuk bocah-bocah mau padha wis siap ngumpul bareng ing ngrep omahe Diki. Ing dalan nuju omahe Diki,karo omong-omongan takon penggawean .
" Mergawe ing endhi awakmu war?" Pitakone Ratih marang Mawar.
"Ing Surabaya" Jawabe mawar karo nyeter sepedah montor.
"Mergawe opo war?" Balek takon maneh.
"Eee...yo mergawe serabutan ngunu kuwi" Jawabe mawar karo guyu.
Sakwise iku bocah-bocah wis padha ngumpul ing omahe diki nanging Ratih lan Mawar durung teko ning kono.
" Dik,bocah-bocah padha nandhi iki kg durung teko" Pitakone Deni bocah kang sabar lan meneng iku.
"Iyo gak ruh aku,nndhi cah loro iku kok suwine" Jawabe Deni karo lungguh ing duwur sepedah
" Lha,piye ki kok durung teko" Saute Dewi karo mrengut.
"Wis to enteni diluk kas" Omongane deni karo kanti sabar ngenteni cah loro mau.
Ora suwe cah loro iku teko ing ngarep omah e diki . Nanging cah loro iku mau jalok sepuro karo kanca-kancane amargo awak ee  ngeroso salah. Dewi bocah sing egois iku mrengut lan mengkerik ing duwur sepedah .
"Hai gaes" Ucape cah loro iku kanthi bungah banget.
"Sepurane yo aku keri" Pangucape mawar kanthi jalok sepuro marang kanca- kancane.
" Iyo gak popo war, wis dang ayo budhal sido nndhi iki?" Pitakone deni kanthi kalem.
" Ning warung lesehan wae prastawane ayem tentre." Jawabe Dewi kanthi pegel ngenteni.
Sakdurunge ing warung lesehan bocah-bocah iku mau mubeng minger ing dalan ereke warung lesehan iku. Sawise pegel mubeng minger ing dalan-dalan bocah-bocah nuju ing warung lesehan kanthi seneng lan bungah banget amarga dino iku bisa ngumpul bareng kanca sak kelas biyen wayah sekolah.Sakwise pesen mangan bocah-bocah lungguh ing dingklik sing kosong. Kanthi ngenteni mangan bocah-bocah iku omong- omongan penggawean sing campur adhuk rakaroan.
"Wis padha mergawe nandhi iki?" Pitakone Diki marang kanca-kancane.
"Eee, mergawe cedhak cedhak wae" Jawabe Deni.
"Mergawe opo den kok cedhak-cedhak wae?" Pitakone Diki karo nyerempeng.
Bocah-bocah padha omong-omongan mbahas penggawean nanging dewi meneng wae ora jawab malah nyerempeng mangan.
"Wi, kok meneng wae ora omong?Awakem mergawe nandhi wi?" Pitakone mawar karo nyenggol sikile.
Dewi ora jawab nangis dewi tambah nangis karo mangan. Amarga deweke durung mergawe lan isih nganggur.
"Lho, kog nangis wi?" Omongane Ratih koyo ngece.
" Onok opo to wi lang cerita ora popo" Omongane mawar karo ngeneng- ngeneng dewi sing nangis .
" Awakmu durung oleh penggawean tha wi?" Pitakone diki koyo ngece.
Amarga diece kanca- kancane dewi meneng wae ora jawab malah nangis terus ora leren.Mawar lan deni bingung ngeneng- ngeneng dewi .
" Wis wi, ojo nangis terua, nangis ora bakal ngebarno masalah sing wis dialami saiki" Omongane mawar karo delok dewi.
" Ayo, melok mergawe aku wae le wi!" Deni nawani penggawean .
Nangis dewi malah nangis amarga ngeroso salah biyen ora ngulangi pas wayah deweke iso malah sombong lang ora nulung kancane sing ora iso ngerjakno soal.
" Sepurane yo... Biyen aku wis egois . Tapi awakmu kabeh isek gelem nulung aku" Omongane dewi karo nangis.
"Apa sing wis kedadeyan ora usah ditangisi wi, gawe pengalaman lan dadio wong sing luweh apik maneh" Tuturane mawar
" Suwun iyo.... Wis dadi koncaku sing apik" Jawab e dewi karo ngerangkul mawar.
" Iyo wi...." Jawabane kanca- kancane
Wayah dzuhur bocah-bocah nuju mesjid sing ora adoh teko warung lesehan arepe sholat bareng .Lan sakwise dhuhur bocah- bocah padha rukun lan seneng. Salah sijine dewi bocah sing durung duweni penggwean saiki wis oleh penggwean, atine bungah lan seneng bAnget
    Dening: Selvi Yuliati


Sregep Sinau
Senin awan. Sawise upacara panji bocah-bocah, padha menyang kelas masing-masing kanggo entuk subjek saka guru. Dina iki ana matématika, Indonesia, Jawa, lan PPKN.
Subjek pisanan yaiku matématika. Guru ngandhani supaya makarya ing kaca 5 nganti 6. Suasana kelas sepi nalika para siswa lagi nggarap pitakon. Banjur sawise ngrampungake, guru menehi saran supaya sinau babagan multiplikate lan distribusi pitakon crita amarga sawayah-wayah tes tes bisa ditindakake.
Sawise rampung golek pelajaran ing sekolah, para siswa mulih. Tika, Dwi, lan Rima mulih ing omah amarga jarak omah omahe ora adoh saka sekolah.
"Sawise nedha awan, ayo main. Ing omahku ana boneka anyar sing dituku ibuku saka Bandung. ”Rima takon karo rong kanca sing paling apik.
"Seneng." Ujare Dwi kanthi bungah banget.
"Kepiye babagan, Tik, sampeyan bisa teka utawa ora?"
"Aku ora mung teka. Aku kepengin sinau ing omah amarga guru ngandhani sinau amarga aku wis siyap duwe uji coba. "Sanjang Tika kanthi ora sopan.
Tekan omah dewe-dewe.  Tika langsung ngganti sandhangan, mangan bengi, donga, banjur istirahat ing wayah awan supaya ing wayah wengi dheweke bisa sinau kanthi tenang lan konsentrasi. Kadhangkala, dheweke takon marang sadulure apa dheweke ora ngerti materi kasebut ing buku.
Dene Dwi lan Rima dolanan boneka nganti pungkasan supaya dheweke ora duwe wektu kanggo sinau materi kasebut. Esuke padha budhal bebarengan lan nalika tekan kelas, ana tes ora pas. Dwi lan Rima nemokake angel nggarap pitakon lan pungkasane nyetak skor kanthi ora saengga kudu mbaleni tes sing diterusake.

Kasus liyane karo Tika. Piyambakipun pikantuk biji paling apik ing kelas amarga wis sinau kanthi sregep miturut saran saka gurune. Bu guru njaluk marang Dwi lan Rima supaya sinau karo kancane, Tika.

"Wah, Tik, selamat, kelas sampeyan 10. Apa sesuk kita bakal sinau karo sampeyan," ujare Rima marang Tika.
Dening: Selvi Yuliati

