Sosis bakar
Dipohon ini sekitar 7 tahun lalu adalah tempat di mana saya menunggu teman saya kembali ke sekolah. Saya berada di sekolah yang berbeda. Dan kenyataannya adalah bahwa sekolahnya memiliki jam lebih panjang dari sekolah saya.
Rumahnya dan rumah saya sangat dekat. Hanya beberapa langkah dari gerbang rumah saya, saya telah mencapai gerbang rumahnya. Tidak hanya itu, saya pun rela menunggu selama 1 atau 2 jam. Teman saya memanggil saya Galang. Teman masa kecilku Teman terbaik bagi saya.
"firaaaa!!"
"Apakah kamu sudah lama menunggu?" Dia bertanya. Saya menggelengkan kepala . "Ya, ayolah!" Dia menggeret tanganku untuk pergi. Tentu dengan senang hati aku menurutinya. Dan akhirnya Galang dan saya berhenti tepat di depan . Stand kecil sosis bakar.
Kebiasaan saya dan Galang sebelum datang dan pesan adalah mencium aroma manis dan lezat yang menyebar di hidung dan kemudian mengucapkan kata-kata dengan lembut. "Sosis bakar,"
Galang dan aku membelinya sepulang sekolah. Dengan ngempul kan sisa uang saku yang lebih, aku dan Galang makan bersama. Meski saat itu saya ingat sekarang, sosisnya sama.
Mungkin karena Galang, sahabat yang paling baik, membuat sosis yang berbeda di lidah saya saat itu. Kebiasaan saya dan Galang berlanjut sampai saya lulus. Ketika kami tumbuh bersama, ketika kami berada di stand sosis bakar ini, saya dan Galang melupakan semuanya. Sampai hari berikutnya ..
"Aku akan pergi," katanya, sambil memegang sosis bakar sambil berjalan.
"Mau kemana?" Tanyaku karena aku tidak fokus dan tetap menikmati sosis tersebut.
"Amerika,"
"Berapa hari?" Tanyaku yang sambil mementingkan makan sosis, daripada kata-kata sahabatku.
Galang berhenti berlari. Dia memanjat, menghadap saya dan membuka mata saya.
Dan kebenarannya adalah ...
Saya tidak tahu bahwa setelah persahabatan saya dan Galang tahun lalu, Galang menyembunyikan penyakit yang dideritanya yaitu kanker pankreas yang telah mengintai stadium akhir itu. Dengan bodohnya saya, saya tidak memperdulikan itu. Baru setelah tahun pertama kepergiannya ke Amerika Serikat untuk pengobatan, saya harus menghadiri pemakamannya. Galang meninggal,
Untuk pertama kalinya saya sangat marah dengan apa yang terjadi. Saya kira galang adalah teman yang terburuk di dunia. Ini memberikan saya kesedihan dan kesedihan yang sangat mendalam bagi saya.
Saya sangat sedih. Saya datang dan membersihkan kuburannya. Membersihkan rumput liar yang tumbuh. Kejadian ini membawa kehidupan baru bagi saya. 7 tahun kemudian. Kebiasaan itu berlanjut sampai akhir pertanyaan.
"Kemana kamu pergi?"
"mengunjungi galang,"
"Serius. Kemana kamu pergi? "
Saya diam. Lagi pula, saya tahu petunjuk pertanyaan ibu itu. Tapi saya menghiraukan dan terus berjalan. Karena ketika saya mencoba menjawab, dada saya terasa mati rasa.
Saya tidak suka karena dada saya sangat sesak, Galang terus datang ke pikiran saya. Dan hari ini, selama tujuh tahun terakhir, saya belum pernah ke makam Galang, teman saya yang terkasih.
Saya datang ke pohon besar ini, dan di sini dimana saya dan Galang di masa sekolah, disini saya menunggunya sambil berteduh dipohon yang sudan menua ini. Sama seperti saya yang sudah berusia 25 tahun.
Tiba-tiba saya teringat akan bayang-bayangnya saat berjalan ke arahku. Mengguncang lenganku. Lalu kami berjalan bersama. Akhirnya berhenti di sebuah stand yang masih berdiri selama tahun-tahun.
"pak, sosis satu"
Tiba-tiba saya ada di sini dan memesan sosis bakar. Saya hanya bisa sedikit berkeringat. Galang, Kepada temanku tersayang yang ada di sana.
Saya merindukanmu dengan sosis yang kami beli dan berbagi. Aku rindu kamu Sungguh. Apakah kamu juga merindukanku? Saya tersiksa karenanya. Aku merindukanmu, temanku.
Dening: Fatwa Nur Shajida
Tawa Peliharaa
Pak Mukidi, pemilik sapi tetapi memiliki hewan peliharaan yang suka bicara lucu dengan kelelawarnya. Ketika datang ke phytochemical lainnya, phytochemical harus membuat cerita lucu dan menjualnya sampai adonan tertawa.
kadang kaki tangan saya menceritakan kisah pengalaman aneh mereka yang tidak pernah mereka alami. misalnya Anda tidur di meja dan bepergian dengan banyak barang.
Perilakunya terkadang terdengar seperti badut jika itu hanya lelucon. Anak-anak anjing lainnya dengan senang hati merespons ketika mereka bersama anak anjing. Anda harus menanggapi sesuatu yang tidak jelas atau aneh.
Suatu hari, induk ayam terbang pergi, dan bersembunyi di dalam tangisan yang dalam. Sampai kepiting ayam tidak memetik pohon di dalam gua.
"Apakah kamu ingin kandang ayam," tanya kandang itu.
"Aku sedih dan sedih. rambut saya berbeda, rambut saya seperti ini, dan itu tidak rapi. "
“Aku merasa sangat sedih. jika Anda memiliki masalah bulu Anda frustrasi. tubuhku bahkan punya bulu! "
“Saya pikir setiap hari saya harus menulis cerita-cerita aneh untuk bisa dekat dengan saya. Teman-teman Anda akan berbicara kepada saya tentang bulu-bulu Anda. kecuali itu lucu atau lucu.
"Yah, kamu salah paham denganku! tidak harus lucu di balik layar untuk membuat Anda bahagia. Akan ada banyak kesenangan jika Anda ingin berbagi cerita lain.
Adalah salah bahwa Anda bahkan harus lucu atau unik dan menarik perhatian orang yang anda cintai.
Apakah kamu tidak suka anak kecil? Saya tidak harus membuat setiap hari berdagang dengan teman-teman saya.
“Buatlah rasanya enak! Pak Koboi bahkan membuat saya bernapas, bukan untuk menjadi lucu dan lucu. Bahkan, saya tidak pernah menjualnya dan masih memiliki banyak di belakangnya!
Penting bahwa Anda bersedia membantu dan mendengarkan pendapat Anda. Hal utama adalah mengatakan yang sebenarnya tentang kebenaran dan tindakan yang salah. Saran dari seorang teman
'' Saya ingin tahu apakah ini kondominium Anda. Ini jauh lebih baik daripada rekan saya, jadi Anda bisa membuatnya lucu. Yah, kurasa aku selalu harus berdiri dan bergaul dengan teman-temanku.
"Saya pikir tidak lucu untuk tinggal bersama pacar saya"
“Sudahlah! Dia mungkin ingin tinggal bersama teman yang baik. Kecuali sekarang Anda menjalani kehidupan normal saya. Kedengarannya lucu tapi tidak berhasil. Akan bagus untuk memiliki hubungan yang baik dengan Anda, "katanya.
"Kamu bahkan tidak tahu mobilnya, aku tidak ingin mendorong diriku sendiri. Saya tidak berpikir itu aneh. Setidaknya saya bosan berdagang setiap hari. Maaf, kamu yang terbaik ”
Karena hari ini saya tidak punya ayam, kami tidak harus menjualnya hari ini. awalnya ayamnya terpesona oleh perilaku ayam sekarang. Tapi sekarang, semakin banyak ayam yang masih mau berbagi cerita
Dening : Naila Kalafatunnafa
Teman Selamanya
Namaku ovi,aku punya teman namanya mutika.Tika itu temanku mulai aku masuk sekolah ini.Tika itu orangnya baik dan setia kawan.Tika biasa manggil aku tukang melamun,tapi aku tidak pernah risi kalau dipanggil seperti itu,ya mungkin karena sudah biasa.” Doorrr.... ijig ijig,suaranya tika membuat aku kaget.” Ih kamu tik ngagetin aku aja,nanti kalau aku jantungan gimana? kamu mau apa tanggung jawab? Jawabku kepada tika”. Yah maaf lah vi,kamu si ngelamun aja.Yasudah itu bel,ayok segera masuk.Keburu dimarahi sama bapak guru.Jawab tika kepada aku”.Setelah itu aku dan tika masuk dikelas sama-sama.