“DILEMANE KONCO”
Jam wis nunjuko wayah 07:00 isuk, bel sekolah wis muni. Murid-murid gembruduk blayon gagenan melbu kelas. Teko gembrudukane murid kuwi maeng, ana murid lanang sing nggantheng saksekolahan. Jenenge Derren. Ning mburine ugi ana Rani lan Bella, wong wadon ayu sing salah sijine ana sing di taksir karo Derren. Bocah-bocah kuwi ngangsu kawruh ning SMA 1 Jakarta.
Sawijining dina Derren pengen menehi surat kanggo Rani, nanging dheweke kleru ndeleh ning tase Bella koncone Rani. Pas Bella mbukak tase, dheweke kaget lan bingung. Ning surat iku ana tulisan inisial huruf “D”. Dina selanjute Derren pengen maneh menehi Rani kembang mawar, nanging koncone Derren sing dikongkon meneho kembang mawar ning Rani tibakke kleru di weneho ning Bella. “Tolong weneho kembang mawar iki ning arek wadon sing ning kono kae” omonge Derren. Ning surat iku mau tetep ana tulisan inisial hurup “D”. Dina kuwi wayahe pikete Rani, dheweke dikongkon Bu Guru ngetro buku ning perpustakaan sekolah, dheweke dikancani Bella. Ning tumpukan buku kuwi ana kado teko Derren. Nanging Rani ora iso ngetero buku kuwi ning perpustakaan  amergo dheweke ditimbali Guru liyo “Bel, tulung terno buku iki ning perpustakaan” omonge Rani. “Iyo Ran siap” saute Bella. Kado ning tumpukan buku mau dikirone kanggo Bella. Kado kuwi langsung dilebokno tase. Sakwise dibukak ana tulisan inisial hurup “D”. Bella dadi luweh semangat lan ngiro hadiah-hadiah kuwi teko Derren, arek sing disenengi bocae suwe.
Pas ning kantin, Bella dijejeri Derren. Bella dijaluki nomer telpone. Bella langsung bungah atine. Sakwise ning omah, Bella di SMS Derren. Dheweke di jak pethukan ning cafe sore kuwi jam 5. Ning cafe kunu Derren malah ngomong nek dheweke wis seneng Rani koncone. Bella langsung kaget. Bella langsung gugup pamit muleh nggowo roso sedeh lan kuciwo ning atine. Sakwise ning omah Bella langsung nangis lan ngomong “Kenopo kudu Rani ?” omonge Bella karo tetangisan.
Isuke ning sekolah, Bella ulat peteng. Rani bingung kenopo dheweke di srengeni karo konco karipe dewe. Ra suwe, Hpne Rani muni, ndilalah ana SMS teko Derren sing ngajak ketemuan ning taman sekolah. Ning kono Rani ngomong “Sepurane aku ra iso nompo tresnamu. Mergo kanggoku aku lan Bella kuwi konco sing raiso dipisahno”. Tanpo kakean omong Rani langsung ninggalno Derren lan mbalik ning kelase. Kedadean kuwi diwasi langsung karo Bella. Akhire Bella ngalah kanggo bature. Sakjok kedadean kuwi Bella ngiwangi Derren kanggo ngoleho atine Rani. “Pethukan ning toko buku cedekke sekolah yukk” omonge Bella ning telpon. “Oke” jawabe Derren. Ning toko buku Bella ngandani Derren yen Rani iku seneng moco buku, banjur Derren langsung nukokno buku senengane Rani. Isuke, buku iku mau diwehno ning Rani. Rani seneng banget.
Ning taman sekolah Bella ngomong nang Derren yen Rani iku seneng karo arek lanang sing iso maino alat musik. Nanging Derren ora iso main alat musik opo-opo. Banjur Bella nawani gawe latian bareng. Sakjok kedadean kuwi, wong loro iku gelek bareng lan teko kono kuwi Derren ngrasakno ana sing bedo ning atine pas dheweke bebarengan karo Bella. Tapi roso kuwi ra di anggep tenanan karo Derren, dheweke ngiro yen kuwi mung roso biasa.  Bella ngandani yen minggu ngareb ulang tahune Rani. Rani karo Derren pengen menehi kejutan kanggo Rani. Kedadean kuwi malah gawe wong loro kuwi dadi luweh erek lan gelek barengan terus.
Sakminggu kepungkur …
Dino ulang tahune Rani teko. Bengine Bella karo Derren wis nyiapno kabeh. Derren sadar yen rosone ning Bella ora roso sing biasa, dheweke lagek sadar yen kuwi roso sayang. Rosone ning Rani ilang, keganti karo roso sayange ning Bella. Ra di songko-songko Derren malah ngungkapo perasaane ning Bella. Bella kaget. “Aku kesuwen gawe nyadaro roso tresnoku ning awakmu, tapi tresnoku gede banget ngluwehi opo-opo sing ning ndunyo iki. Bell, awakmu gelem gak dadi pacarku ?” omonge Derren karo gugup. Bella langsung teges njawab “Gak!!!”. “Bella aku ngerti  awakmu wis akeh ngorbano perasaannem. Aku njaluk sepuro. Tulung wenehi aku kesempatan maneh karo mbales roso sayangem” omonge Derren maneh. Bella banjur ngomong “Maksute, aku ora nolak dadi pacarem”. Rani langsung nggapyuk wong loro kuwi. Rani melok seneng. Bella ngomong ning njero ati “Tibakke ora ana sing ora mungkin yen awakdewe nglakoni nganggo ati kang tulus, koyoto ngoleho konco lan pacar.”
Nama : Nadila Maharani


Bangkit
Bengi Iki srengenge dadi padhang banget,lintang-lintang sing kembar ngejarke kaendahane. Aku mlaku menyang lorong sing sepi,ora ana wong ing kana. Atiku krasa sepi lan ora kepenak karo kabeh kekarepan sing kedadeyan saiki. Dina sing kudune wis nemokake rasa seneng. Nanging apa sing kedadeyan?Babagan kedadeyan sing bola-bali, konflik karo wong tuwa amarga kurang lulusan, perayaan ulang taun sing dipeksa gagal,hadiah motor sing gagal dak oleh. Adik sing ngganggu lan sorak kanca ngrayakake wisuda.
Dina-dina keras amarga crita cinta sengit. Nganti kaendahan bengi iki ora bisa nggawe aku mesem maneh. Nangis wiwit ngalek pipiku banjur alon-alon.
Ya,rasa lara tenan pedot katresnan. Rasa sawetara menit kepungkur tembung-tembunge isih bisa dirasa ing atiku "wis ana...lunga yen sing dikarepake! Apa sampeyan ora bisa nemokake sing luwih apik tinimbang sampeyan. Muga-muga sampeyan ora nesu karo keputusane sampeyan sing mbuwang tresnaku sing suci! Kutipan pesen sing mlebu ing ponselku.
Nangis terus mudhun ing pipiku,banjur lara sirahku wiwit krasa. Kayane ora bisa tangi,aku terus lungguh ing pinggir dalan.
"Heee mbak....sedih banget,bisa nuduhake dhuwit" ujare wong enom sing mabuk nyedhaki aku. Amarga ora menehi wangsulan,wong kasebut ngancem aku nganggo piso. Tanpa pikir,aku njupuk tas ing jejerku lan menehi kabeh dhuwit sing dakkarepake.
"Jupuk en kabeh Iki lan lunga!"
Mbalik aku ngetutake dalan nganti tekan jembatan lawas kanthi tebing dhuwur ing ngisor. Sikilku wiwit mundhak maju lan ngangkat sikil tengen. Nanging dumadakan ana wong sing narik klambiku,pranyata wong mabuk iku sing narik aku adoh saka pinggir jembatan.
"Napa sampeyan nindakake Iki,napa sampeyan nulungi aku?!"
"Aku pancen gething marang wong sing ringkih kaya sampeyan. Nuwun sewu yen aku narik sampeyan" ujare nalika ndeleng aku kanthi cetha lan nggayuh tangane. Aku kaget amarga weruh tangane sing dadi 2 driji wae.
"Kaget ya,iki minangka bukti kekerasan gesang ing ndalan. Drijiku liyane ilang ditugel preman amarga saingan"
"Nuwun sewu,aku njupuk tas em,aku ora mangan sajrone 3 dina"
Aku menehi maneh tasku marang dheweke
"Jupuk en Iki,menawi sampeyan butuh luwih akeh"
Ya,senajan uripku mesthi cekap,durung nate matur suwun ing atiku.
"Muliho,isih akeh sing ngenteni Bali!" ngandika nalika lunga saka aku.
Telu wong sing dakkenal uga wis ngenteni aku. Ya wong tuwaku lan adikku uga teko ngoleki aku. Ing sandhinge,keluargaku mesem ndeleng aku maneh.
Kita mlebu mobil banjur mlebu mall kanggo ngrayakake ulang taunku. Ya,senajan aku ora enthuk hadiah motor amarga gagal ujian.
Dening
Happy Chandra Kartika


Neriman Dalane Gusti
          Dino iki rasane panase raukur.  Rara bocah sing apikan, kalem, ayu lan sabar kui mlaku ing saben pinggir dalan arepe budhal tuku bumbu masak mergo di kengken buk'ane. Deweke seneng ngiwangi wong tuwane masio dekne nduweni penyakit sing ora biasa. Rara kui nduweni penyakit jantung stadium awal, ananging dewekee nduweni keluarga lan kanca seng tresno lan sayang karo dewekke. Ing dalan arep tuku bumbu masak Rara pethuk karo kancane yaiku Tika lan yussenda. Tika lan yussenda kui kancane rara seng apikan lan pengerten.
        Saben dalan Rara lan loro koncone kui jengker-jengker sampek ora keroso wis tekan toko, banjur wae rara lan tika karo yussenda tuku opo seng arep dituku. Sakwise belonjo dekne kaben banjur muleh ning omahe dewe-dewe. Rara wis tekan omah lan nyerahno blonjonan marang ibuk ee sing ayu lan sabar kui.
 " Niki buk, kula sampun tumbas bumbu masak sing jenengan kengken" omonge rara karo nyerahno bumbu masak nok bukane.
 "Iyo nduk, deleh kono wae" jawabbe bukane Rara.
        Dino senin wis teko, rara siap-siap kape budhal sekolah. Dewekke budhal dianterno bapak'e tekan sekolahan. Koyo biasanne dina senin mesti diadaaken upacara ning sekolahan. Rara baris ing barisan nomer ketelu tekan ngarep. Setengah melakune upacara panase wes koyo ngobong awak, dino kui ora koyo biasanne, mergo sangking panase Rara ora kuat, dewekke mimisen lan idep-idep langsung semaput. Roh rara semaput kanca-kancanepun langsung gotong rara nk UKS.
       Rara ora sadar-sadar  guru nipun rara langsung nelpon wong tuane Rara.
" Haloo.. Assalamualaikum pak fajri,niki kula guru nipun Rara," gurune rara nelpon bapak e rara.
  "Waalaikumsalam, enten nopo nggeh bu?" Jawab ee pak fajri (pak e rara).
" Rara ten sekolahan semaput mboten sadarken awake pak" guru jawab.
"Nggeh bu, kulo tindak mriko sakniki, wasalamualaikum."
Pak fajri ( bapak e nipun rara) kaleh bu tutik ( ibu nipun rara) langsung wae nk sekolahan, sakwise tekan sekolahan wong tuanipun rara langsung wae gowo rara nk Rumah sakit.
     Ing Rumah sakit Rara langsung di gawa nk ruang UGD. Wong tuanipun Rara bingung lan gugup ra karuan wedi lek anak siji-sijine kui kenapo napo, karo nangis nunggoni dokter seng nangani rara. Banjur dokter nipun metu teko ruangan UGD pak fajri langsung takok keadaanne rara .
"Pripun dok, keadaanipun rara". Takok pak fajri
"Keadaanipun rara sakniki mboten sae, Rara niku gadah penyakit jantung, sakjane pun rara mboten angsal kecapek an, sakniki Rara tasik koma, nggeh bapak lan ibu singbsabar lan katahaken dungo marang gusti" jawab dokter.
Napa sakniki sampun saget kula mlebet" takone pak fajri kaleh bu tutik.
" Nggeh monggo pak jenengan saget mlebet sakniki". Jawab dokter.
        Nok njero Ruangan UGD Rara isek durung sadarno awak'e ibuke nangis lan bapake nipun katot brabak masi keadaanne rara sing nggeletak ning dhuwure kasur rumah sakit menika. Rung dina rara durung sadarna awake , otomatis rara ora masuk sekolah. Kanca-kancane podo bingung, utamane Tika karo Yussenda mergo cah loro kui konco akrab e rara.
"Piye keadaanne Rara saiki yo yuss?" Takok ee tika nk yussenda.
 " Aku raroh, aku wedi rara mundak parah larane. Piye nek engko muleh sekolah ayok nilik i rara?" Jawab e yusenda.
 "Iyo koko ayok budhal nilik i rara" jawab ee tika.
           Sakdurunge Tika lan yussenda budhal nilik'i Rara, idep-idep yussenda oleh telepon tekan gone bu tutik bukane rara. "Drrrtt...drttt...drttt" suara hp nk njero sak e yussenda langsung wae yussenda ngangkat telpon menika.
 " Halo Assalamualaikum buk, enten napa?" Yussenda ngawiti telepon kui.
"Waalaikumsalam yus?" Jawabe bu tutik, karo nangis sesekken.
"Enten napa buk?" Yussenda bingung
" Raa... Raa...Raraa wis mulih ning gone gusti Allah cung" Jawab'e bu tutik karo nangis sesekken.
Yussenda sakwise oleh telepon kui dekne brabak mili lan langsung kanda nk gone tika lan kanca-kanca kelasse nipun. Yussenda ngandani nek rara wes ninggal. Tika lan kanca-kanca nipun kaget lan nangis sesenggukan ora nyongko nek rara wes ninggal.
          Sabanjure oleh berita duka menika, Yusenda, Tika, kanca-kancane rara karo guru-gurune rarapun langsung nk omahe Rara. Ning omae rara wis ono gendera kuning seng wes kepasang ning ngarep omah lan wis rame wong sing podo ngelayat karo tetangisan. Mayatte rara durung teko wong-wong isek podo nyiapno kabeh keperluanne kangge jasadnipun Rara. Ora sui Ambulan nipun Teka, tangis mundak pecah sakwise Rara teka. Nanging keluarga nipun kaleh kanca-kancanipun Rara ikhlas lan Nerima dalanne gusti Allah. Mergo kui wes dalan takdire gusti Allah ingkang agung.

Dolanan game kalah terus
Ana bocah loro senengane dolanan game online.Jenenge Doni lan Alim
Sawijining dina Alim menyang omahe Doni ameh ngejak main game online menyang WARNET langanane bocah-bocah kuwi mau.
“Don ayo maen timbang neng omah tengak tenguk koyok wong plengeh!” Pitakone Alim
“Yo Lim tapi aku ra duwe duwit ik sek tak jajal gosek gosek neng omah nek menowo ono!”jawab Doni
Amarga  ora nduwe duwit, Doni bingung  akhire Doni mubeng mubeng neng omahe ndelalah Doni ndelok dompete ibune neng cedak tv ora pikir pikir suwi  Doni langsung jipuk duwite Ibune ne …
Sak uwise jipuk duwite ibune Donilangsung menyang WARNET dolanan game.”Ayo lim cepet langsung Otw neng warnet!”Pitakone Doni
“Sippp Don!”jawab Alim.
 tekan WARNET ndelalah warnete kebak,lha Doni seng wes njikuk duwite ibune mau ngenteni ngantek WARNETE sepi,banjur wes sepi Donilan Alim main game online.pas wes main Doni kalah terus amargo atine ora tenang gara-gara wes jipuk duwite ibune.
Pas jek enak-enak main delalah ibune Doni teko karo muring muring Doni gor iso pasrah ..”Don....Don...Don bali rak kuwe cepet nek rak ndang bali tak guajul kuwe!”pitakon Ibune
“Njeh bu kula bade wangsul ngaputen Bu?”jawab Doni
Banjur tekan omah Doni diseneni ibune amarga ibune ngerti nek Donijipuk duwite ibune seng kudune dienggo arisan, “dino iki cen apes tenannn!!!” omonge Doni,kedadean iku gawe Doni gelo lan ora bakalmbaleni meneh.
 Doni diajak meneh karo Alimtapi Doni wegah amargo wes kapok karo perbuatane mau..
Dening
Ahmad Rosyidi

Kancil Karo Monyet
Ing sawijine dina ing rimba, ana akeh jenise kewan sing urip tentrem lan akur siji lan sijine. Kabeh kewan nduweni keuripan lah lakune dewe-dewe. Nanging ana siji kewan sing anane gawe drusila lan paling licik, arane Kancil. Kelicikane utek lan pintere ngomong nipu kanca batir. Kancil wis dikenal kaya dene kewan sing duweni sayuto tipu daya. Nah iki sing dadi sasarane Monyet.
Ing sawijining dina, ana Monyet lagi penekan ing ngisor wit pring. Singsot, ndendang karo ngrasani roti. Kancil teka, weruh Monyet sing agi asik karo rotine. Utek licike muncul pingin jukut roti kang tangane Monyet.
"Nyet..Nyet..," undnag Kancil marang Monyet.
Monyet maringi Kancil, "Ana apa Cil? Keo ngundang aku?," takon Monyet.
Kancil : "Nyet.. aku wei setitik rotine, setitik baen aja akeh-akeh," jaluke Kancil
Monyet : "Iya.. aku kan apikan, kiye separoan karo aku,"
Kancil : "Suwun ya Nyet... koe mancen apikan, nanging aku baen sing maro," jaluke Kancil.
Monyet aweh roti nggo diparo maring Kancil ora nduweni rasa curiga karo Kancil. "Kiye... koe paro sing adil," penjalukane Monyet karo aweh rotine marang kancil.
Kancil maro rotine karo utek licike, siji gede siji cilik, nanging Monyet ora ngerti. Sawise diparo Kancil aweh bagean sing cilik maring Monyet, bagean sing gede dicekel dewek.
"Cil... nang ngapa ka gede gone ko?," takon Monyet.
Kancil : "Mrene gawa mrene, tak gawe pada.," banjur Kacil mangan setitik rotine sing gecel dewek, "Iki wis pada," Kancil aweh rotine meng Monyet.
Monyet : "urung Cil!! kue esih gede gone aku,"
Kancil njiot roti sing nang tangane Monyet, banjur dipangan setitik, kaya kue seteruse kanti rotine entek dipangan Kancil. hihihihi
Ahire Kancil mangan rotine kabeh, Monyet ulih kesuh karo Kancil wong Monyet sing duweni roti malah ora tampa. Mancen Kancil licik ora patut ditiru, urip nang masyarakat kue kudu brayan urip lan sinambi rewang siji lan siji liane. Urip bakal rukun ora kaya jaman saiki urip pada karepe dewe-dewe.
Dening
Ahmad Rosidi


Salahé Pitiké Dolan
Ing sawijining ruangan kantor polisi... "Jenengmu sapa?" pitakoné pak polisi "Hono pak" "Ming Hono tok?" "Nganggé wah" "Honowah ngono" pak polisi sajak bingung "mboten pak..wahono" "ooo" *** "Ngerti kenapa awakmu digawa mrene?" "lha mboten pak" "kowe tanggane bu ginem to?" "enggih..kula pépétan gedhég kaliyan omahe mbokdé ginem" "kowe sing nyolong pitiké bu ginem yo?" pak polisi nginterogasi maneh "hla..mboten kula pak..kula mboten nyolong pitik..saestu wani sumprit kula" "nek kowe ra nyolong,kenapa iso barang buktine pitike bu ginem ketemu ning omahmu?" "pancen enggih niku pitike ting griya kula..tapi kula mboten nyolong..tenan niku pak..kula mboten goroh" wangsulane hono sengol "lha trus piye critane?soale iki laporane bu ginem dhewe" pak polisi tambah ora sabar "lha nggih niku to pak...wingi lak kula ngéwangi panen jagung ting nggéne juragan Sapto...baline kula diparingi jagung..trus ndilalah karunge jebol ning ngarep griya kula...." "trus. .." pak polisi tambah emosi "lha niku..trus pitike mbokde ginem malah marani jagung sing kutah..lha nggih mpun kula sebar mawon to jagunge..nganti tekan njero omah..lha pitike nututi sedaya,lha pas mpun nglumpuk nggih kula kurungi mawon, nek woh-wohan mangklung ting griyane tangga kan dados milike tangga..lha niki pitiké mbokde ginem nggih dolan piyambak koq,mboten kula peksa,mboten kula maling..lak leres to pak..lha salahe pitike dolan" "embuh....bocah nek udelé telu yo kaya kowe iku...
Dening
Calvin Septyan