Bel tanda pulang sekolah sudah dibunyikan.Seperti biasanya aku dan tika pulang bersama,tapi sampai ditengah jalan,aku dan tika terpisah karena tika mau mampir ketukang jahit ngambil bajunya ibunya.Setelah aku pulang sendirian,” ijig ijig,buuukkk.... buku yang aku bawa ditangan tadi hilang ditabrak anak kecil,minta maaf ya mbak”, iya tidak apa-apa,cuma buku aja kok yang hilang,maka dari itu dek,kalau jalan itu yang hati-hati ya,” iya mbak”.
Seperti biasanya aku berangkat sekolah dulu.Ya seperti biasanya aku ikut pelajaran bapak dan ibu guru,tapi hari ini tidak seperti biasanya.Tika ya tika,aku tidak ketemu dia sehari ini.Akibat kwatir karena tika,aku memutuskan pulang sekolah berangkat ke rumahnya tika.Sampai depan rumahnya tika,suasana rumahnya tika tidak seperti biasanya,sepi sekali seperti kuburan saja.Akhirnya aku memutuskan,aku bertanya kepada satpam rumahnya tika,ternyata sudah tidak tinggal dirumahnya itu.Tetapi begitu,aku dikasih alamat rumahnya tika yang baru.Pulang dari rumahnya tika,aku kepikiran kenapa tika kok pindah,kenapa tidak tinggal disana saja? Terus kepikiran kenapa tika tidak ngomong masalahnya itu ke aku? Aku kan temannya? Apa tika lupa mengabari aku? Aku jadi bingung sendiri mikir tika.
Paginya hari minggu,aku pagi-pagi berpamitan dengan ibuku mau mencari alamat rumahnya tika yang baru.Satu jam lebih aku berputar melewati gang-gang,sampai akhirnya aku menemukan alamatnya.Sampai depan rumahnya,aku kaget tika yang biasanya hidup enak sekarang malah hidup ditempat yang kumuh dan sempit.” Assalamualaikum,ngomongku setelah sampai depan rumahnya tika.” Waalaikumsalam,jawab tika saat membuka pintu rumahnya.
Tanpa banyak bicara seperti biasanya,tika mengajak aku masuk kerumahnya.Tika menceritakan semua masalahnya itu ke aku ,kalau keluarganya itu punya hutang kepada bank,tetapi sayangnya tingkah keluarganya tidak kuat membayar,akhirnya rumahnya itu disita oleh bank.” Yasudah lah tik,tidak perlu sedih terus,masih ada aku temanmu,aku selalu ada seterusnya disampingmu untuk senangmu atau sedihmu.Bicaraku untuk menenangkan tika karena masalah itu.” Aku bersyukur sekali vi sama allah,karena allah sudah ngasih temen seperti kamu.”Jawab tika untuk aku”. Yaudah gini aja,kita buat janji kalau kita akan terus bersama tidak akan pernah berpisah walaupun kamu dan aku jauh.”Gimana tik? Mintaku kepada tika.”Ayo”jawab tika semangat.
“ Kita itu teman selamanya,kita itu pasti bersama-sama,tidak akan terpisah karena jarak dan tetap jadi teman sampai akhir hidup kita.” Jawab tika sama aku bersamaan dengan tertawa.”
Dening : Jelita Novi Ramadhani
T
Sandal BaruDi pasar adiknya Eka merengek ingin mendapatkan sandal baru. Sandal adiknya memang telah robek dan tidak berbentuk. Adik Eka bernama Rina, usianya 5 tahun. Eka sangat sayang dengan adiknya, karena itu adalah adik satu-satunya. Eka dari keluarga yang tidak mampu, ayahnya hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya sebagai tukang cuci di desanya.
"Mbak belikan sandal yang warnanya pink itu dong, kelihatannya bagus sekali," pinta Rina sambil ingin menangis.
"Mbak tidak punya uang, Rin. Uang ini saja hanya akan digunakan membeli sayuran saja, "jawab Eka pada adiknya.
Meskipun tidak dituruti, Rina tetap menerima. Anak itu sudah mengerti bahwa hidup mereka sulit, untuk makan saja sudah kesulitan apalagi untuk membeli sandal.
Setelah dari pasar membeli sayuran Eka kembali ke dalam rumahnya yang seperti gubuk tapi masih tetap terlihat rapi, karena Eka orang yang rajin dan patuh. Rumahnya dari anyaman bambu dan atapnya telah rapuh dimakan rayap, tapi depan rumahnya banyak bunga yang mekar.