Mercon Ladang Amal
“Pras deloken aku  nggawa opo iki” Pandu njawil kancane karo bisik-bisik alon
“Opo to Pan, kowe koq nyalawadi banget” Pras ngintip kresek cilik sing digawa Pandu, Yudhi uga melu-melu
“Wah kowe Pan, wani-wanine nggawa ses dor” Yudhi mbengok tapi langsung dikekep karo Pandu
“Hushh ojo banter-banter to Yudh, ngko nek mireng ibuk aku iso didukani entek-entekan”
“lha kowe yo nemen koq Pan, mosok tarawih malah sangu kembang api ngene” Pras takon kanthi suara alon
Pandu ming cengar-cengir di skak kamerad e kaya ngono, bocah sing pancen watake jahil kuwi malah nggaya macak ustadz ,ngubetke sarung ning gulune, terus munggak dingklik ning ngarepe
“Dadi sedulur-sedulurku kabeh, wulan pasa iku wayahe kanggo ngakehi amal. Amal iku luwih becik nek ora dieling-eling. Nah kembang api sing tak gawa iki uga salah sijine bagian amal”
“Huuuu…Pandu stress, endi ono mercon ses dor dadi amal” Pras protes karo nguncalke sajadah pas ing raine Pandu, sing keno ming iso cengingisan
“Maksudmu ki opo to Pan sakjane?”  Yudhi wis ora sabar karo polahe Pandu
“Hmm…ngene lho, mosok to kowe kabeh do ora kelingan ngendikane pak Usman pas khutbah wingi kae?” Pandu malah ngajak bedhekan
“Pak Usman ncen ngendika apa to Pan, kayane ora ono deh ngajak-ajak dolanan mercon, malah kuwi klebu sing ora oleh, prohibited” Yudhi tambah gumun
“Hmm..kowe kabeh pancen nek mikir terlalu mainstream ogh cah, kaku ora luwes, Pak Usman wingi kae ngendikan nek arep ngamal ki kudu ikhlas, lha biasane nek do nyemplungi duit ning kotak amal kae dhewe during iso ikhlas…”
“Aku ikhlas koq nek nyemplungke ning kotak” Pras langsung nyaut
“Wingi kowe nyemplungi piro emange Pras?” Pandu malah balik takon
“Rongewu, kan duit turahan sangu” Pras njawab yakin
“Lha iki, tandane kowe rung ikhlas, mosok ngamal koq isih kelingan nominal lho” Pandu nyenges, Pras ming klecam klecem kisinan
“Amal sing apik iku iso menehi liyan tanpa kita ngeling-ngeling maneh opo sing wis dikekna saka dhewe, lha kembang api iki salah sijine, coba pikir aku tuku kembang api nganggo dhuwitku dhewe hasil nyelengi, regane iyo ora murah, tak sumet terus klerap-klerap ning langit apik banget, kabeh wong ndelok cahyane podo seneng, aku sing nduwe iyo seneng. Bar kuwi kembang api entek kobong, tapi aku ora getun, soale kembang apiku wis marai wong liya bungah, hiburan gratis, aku ora egois berarti aku uga wis menehi amal marang liyan kanti ikhlas”
“Huuuuuuuuuuu…..Pandu sesat” Pras lan Yudhi barengan ngepruki kancane sing ngayawara
Dening
Calvin Septyan

Amarga Salah Paham
Sawijining dina…
Ora kaya biasane Pras lan Pandu sing   kawentar minangka kanca raket iku meneng-menengan lan katon wis rong dina  ora guneman , amarga kuwi Yudha sing bocah anyar pindahan saka kutha nanging uga kerep srawung karo kekarone nyoba nengahi supaya paseduluran ing antarane bocah loro iku ora pedhot.
“Pras, aku lihat-lihat wis rong dina iki  koq nggak bertegur sapa karo Pandu, memangnya kowe ono masalah ya karo Pandu?” pitakone Yudha nganggo basa jawa sing grothal grathul
“ora koq Yud, ora ono apa apa” jawabe Pras singkat....
“ayolah Pras, ora usah ngapusi ..kalian kan sahabat, kanca kenthel malah kata Bu Guru, pasti ada sesuatu kan mmungkin wae aku bisa bantu” Yudha tetep ora nyerah mbujuki Pras supaya gelem crita
“Yud,  sebenere pancen  aku karo Pandu wis ora sapa aruh rong ndina iki, tapi iki merga kabeh salahe koq, mosok buku diktat  sing disilih Pandu  ki ngakune wis dibalikke seminggu kepungkur , padahal kenyataane durung mbalik ning aku, nanging Pandu ngodro yen wis dibalikke pas dolan ning omah malah ganti nuduh aku pikun jan nggregetke tenan bocah iku” pungkasane Pras crita dawa
“ooo…ngono to Pras, tapi memang nya sudah kamu cari ke tempat lain selain di meja belajarmu Pras, ya siapa tahu bukunya ketlisut dimana gitu?” Yudha nyoba takon kanthi ati-ati
“apa kowe ya nuduh aku pikun, lali ndeleh buku ning endi to Yud?” Pras rada muring-muring ditakoni ngono
“yo nggak gitu, aku kan cuman nanya…sapa ngerti gitu, ntar aku boleh kan main ke tempatmu, tak nyoba bantu kamu nyari sekalian belajar bareng kaya biasane, piye Pras?” pitakone Yudha
“yo gak pa pa sih ,sinau bareng wae ning nggonku Yud” jawabe Pras
“iya deh…sip. sampai ketemu ngko sore yo pras”
Sejam sakdurunge….
“dadi ngono critane Yud, mosok aku ki yo ngapusi to wong cetha cetha aku ki wis mbalikke bukune Pras koq pas aku dolan ning omahe“
“ooh gitu critanya Pan..hem mungkin saja Pras lupa lali kalau buku yang kamu pinjam wis mbok balikke yo” ujare Yudha
“lagian Pras iku kan lalinan Yud, kowe ngerti dhewe kan muga muga sih bukune pancen ming ketlisut, aku yo dadi ora penak gara-gara buku dhewe dadi meneng menengan ngene, dikirane aku ora njaga amanah to”curhate Pandu maneh
“ya sudah kalau gitu, nanti sore kamu ikut aku saja kita sianau bareng seperti biasanya, nanti sambil njelasin masalah ini biar selesai, gimana?”
“yo wis aku melu wae Yud, aku yo bakal ngganti bukune yen pancen ora ono”
sore iku ing omahe Pras “Pandu, aku njaluk ngapura yo jebul buku diktat sing mbok balikke kae pancen wis tak tampa, tapi gara-gara tak nggo sinau bengi-bengi nganti keturon malah tiba ning ngisor dipan, dhek awan tak temu pas resik resik kamar…..maaf yo aku wis nuduh kowe rung mbalikke” Pras ngomong sinambi ndhingkluk nalika Pandu lan Yudha teka ing omahe
“wah syukur nek ngono Pras, aku ki yo kepikiran terus, wis ora perlu isin . aku yo njaluk ngapura amarga ngenengke awakmu….kosong kosong yo Pras dhewe tetep kekancan to?” jawabe Pandu
“he em ora ming kekancan tapi seduluran” Pras ngomong sinambi ngrangkul pandu
“nah gitu donk…kalian kan sahabat baik, sudah seharusnya saling memaafkan dan berbaikan lagi seperti ini” Yudha katon seneng amarga usahane kasil
“maturnuwun y Yud…kamu memang baik hati”ujare Pras lan Pandu bebarengan
“okeee…sama-sama yuk….sinau bareng e ndang dimulai”
 
Dening
Selva Mareta Sari

COWOK IDAMAN
Esuk iku Tya budhal menyang sekolah karo kancane Ica. Bareng lagi mlaku mudhun bale sing biyasane dilalekake, Tya takon marang Ica.
"Ca, apa sampeyan mikir jinis wadon sing cocog karo Ari?"
Mesem, Nina banjur mangsuli. "Apa sing kudu dak lakoni? Sakjane aku ngerti yen jinis Ari ora apike. Amarga aku ngerti dheweke luwih seneng karo bocah-bocah wadon alami kaya ngono. "
"Hmm aku weruh, ora seneng karo bocah-bocah wadon sing seneng karo pengantin lanang tegese" Salam Tya kanthi rai sing tambah sumringah.
"Ya, kaya ngono."
"Banjur, apa sing kudu aku lakoni supaya pasuryane tetep apik sanajan aku ora nganggo dandanan tebal?" Pitakon maneh Tya.
"Cukup nganggo masker yam lan gula gula supaya lambe abang dadi" wangsulane Ica.
"Wah, ya, aku bakal nyoba bengi iki, Ca"
Wis pirang-pirang dina, Tya nyoba ide sing diwenehake dening Ica. Tya seneng banget amarga raine mboko sithik wiwit katon cerah. Parut jerawat sing wiwitane katon jelas wis wiwit ilang.
Topeng bengkoang lan scrub gula kanggo rai lan lambe aja nganti lali digunakake, elinga yen ing seminggu bakal ana acara pensiun.Mesthi ing acara kasebut, Tya bakal nemoni Ari lan dheweke kudu katon apik lan apik banget supaya bisa narik perhatian Ari, wong sing cocog karo dheweke.
Dening :Ardi Putra Firmansyah