Meskipun keluarga Eka tidak mampu, tapi ayahnya ingin Eka menjadi sukses dan ingin menyekolahkannya sampai perguruan tinggi. Ayahnya tidak kecewa karena Eka termasuk siswa yang pintar di sekolah. Malamnya saat Eka akan belajar dan ayahnya akan kembali ke pekerjaannya.
"Ka, kamu harus menjadi orang yang berguna dan melebihi ayah yang hanya menjadi buruh bangunan," kata ayahnya Eka.
"Ya Pak, aku akan berusaha"
Di pagi hari yang dingin Eka sudah bangun dan mempersiapkan sepeda yang akan digunakan ke sekolah. Eka berangkat pagi karena Eka ingin mengikuti lomba Cerdas Cermat yang diadakan SMA. Setalah Eka berpamitan dengan orang tuanya.
"Pak, Bu, aku ingin berangkat dulu. Mudah-mudahan, saya bisa menjadi pemenang dalam lomba agar bias pergi membeli sandal untuk Rina, "Pamit Eka sambil menjabat jabat tangan orang tuanya.
"Ya, Amin. Hati-hati ya nak, "kata ayahnya.
"Mbak, nanti beli sandal ya?" Adiknya yang senang karena tahu akan dibelikan sandal.
Setelah tiba di Sekolah Eka snagat gugup karena sudah ramai dan ada peserta dari sekolah lain. Sekolah juga dipasangi spanduk yang warna-warni, dinding sekolah telah dicat warna oranye yang bagus.
Perlombaan Eka bisa menjawab pertanyaan yang dibacakan juri dengan benar. Ini waktunya pengumuman juara, ternyata yang mendapatkan juara 1 adalah Eka. Eka langsung menerima piala serta amplop yang berisi piagam ditambah uang pembinaan. Dia kembali ke rumahnya dengan gembira sambil mengendarai sepedanya.
" Assalamualaikum. Bu, Pak. "
"Wa'alaikum salam, ada apa, Ka?" Tanya ibu Eka.
"Ibu, aku menerima juara 1 dan Rina akan memiliki sandal baru."
" Alhamdulilah, Ka. Anak Ibu memang benar-benar cerdas.Ibu semakin saying kepadamu." Kata ibu dengan senang dan bangga.
Pada sore hari, setelah berganti pakaian Eka mengajak adiknya ke Pasar membeli sandal baru.
"Beli sandal warna apa Rin?" Tanya adiknya ke Eka.
"Warna merah muda Mbak!"
Eka langsung membeli sandal yang diinginkan adiknya. Didalam hati Eka Lega karena bias menuruti keinginan adiknya dengan jerih payahnya sendiri.
"Terima kasih ya mbak" hati eka senang.
By:selvira
Cintaku jauh di langit
Jauh kulepaskan tatapan, terbang bebas di atas hamparan kebun teh dan lintasan Jakarta Bandung yang meliuk berliku, juga menukik. Di sini, di atas sebuah bukit, di areal perkebunan teh Puncak, Jawa Barat, kurapatkan duduk dari tadi. Ada rindu menyeruak di antara haru yang kurasakan sesak setiap kucoba mengingat kenangan setahun lalu, di sini, Ramadhan yang lalu, bersama Abraar.
Sengaja memang, kutinggalkan Jakarta menuju Puncak. Hanya untuk melihat kembali saksi kisah bahagia sekaligus kisah perih yang pernah terajut di sini. Kisah itu mengalun kembali seiring menggemanya nama Abraar memenuhi ruang hatiku, ketika kucoba mendesiskan namanya.
Ou, juga kerelaanku menerima takdir. Kisah lalu itu adalah perjalanan hidup, mungkin seperti lintasan Jakarta Bandung yang penuh liku.
"Hey!"
Seorang cowok datang menyapaku. Kubalas dengan senyum. Terlalu sibuk dengan kisah lalu, aku telah meng¬anggap diriku sebagai penghuni tunggal bukit ini. Padahal sejak siang tadi, pengunjung banyak berdatangan. Sekadar menikmati hawa dingin bukit ini, hijaunya hamparan teh atau aktraksi paralayang yang bertolak dari bukit ini sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Paralayang? Aku menggeleng perlahan, tanpa sadar. Cowok di sampingku mengerutkan kening tanda tak mengerti dengan gelenganku.