MALES SEKOLAH
Dina Minggu yaiku preinan sing ndadekake masarakat kesusu nindakake kegiatan. Ana sing milih liburan, ana sing milih ing omah kanggo istirahat sawise dina-dina sadurunge wis kebak kegiatan.
Uga karo Dani, dheweke milih ngendhokke ing omahe. Nganti dina Minggu, Dani isih durung siyaga ngadhepi kegiatan sekolah sing dirasakake dheweke rumangsa banget.
"Sis, sampeyan ora sekolah? Wis sore, wis ngerti. Mengko mengko. ”Takon ibune.
"Dicky isih kesel, Bu. Muter dina ora apa-apa. Kejabi, ora kerja ing omah lan tes. Ma'am. "
"Ya, aja kaya ngono. Sekolah mbayar, bro. Kita ora mung mekso sinau, Dik. ”Wangsulane ibune, nolak.
"Aja kesusu Bu, Dicky isih ngantuk lan kepengin turu maneh."
Ndelok pratandha saka anake, ibune krasa murih lan nesu lan nyeret anake lanang menyang papan panggonan. Banjur ibune nggawa Dicky ing omah panti asuhan nalika ana bocah-bocah sing duwe latar mburi.
"Saiki, goleki. Wis ora duwe wong tuwa sing mbayar sekolah sanajan dheweke uga kepengin sekolah. ”Jelas ibu marang anake.
Banjur ibune ngajak dheweke maneh menyang papan sing akeh bocah sing lagi numpak lurung. "Deleng, dheweke njaluk dhuwit. Cukup kanggo mangan, dheweke kudu berjuang luwih akeh tinimbang biaya sekolah. "Ujare ibune maneh.
Banjur Dicky sadar lan pungkasane dheweke kepengin sekolah sanajan wis rada telat. Dheweke diiringi ibune menyang sekolah. Nalika tekan sekolah dheweke weruh bocah sekolah sing asat.
"Sukmane, aku isih duwe fisik sing sampurna nanging malas sekolah. Padahal wong-wong cacat bisa dadi luwih semangat kaya ngono. "Dheweke mencelung marang awake dhewe.
Dening : Ardi Putra Firmansyah

BOCAH NAKAL
 Ing salah sijine Desa yaiku Desa Jombang beriman, ono bocah kang
nakale pitung wong. Yaiku jenege Bayu, saben wengi Bayu lan Kanca-kancane
senengane mendem lan malak i wong kang liwat.
 Wengi iku Bayu, pardi lan caplin nglumpuk nok lapangan.
“Enak e mak opo ngeniki..... “ grenenge pardi ing lapangan.
“Ayo tuku ombenan putihan e..... “ caplin nyaut omongan e pardi.
“Muwasuk ki....... ndang ayo budal.... “Bayu nyaut omongan e caplin.
 Sak bare iku Bayu lan kanca-kancane mendem bareng-bareng.
Sak bare mendem bayu, pardi lan caplin mlaku muleh bareng, ing tengah
dalan pardi wetenge kroso luwe. Pardi weruh wit pelem ing pekarangan e pak
tris.
“Bro...... pelem e pak tris woh e guwembel....... ayo di colong? ” Pardi ngajak
kanca-kancane.
“ndang ayo..... wetengku yo luwe.... “caplin nyaut omongan e pardi... awak e sempoyongan.
“terus sopo seng munggah.? “muni mengkono bayu karo nyekeli wetenge.
“yo.... kowe to yu” caplin ngongkon bayu
 Sak banjure niku bayu munggah wit pelem, caplin lan pardi nunggoni nok
ngisor.
Ora gang suwi pak tris metu tako omahe.
“nok wit pelem ku kae enek opo yo....... ra nek angin kok obah dewe”pikir e
pak tris
 Sak banjure niku, pak tris ngereki wit pelem, lan ngonagi bayu nok duwur
wit.
“mak opo kowe le....... “krungu suwarane pak tris, caplin lan pardi mlayu, Bayu
keri nok duwur wit pelem.
Bayu kecekel pak tris, bayu di jiwiti lan di keplak i karo pak tris.
 Sak banjure iku bayu di terno pak tris muleh nok omah e.
Tekan omah pak tris nyeritakno kedadian kang di lakono bayu.
Sak banyure mak yah(ibu e bayu) ngrunguk ake omongan e pak tris, sirah e
mak yah metu sungune, bayu di seneni karo mak yah.
Esok e bayu di terno nok pondok karo mak yah.
“kulo nuwun”
“monggo”jawab e pak kiyai
“wonten nopo nggih” pak kiyai takon mak yah
“niki pak kulo bade titip bayu teng pondok niki”ngomong e mak yah.
“mak....... aku moh mak......!”muni mengkono bayu karo nrayu mak ane.
“wes meneng ae kowe”mak yah nyaut omongan e bayu.
Sak banjure niku bayu ditinggal teng pondok niku.
Sak wise 5 tahun Bayu muleh teko pondok, bayu sampun tobat.
Tekan omah bayu metuki mak yah.
 Sak banjure niku bayu dadi kiyai kang seneg dakwah teng pundi-pundi,
mulai teng kampung halaman sampek teng luar kabupaten.
BY.SIGIT A.P

"Ngambung ratan gawe sepeda motor anyar"
Anyar-anyaran anjeng nduwe sepeda di gawe budal sekolah. Sepeda abang sing luweh duwur saka awake digawe kabur isuk-isuk dino jemah. Amarga ana Jum'at qolbu ing sekolah, istirahat kepisan pas ngopyok arisan ndilalah sing mbejudul kok jenenge Ajeng. Atine Ajeng bungah tenan langsung ngajak menyang pasar Karo anita bocah wedok, cilik, kuru, sing rambute koyo Indomie kuwi.
" Ta, mumpung Aku oleh arisan ayo koko budal nok pasar muleh Sekolah,,!!"
" Ehh,, ehh,, ape mborong e kok langsung budal nok pasar mentang-mentang oleh arisan hehehe,,,,". Jawab e Anita Karo guyu
"Aku ape tuku jaket ta, jaketku le rupane wis mblawus diarani wernone biru ora biru, puteh ora puteh mangkak ngunu le ta, nk soko adoh wong e drung mesem jaket e ws mesem disikan hehehe,,".
"Hahaha,,, opo iyo to jeng hahaha kok uunik tenan jaketem iso mesem, yowislah okey-okey koko awan tak terno jeng wis ta santuyy ae nek karo aku ki, wes to loss gak rewel pokok."
Pas jam 10:30 bel sekolah muni buuanter
"Kringg,,, kring,,,, kringggggg,,,,,,,,,,,."
"Eh pas tenan wis bel, wayah e blonjo ki ws tak gage ringkesan e buku-buku ku selak tutup pasar e."
Oleh e Ajeng mbatin nok ati
" Piye ta bull nang ayo budal nok pasar."
" Sek to jeng opo gak salah kaprah wong beduk urug-urug wayah e wong budal jemahan kok budal nok pasar, opo pasar e gak kukut." jawab anita mamang
Amarga anita mamang ajeng langsung adol prungon yen pasar Boureno iseh bukan.
" Ogak ta aku WA tonggoku jare pasar iseh bukak sing pinggir e gaden."
"Oke mangkat jeng cuss,,,, ." Jawab e Anita .
Bocah 2 sing wis giling tekade kuwi budal njupuk sepeda ing parkiran pinggir sekolah.
" Nyoh ta aku goncekno." Karo ngekekno kontak sepeda motor.
" Tapi jeng, rame ini dalane." Jawab anita.
" Jenenge dalan yo ramee ta sepi yo kuburan kae." Karo nglirik anita.
" Hehehe,,, iya wis ngerti jeng nek ngunu."
" Wis to ta aku yakin kamu bisa kare kamu adalah bahu tengenku." Ngrayu Anita, tibak e Anita gelem goncekne Ajeng. Bocah wedok 2 kuwi budal karo ati bungah, banjur numpak sepeda.
" Ojo banter-banter to ta sing penting kelakon." Omong e ajeng Karo njawil bangkekane Anita.
"Assiyap,,,,,." Jawab e Anita Karo ngacungno jempol sing tepak jentikan e Ajeng.
Tekan Prapatan Anita mandek amarga nyabrang. Tekan kunu atine anjeng langsung gak penak, Ajeng sing biasane crewet koyo bakul jamu nek pas nyabrang, pas Kuwi meneng wae.
Rumongso wis sepi Anita banjur mancat gas sepeda. Ndilalah kok enek sepeda soko kidul sing banter.
"Seeerrrrr,,,,,,, berrrraaakkk,,,,,"
Sepeda sing di tumpak i ajeng Karo Anita keseret sepeda GL MAX sing di tumpak i bocah lanang kuwi jarak e luwung adoh.
Ajeng mbendal, sing Anita keseret sepeda,pas kuwi ratan langsung rame uwong lan langsung ngampiri Anita sing keseret sepeda motor.
"Ta piye awakem, ndi sing loro,apanem sing getehen." Takon e ajeng ngrecuk karo awak ngejer lan raine pucet.anita sing pas Kuwi terus nyekeli talingan e gur ngomong.
" Gapopo jeng kuping ku tok iki sing kroso pereh kenek opo nuw."
Krungu sambatane Anita anjeng langsung nyingkap tangan lan rambute Anita.
"Ya Allah ta,,,, kupingem kenopo ta,,, kok getehen koyo ngene,,,."
" Hlah nduk,,, kupingem getehen gowo nok puskesmas ae." Uwong-uwong sing nulungi anita ro ajeng. Ajeng sing lemes lan riwe e dleweran rasane wis rakuwat mlaku ngomong karo Anita.
" Iyo ta gowo nok puskesmas ae ayok."
Amarga iseh parek karo sekolah bue Ira lan pak Bagyo melu nulungi. Amarga ngerti sing tibo kuwi murite Dewe. Pak Bagyo nulungi bocah lanang sing numpak sepeda motor GL Max Kuwi sing Adah oline pecah banjur bu ira nulungi ajeng lan anita.
" Ya Allah nduk ayo di gowo nok puskesmas wae Yo." Karo masi keadaan e Anita karo Ajeng.
Sak wis e ngebarno masalah karo bocah lanang kuwi pak Bagyo langsung gowo anita lan Ajeng nang puskesmas. Tekan puskesmas anita langsung melbu nang UGD amarga geteh sing wis dleweran.
" Jeng sampeyan melu di prikso menisan Yo." Towone bu ira menyang Ajeng.
"Ndak bu saya ndak apa-apa."
" Tenan pora nduk koko nek enek opo-opo Liye." Nyereng ajeng ben gelem ben gelem di prikso.
" Ndak kok bu ndak apa-apa saya."
" Yawis bu ira tak masi anita nok Jero, sampeyan Karo pak bagyo ntni nk kne ae."
"Iya Bu."
Ajeng sing iseh lemes mung iso meneng karo pak bagyo ngenteni kabar soko bu ira sing nunggoni Anita.
"Sampeyan gak opo-opo toh nduk jeng" takon e pak Bagyo.
"Ndak apa-apa kok pak."
Kurang luweh 30 menit anita lan bu ira nok jero UGD, banjur metu bu ira gowo kabar yen kupinge anita fi jahit 5 amarga kupinge suwek Ombo.
" Kupinge Anita di jahit 5 pak aku ramentolo masi dom e sing gede-gede Kuwi."
" Hla wis bar durung buk." Takon e pak bagyo.
" Uwes pak sak ki nang telfon wong tuane Anita ben dititik, koko ajeng ayo podo di terno muleh ae.
Pungkasne Anita dititik bapak e lan ajeng di terno pak bagyo, tekan dalan pak bagyo nuturi anita
" Yen numpak sepeda motor kuwi ati-ati, sekirane beduk yo leren disik ngenteni bar beduk nduk, marai beduk kwi akeh Cikone."
" Nggeh pak." Jawab anjeng karo suara lemes
 Rampung.
 Dening : Ari Fitria

Pitik Walek
Pak Mukidi kui, juragan sapi tapi nduwe ptihik walek seng senenge ngomong lucu karo batire. Yen ketemu phitik liyane, mesti phitik walek gawe cerito  lucu lan ndagel nganti batire nguyu kemekel.
kadang-kadang pitik walik kui yo sok ngarang cerito pengalamane deknen seng aneh seng gurung tau dialami konco-koncone. contone yo turu neng meja terus lelungan karo manukwulung barang.
Tingkah lakune kadang yo sok koyo badut nalikane kente’an bahan lelucon. ptike-pitek liyane seneng nanggepi nk nalikane kumpul karo pitek walik. mestine yo ditanggapi supoyo ngomong seng ra jelas utowo ngawur.
Sawijining dino kae pitik walik lungo neng adoh, terus umpetan neng jero guwo bare nangis. Nganti nangise pitik walek kerungu kancil seng gek jek milah-pilih wit-witan seng neng jero guwo.
“kowe ki ngopo lik pitik walik” pitakon kancil
” Aku ki jan sedih tetan chel. wuluku bedo mbek liyane, yaiku wuluku kwalek kongene iki, tur yo ora rapi”
“wes rasah susah rasah sedih. meng masalah wulu kok semang di gawe mumet. awak ku malah jan ra ndue wulu blas!” Jawabe kancil
“Aku ki saben dino kudu ngarang cerito seng aneh-aneh supoyo podo gelem cedhak mbek aku. Konco-konco yo ra bakal gelem cerak mbek aku seng wulune koyo ngene iki. nalikane gak iso gawe nguyu utowo lucu.
“ealah awakmu salah penerten kui! ra usah kudu lucu konco-konco tetep seneng mbek koe kok. MAlah bakal akeh seng seneng yen saumpomo kowe gelem ngrunggokke cerita laiyane.
Salah banget yen awakmu malah kudu lucu utawa seng unik lan menarik perhatian supoyo di tresnani liyan”e.
Ndak ho’o chil? aku ora kudu saben dino gawe ndagel beniso di senengi karo konco-koncoku?.
“Mugakno rasah wae! Pak mukidi juragan sapi kae to malah nyok makani aku, arep hudu dadi ingon-ingone tur yo ra lucu. Nyatane aku ra tau ndagel yo tetep nduwe konco akeh!.
Seng penting kwe gelem tetulungan marang lan yo gelem ngrungokke pendapate koncomu. Kang paling utama yaiku ngandani konco ora pekewuh bab kebenaran lan tumindak kang keliru. Nasihat seko kancil.
” Tak runggoke tenan cil kondomu iki. Koncomu luweh akeh tinimbang koncoku, masio kowe ra iso gawe lucu. Wah tiwas aku rumongso mesti sok ngadek nalikane kumpul karo koncoku.
“Rumangsaku nk ra iso gawe lucu arep di tinggal karo koncoku”.
“Ora bakal walik!. Ra mungkin arep di tinggal karo konco seng apik-apik. Muali saiki kowe uripo seng normal wae koyo aku. Ngomomhng lucu oleh tapi ra usah digawe-gawe. mesti bakal okeh seng cocok srawung karo kowe” jare kancil.
“Yo wes nk kon ngon cil, aku tak rasah mekso awakku dewe ngadek meneh. Aku raep bakal ora aneh-aneh meneh. Sakjane aku yo wes kesel nk ndagel saben dino. Suwun cil, Kowe pant\cen konku paling top”
 dino kui pitik walek wes ora mekso meneh awake kudu ndagel sabne dino. awale yao py\tik-pitik liyone gumun marang perilakune pitik walik saiki. Nanging saiki malah tambah akeh koncone pitik walek mergo gelem ngrunggokke ceritane konco-koncone.
Dening
Ifan Ramanda

Pak Bakri

Ing desaku ana bakul sate jenenge Pak Bakri, wonge lucu lan ora tau nesu. kabeh wong kampung seneg tukus atene pak Bakri amarga deweke lucu lan nduluri.
ing sawijining dina pak bakri lunga menyang kutha. ora krasa wes rong taun pak bakri ora bali kampung. wong-wong pada rumangsa kelangan pak Bakri. ana toko sate akeh nanging ora ana sig kaya pak bakri, rasa satene pak bakri pancen biasa, nanging pelayanane kuwi sing marai kabeh wong ngangeni pak bakri.
 sawijining dina ana kabar yen pak bakri ketangkep gara-gara masalah narkoba. jebule pa bakri buronan narkoba. kabeh uwong kaget nanging tetep ngelingi yen pak bakri kuwi wong apik. pak bakri tetep tukang sate kang dikangeni wong desaku.
Dening
Ifan Ramanda

Maling  Sandal  Sing  Bingung
       Ning sawijining dina Jum’at  tepate ning dhusun kali asat, ana salah siji wong sing terkenal banget dadi Maling. Wong mau jenege Paidin, paidin terkenal sering nyolong nang desane. Nanging nyolonge udu barang sing mewah kaya TV, Pit Motor utawa lia-liane nanging nyolonge sandal jepite warga dhusun kali garing utawa dhusun nang jejere dhusun kali asat.
          Pas kue paidin arep beraksi maning dinane pas dina Jum’at pas warga lagi pada sholat jum’at, dasar paidin batire pada sholat jum’atan deweke malah sibuk milihi sandal.
          “Allahu akbar, Allahu akbar” tandane wis komat lan jemaah pada menyat arep sholat jum’at, pas lagi pada sholat, paidin teka njur milih sendal sing apik. Mbuh nggo ngapa si paidin nyolong sandal, Nah pas dina kue ana Sandal sekang kayu apik tenan sandal kue ana trotol-trotole utawane sendal rematik. Jarene tanggane paidin, nek nganggo sandal rematik penyakit rematike bisa ilang. Nah pas kemutan kue, paidin pengin gawa sendal kue sebab awake sering rematikan, tapi pas arep jikot sandal kue ana sandal sing lewih apik lan lewih modern. Kayane iki sendale bocah enom, paidin banjur jikot terus diemek, rasane alus lan kepenak. Nanging paidin kue maling sing konsisten dadine kudu milih salah siji sandal mau.
          Paidin bingung merga loro – lorone apik kabeh, pas lagi bingung paidin ra nyadar nek jamaah masjid wis pada bubar. Pas paidin arep jikot salah siji sandal jamaah sing duwe sandal kue teka “Ehhmm” Paidin kaget terus mlayu ora ulih apa – apa merga ketungkul bingung
Dening 
Doni Anugerah

Lingkungan Resik.
           Adzan subuh wis muni, lan aku langsung tangi. Sakwise shalat subuh, aku banjur ganti klambi lan lanjut olahraga esuk. Mau mbengi ning desaku udan deres banget, mula esuk iki udarane katon adem nangin nentremake ati, ditambah ora ono polusi udara, nambah atiku saya bungah.
           Saklawise olahraga, jam 6 esuk aku banjur bali. Amarga dina iki dina minggu, aku lan kanca-kancaku banjur pit-pitan ngubengi kota. Rutinitas ing kotaku saben dina minggu  mesti ana dina bebas kendaraan bermotor, namung pit lan kendaraan anti bermotor sing oleh digunakake. Rutinitas iki nduweni tujuan kanggo ngirangi polusi udara sing iso ndatangake penyakit.
           Jam 8 esuk aku lan kanca-kancaku banjur bali. Ora sengaja ing dalan weruh bapak-bapak lagi kerja baktu ngresiki desa, aku lan kanca-kancaku banjur melu tetulung kerja bakti ngresiki sampah sing nyumbat selokan. Sakliyane iku, kerja bakti dina minggu iki kaliyan nandur wit-witan ijo, supaya ndesaku tambah katon ijo royo, ora keno banjir, lan tambah asri.
Dening 
Doni Anugerah

My Sleep My Adventure

Wayah esuk iki aku semangat budal sekolah. Aku pancen bocah seng rajin. Budalku sekolah barengan karo kanca akrabku yaiku Rina, Endang, lan Wati bocah 3 kuwi wes tak anggep kaya dulurku dewe. Aku seneng kekancan karo bocah-bocah kuwi.
Sak durunge aku budal sekolah, aku sarapan lan pamit kalian Bapak lan Ibu. "Bu kula badhe sekolah riyen" pamitku marang ibu. "Iyo nduk, seng ati-ati, nek sekolah seng pinter, pelajarane diiling-iling" pesene Ibu marang aku. "Nggeh Buk.." Ibu ku pancen ngunu sifat e bendino apene budal sekolah mesti dipeseni koyo kuwi mau.
Ing sekolah, jam 07.00 wes mulai masuk jam pelajaran. Sampek wektu istirahat aku ing kantin barengan konco-koncoku 3 maeng. "Kowe arep pesen opo lis?" takone Endang marang aku. "Koyok biasane wae Ndang" jawabku "Oke!".
Karo ngenteni apa seng dipeseni kuwi mau teka, aku lan konco-konco omong-omongan, crita apa wae kang ana ing ati. Sampek pesenane mau teko lan ana Kunti ngereki kita. "Aku olehbarengan awakmu kabeh mangan nok kene gak?" omonge Kunti. "Eh Kunti, oleh-oleh lhango jungok" sautku. "Eh aku ape crita karo nok kene oleh pora?" pitakone  Kunti. "Emang kowe ape crita opo? Nek ora enek manfaate ora usah dicritakno" omonge Wati koyo ogak seneng marang Kunti. "Minggu wingi aku bar muncak ing gunung piramid, wah wapik tenan gem pemandangane gak sio-sio olehku mlaku truntunan munggah kuwi." critane Kunti karo heboh. "Halah mok ngunu wae!" omonge Wati alun. "Wah iyo to? Koyo apa wae kuwi?" aku seng bersemangat takok kunti "Iki takdohno fotoku pas nok duwur gunung" karo bukak HPne dudohno fotone mau marang aku "Wah pancen wapik endah tenan yo Ti" aku kagum masi fotone Kunti sing nok puncak gunung.
Kenapo aku biso tertarik karo ceritane Kunti? Amerga aku dewe yo kepingen iso muncak ing gunung endi-endilah seng penting aku iso ngerasakno ing duwur gunung kuwi kepriye.
Sak banjure Kunti cerito lan dudohno fotone mau deweke langsung mlaku mere ninggalno panganane. "Sulis, kenapi awakem koyok tertarik karo ceritane Kunti mau? Padalo kene kan gak enek sing ngerungokno Lis?" takone Rina marang aku. "Ngene le cah sebenere aku iki yo kepingen banget koyok Kunti ngunu kuwi mau" panjelasanku marang konco-koncoku "Ndeh ojo sampek awakmu koyok Kunti bocah kuwi kemenyek. Senengane pamer lha kaya kuwi maeng buktine" saute Rina. "Piye ta Rin ora kok sifate sing pingen tak tiru ananging pangalamane kuwi mau lo sing iso muncak. Aku kepingen awakku iki enek ing duwur gunung" panjelasku marang Rina. "Walah ngunu to. Lha apa kowe sanggup to lis? Kadang muleh sekolah melaku wae sek sambat kok apene munggah gunung bereng" omonganku mau diguyu karo Rina "Ojo kok ngunu Rin jenenge kepinginan sing apik kuwi kudu didukung. Sapa ngerti sak wise munggah gunung Sulis lek muleh sekolah melaku ogak sambat maneh. Hehe..." omonge Endang. Sak wetoro kuwi kabeh pada guyon sampek bel masuk nyuworoni kuping, kita pada balek kelase dewe-dewe.
Muleh sekolah wayah awan aku langsung salen klambi lan mangan, sak bar e kuwi aku langsung goleki remot lan sepaneng ing ngarep tv. Ing tv ana tontonan kang menarik yaiku tentang petualangan kang judul e My Trip My Adventur ing kunu critane pada munggah gunung ing gunung Merbabu. Aku nontok kuwi kepinginanku kaya tambah gede banget. Olehku mandelengi tv nganti ora krungu apa kang diomongake ibu marang aku. "Sulis ibu karo bapak pamit budhal yo.." pamite ibu marang aku sing kaget. "Lho.. Lho. Ibu bade ten pundi?" takonku marang ibu "Ibu lak wes ngomong to Lis nek ibu iki entok kabar saka Jakarta menowo paklekmu sing nok kono kuwi lagi loro. Lha Ibu karo Bapak iki ape budal merono" panjelasan e Ibu. "Oalah Buk, ngapunten kulo kok mboten mirengaken ibu wau". " Lha kowe maeng ki mendelengi tv wae sampek ra krungu polahe dunyo" omonge Bapak marang Sulis. "Mestine ngko Ibu iki nginep Lis. Mengko bengi awakmu jalok batur koncomu yo, kon mrene turu kene" pesene Ibu marang aku. "Nggeh Buk.. Mengken kula tak ngajak Endang" sautku.
Sakwise Ibu karo Bapak budal menyang Jakarta, aku langsung nggubungi Endang. Endang bakalan turu ning omah ku karo Rina lan Wati. "Assalamu'alaikum.." suwara salam ing ngarep omah. "Kae paleng konco-koncoku" anggetku "Wa'alaikumsalam.. Wah pada rene tenan" "Iyo lah lis bakal nginep nok omahmu iki" omonge Wati. "Ayo ayo.. Melbu, turu ngarep tv kabeh kene wae yo?" ajakku marang bocah 3 kuwi maeng. Angger cah 4 wes kepetuk podo omong-omong, curhat. Omongan kuwi leren sampek ngantoke mripat.
Wektu isuk kuwi aku semangat budal nyangklong tad kang ora kaya biasane. Wah aku arepe munggah gunung iki. Aku budal karo Rina, Wati, lan Endang. "Yo iki seng tak kepingini" omongku. Ora suwe olehku mlaku munggah gunung wes kapene saka duwur. Ing duwur konco-konco ku pada mbenthang gendera indonesia abang putih. Sangking senenge aku mergo wis iso tekan dhuwur gunung ora krasa weluhku netes lan aku sak konco-konco bengak-bengok. Aku nikmati suasana ing duwur gunung lan ora lali aq sak konco podo selfi-selfi digawe kenangan. Banjur kuwi awakku kroso teles kesiram. Bareng aku tangi kedadean kuwi mau sawetara ilang kabeh. Aku sakiki bingung karo apa sing tak alami.
"Loh aku lan awak-awakmu kabeh kok iso ning kene?" pitakonku karo konco-koncoku bingung. "Iki ning omahmu lho Lis, bocah-bocah kabeh iki nginep kene mbaturi awakmu" jawabe Watu. "Tak kiro iki mau aku munggah gunung bareng awakem kabeh" omongku karo isih bingung "Kok aneh-aneh kowe iki ngimpi to Lis palengan?" saute Rina "Nda awakku bereng ki yo kok teles?" pitakonku. Endang nyaut karo mlaku mereki aku teko mburi "Kwi mau aku Lis sing nyiram awakmu. Lha piye ogak tak siram? Wong awakmu ki meng turu lha kok karo bengak-bengok". "Iki mau bocah-bocah pada bingung lho Lis mergo awakmu digugah ogak iso. Ogak tangi-tangi awakmu iki." saute Wati
"Aku lagi ileng leh, aku iki mau ngimpi lho cah. Ngimpi munggah gunung bareng awakmu kabeh iki" panjelasku "Kok aneh-aneh banget to Lis mimpimu kuwi!" omonge Rina "Lha iyo je wong aku wae gak seneng munggah gunung" saute Wati. Konco-koncoku kwi mau pada guyu ngerungokake apa sing tak critakno nok ngimpiku kuwi. "Lho kok pada guyu to??" pitakonku. "Awakmu kile lucu to Lis. Sangking pingenmu munggah gunung yo pancen sampek mok gowo tekan mimpimu koyok ngunu kwi meng" omongane Rina "Bocah-bocah iki meng pada kuwatir karo awakmu mergo turu kok karo bengak-bengok" panjelasane Endang. Sak wise kedadean ngimpi kwi meng tak gawene kenangan olehku munggah gunung masio nok jero ngimpi tak jenengi My Sleep My Advanture
Dening:nur hesti

Didawuhi pakguru
Rong tahun kepungkur,nalikotasik kelas X eng SMA N 1 SIYANG wetugawe melbu,akulan konco"melbukelas lanngaji isuk ,sakwuse ngaji isuk,wektunejuma'at  resek
  Fida Dita,defi lankonco" wadon Podo resek resek engkelas,nagig bocah bocah Lang oramelu resek resek malah ngerumpi negkelas landolanan gemonlen enk seng gangu ch wedokan resek resek,enk sengplayonan negkelas .bocah wadonan Podo bagi bagi tugas Fida ngeresiki papan tulis lan ngisi spidol,dita Nafi lan konco konco wadone ngeresiki liyane enk seng nyapu,ngeresiki lan nyirami kembang.Resek resek neng kelas mong diweneni waktu 20 menit amergo bocah bocah wadon wes Podo resek resek Fida Dita lan Novi banjir cerito cerito neg ngarepe kelas "b,Dita awakmu ws ngerjakno tugas matematika durong ? " takone Novi neg Dita "aku urong ngarap og ,lagek nules soale " jawapedita " rapopo gakusah di garap,marah i durong diterangno karo gurune " sauute Vida banter ." Alhamdulilah "jawape Dita lan Novi bareng . Pas lagi enak enak e omong idep idep pakguru melaku tekokantor lanmenuju neg kelase Vida ,Vida eroh lan woro woro neng jero kelas "he cah lang lang enek pak puguh kuwile " "lang hawat hawat resek resek ngunu le bengak di hukum "saute Dita banter berok e   cah Lang Lang banter " ehla opo Toyo, Endi Endi GK no wong "jawape Efan  seng asik dolanan geme .ujuk ujuk pakguru ws neg ngarepe lawang kelas bocah bocah gugop lungoh neg kursine Dwe Dwe .bocah bocah Podo Meneg lan ora wani omong Podo ndilok rawani Masi pakguru senggede duwor lankereng pakguru seng namine pakpuguh iku guru kesis wakan neg SMA N 1 SIYANG pak pugoh iku guru seng paling diwedeni bocah bocah neng sekolahan ."kelas Iki kk GK resek resek Dewe ?"pitakone pakguru neng kelas bocah bocah ora enek seng jawab mong ISO wani meng landiluk ."GK enek seng ngaku sakkelas ? ,Sopo seng oramelu resek resek  dekwau ? " Pitakone pakguru maleh ." Kulo pak  " jawab Efan alun "Kulo ngeh boten Melu pak ,resek resek neg kelas lan " Jawape yulfon "sopo menh ? "Takone pakguru."niku pak lare lare jaler dereng mresek . " Jawape Ifan nujok konco konco bocah bocah Lang mau Podo ngadek neggarap kelas . " Yws Kabeh awak mu seng ora melok resek resek mau Melu pakguru neng lapangan " jawapeka pak guru Karo metu nk kelas bareng bocah bocah Lang mau seng ora Melu resek .Vida Dita Novi  lan  konco konco mong iso Masi ngeg cendelo kelas ,roso Wedi lan tegang ws ilang bocah bocah wedok negkelas ambekan dowo mergo oramelu dihukum . "He ...cah sesok sesok maneh nek wayah e resek resek iy Melu resek resek Ojo dolanan Dwe Dwe , iku tanggu jawabe bareng benora di hukum Karo pak puguh " omgnge Vida neg konco konco karomasi bocah Lang ngagan neng lapangan dihukum pakguru . " Aku ngasak nk arek langganan kae "omonge Dita " orapopo Kabeh iku enk hukumane Dwe" salah e sopo ragelem bertanggung jawab " suete Novi 
Tekokuwi bocah bocah kelas sepuluh belajar Yen tanggu jawab iku dilak saknak no oramalah di sepelek no , teko kejadian Iki bocah bocah Podo Wedi lan ora baleni maneh .
Dening: mutiara 

" Kucing Sing Pinter Ngalembana "
Sawijine dina ana kucing sing Alus, kinclong lan putih mulus wulune mlaku-mlaku ning Pawon. Dheweke weruh ana anak thekek lagi nggondol daging empal mbuh saka ngendi. Kucing dadi kepingin melu mangan terus golek cara supaya bisa ngrebut daging empal Kuwi. Kathi modal wulune sing mranani, lan rumangsa ing ngrebut pengamatane isih mentah,kurang pengalaman.
" Hai thekek, awkmu iku kethok pengkuh, rasa banget,lan kulitmu kandel ora tipis kaya kulit cecak, apa tho rahasiane?"
Thekek bungah banget dialembana dening kucing kang alok rupane.nanging dheweke meneng wae amarga sumelang menawa mangsuli pitakone kucing, empale bakalan tibo ning njobin kucing kurang akal, banjur takon maneh.
" Hai thekek, kowe iso ora ngajari aku mlaku Ning tembok. Kok ya ampuh tenan kowe ki iso mlaku ning tembok, sing ngajari sapa tho?
Thekek meneng wae, sakjane dheweke pingin ngejawab menawa iso mlaku ning tembok kuwi ora ana sing ngajari.dheweke kuwi pinter banget, dadi iso mlaku dhewe rasah diajari sapa-sapa kucing nyoba nglembana maneh marang si thekek.
" Hai thekek, suaramu kuwi tak akoni pancen merdu tenan. Mbok kowe nyanyi sak lagu wae ben tambah kasengsem athiki marang sliramu."
Anak thekek ora iso ngempet maneh, kepingin eksis. Dheweke mbukak cangkeme arep nyanyi. Mesthi wae empale tiba ning njobin. Untunge ana mbokne thekek sing nyaut empal sing tiba mau, banjur ngajak anak thekek lunga ngedohi kucing kang rupane mranani Kuwi.
Mbokne rumongso dheweke kurang anggone ngajari anake supaya ora gampang klenthir nalika dialembana dening sasak kang pasuryane mranani ati.
Artinya dalam bahasa Indonesia
" Kucing sing Pinter Ngalembana "
Di suatu hari ada kucing yang halus, bersih dan putih halus bulunya berjalan-jalan di dapur. Dia melihat ada anak tokek yang sedang membawa daging sapi entah dari mana. Kucing tersebut ingin ikut makan lalu ia mencari cara agar bisa merebut daging sapi tersebut. Sampai modal apapun dan rencana merebut daging dari anak tokek yang menurut pengalamannya masih mentah, kurang pengalaman.
" Hai tokek kamu itu terlihat keras kepala,kuat sekali, dan kulitmu tebal tidak tipis tidak seperti kulit cicak, apa sih rahasianya?..."
Tokek senang sekali dipuji oleh kucing tentang keindahan tubuhnya tapi dia diam saja karena
Mungkin mendengar pertanyaan kucing, dagingnya penjual jatuh di luar,kucing tidak kurang fikiran,lalu bertanya lagi.
" Hai tokek,kamu bisa tidak melatih aku berjalan di dinding. kamu bisa tidak melatih aku berjalan di dinding. Kamu kok hebat sekali bisa berjalan di dinding siapa sih yang mengajari?
Thekek diam saja, harusnya dia ingin menjawab bahwa berjalan di dinding tidak ada yang melatihnya dia itu pandai sekali, jadi tidak perlu dilatih siapa-siapa. Kucing mencoba memuji lagi kpd anak thekek tersebut.
" Hai thekek, suaramu itu saya akui memang merdu sekali, cobalah kamu nyanyi 1 lagu saja biar tambah naksir hatiku kepadamu."
Anak tokek tidak bisa menahan lagi, ingin eksis. Dia membuka mulutnya akan menyanyi. Tentu saja dagingnya jatuh. untung saja ada ibu tokek yang menangkap daging yang jatuh tadi, lalu mengajak anak tokek tersebut pergi menjauhi kucing yang berwajah licik.
Ibunya merasa kurang dalam melatih anaknya supaya tidak mudah lalai ketika di puji dengan sesuatu yang menyenangkan hati.
 Dening : Ari Fitria

AZAB GURU KILLER
*wayah esuk
Kringg...kringg...(alarm muni)
"hoaammmmm" Renjana (critane lagi hangup)
Tok tok tok....(swarane lawang diketuk)
"Mbak...sarapane sudah jadi " omonge bi Ijah marang renjana
"hmmm....iyo bi sek" jawabe Renjana sambil molet.
Renjanan sng setengah sadar kui langsung delok jam.
" Anjirrr..wes awann." omonge Renjana sambil keplayon ning njeding.
Sakwise adus lan macak Renjana langsung sarapan terus budal ning sekolahan.
*Sekolahan
"hai gaes, Renjana sing poll ayu dewe wes sampek iki!" mbengok renjana pas melbu ning kelase.
"BACOT !" jawabe alya sengak.
"hehehe santuy dong bujank". Jawabe Renjana sambil cengingisan.
"hmmm" jawabe alya cuek.
Bel masuk wes muni Renjana langsung lungguh ning kursine,kas sing awale koyo pasar saiki sepi koyo kuburan pas bu Sasmita melbu. Bu Sasmita yaiku guru sing gak disenengi Renjana amergo KILLER.
"Siapkan PR kalian hari ini dikumpulkan." kongkone bu Sasmita
"iya bu." jawabe kabeh siswa kecuali Renjana.
Renjana lali yen diwenehi tugas marang bu Sasmita.
"Renjana mana bukumu?" takon bu Sasmita
Renjana meneng ae gak nyauri
" Renjanaaaa dengar apa tidak ibu tanya?" takon bu Sasmita gawe nada duwur.
"Maaf bu,bukunya ketinggalan." alesane Renjana
"Alesan saja,kamu sekarang maju kedepan berdiri sampai jam istirahat,SEKARANG!" kongkone bu Sasmita.
Kring....kringg...(bel istirahat muni)
"Renjana kamu boleh duduk,tapi ingat jangan diulangin lagi kalo tidak kamu tidak boleh mengikuti pelajaran sejarah selamanya." ancem.e bu Sasmita.
"iya bu" jawab.e Renjana
"baik anak-anak pelajaran kita sampai disini dulu. Kerjakan tugasnya dengan benar!" omonge bu Sasmita.
"iya bu....."jawabe siswa kabeh.
*Kantin
"eh kok iso buku mu mok tinggalno "takon Venita ning Renjana.
"bukune tak gowo tapi aku ra ngerjakno." jawab.e Renjana.
"lapo ra mok kerjakno?" takon jevila
"mabar cuy" jawab.e Renjana
"ngunu terus" omonge Venita.
"yowes genyoo sakpenakku" jawab.e Renjana enteng.

Kring.....kringg...kringggg (bel mulih muni)
Sekolahan sakiki wis sepi,tapi bu Sasmitaisih ning sekolahan amergo sibuk ngoreksi tugas-tugas gekmang.
Sakwise mberesi barang-barange