"Namaku Kade,” ucapnya kemudian sambil mengulurkan tangan untukku.
“Vira !” balasku singkat tanpa meraih uluran tangannya.
“Kamu sepertinya ada masalah" ucapnya lagi sambil menarik kembali uluran tangannya yang tak kusambut.
Aku terdiam. Dingin yang semakin menusuk membuatku menarik ruslui¬ting jaket, lalu melipat tangan di dada. Kualihkan kembali tatapanku ke kaki bukit. Lintasan Jakarta Bandung, sepi. Hanya sesekali kendaraan melintas, membuat jalan beraspal itu seperti liukan anaconda raksasa yang sedang tertidur. Kade, cowok yang agak jauh di sampingku, nampaknya belum juga beringsut. Bahkan berceloteh sendiri.
"Dulu, setiap ada masalah, aku selalu melarikan diri ke sini,” ungkap¬nya. “Jarak Bandung ke sini, nggak kupeduli. Di sini aku bisa sendiri, bahkan terbang ke langit sana.” lanjut¬nya sambil menatap langit barat.
Aku yang dari tadi menganggapnya patung, kini terhipnotis untuk balik menatapnya. Kalimatnya membuat bayangan Abraar seperti utuh berada di depanku.
Dulu, Abraar selalu ke sini. Tiap minggu! Menunggu angin datang, lalu mengembangkan parasutnya. Terbang melintas di atas hamparan kebun teh, semua karena dia berambisi untuk menjadi atlet para¬layang.
Abraar, pemilik lesung pipit itu kurasa¬kan semakin nyata di depanku. Tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Dan lesung pipinya, seolah memiliki magis yang mampu melesakkan aku masuk ke dalamnya. Namun semua kesempurnaan itu membuatku semakin tak bisa berharap banyak. Jalan bersama dia pun rasanya sudah anugerah besar buatku. Hanya keramahan, juga kerendahan hatinya yang membuatnya mau berteman denganku. Siapa sih yang mau berteman dengan gadis cacat sepertiku? Kalau pun banyak yang memujiku cantik, namun terlalu sedikit yang mau jalan dengan seorang cewek berkaki pincang sepertiku.
Tapi Abraar, awal kedekatannya denganku kuanggap sebuah hinaan. Aku salah sangka, aksi pedekate nya padaku kupikir hanya karena otakku yang encer. Karena kutahu betul, dia selalu berada di peringkat terakhir bahkan pernah terancam tidak naik kelas.
Namun ketika dia berhasil menak¬lukkan hatiku untuk menjadi temannya. Abraar lain dari yang kupikir. Dia tak pernah memberiku kesempatan untuk putus asa, tak pernah malu melangkah di sampingku, yang jalannya terseok-¬seok karena kaki kiriku yang tidak normal sejak lahir.
“Semua karena aku tahu, tak banyak yang mau berteman dengan kamu,” ungkapnya jujur ketika kutanya alasan kedekatannya denganku.
Beribu kalimat sumbang pun akhirnya terlontar. Abraar yang otaknya tumpul di kelas, ternyata juga berotak udang dalam mencari pacar. Vira, gadis cacat yang bukan hanya pintar di kelas tapi juga punya ilmu hitam yang bisa membuat cowok bertekuk lutut. Dan entah kalimat apalagi, yang semakin membuatku sadar dengan kekuranganku.
Aku tenang saja. Toh, Abraar juga tak menanggapinya. Tapi ketenangan itu akhirnya terusik juga. Terusik oleh mimpi seekor pungguk sepertiku yang merindukan bulan, jauh di langit sana. Kedekatanku dan banyak jalan bersa¬manya telah membuat hatiku dihinggapi penyakit cinta yang tidak seharusnya diidap oleh gadis cacat sepertiku.
Kusimpan cinta itu menjadi siksa jiwa. Aku tak peduli itu menyiksa, tak kuhiraukan meski sering membuatku menangis. Semua demi kelangsungan persahabatanku dengan Abraar.
Ya, persahabatan ! Aku tak boleh melewati garis batas itu. Sekali aku menyebut kata cinta buat Abraar, persahabatan itu akan hancur. Tak ingin kusesali ke-bodohanku kelak.
"Hey !"
Sapaan Kade membuat lamunanku buyar. Bahkan dia habis meninggalkan¬ku sendiri tanpa kusadari. Buktinya, sebuah careel berisi parasut telah bergantung di punggungnya. Dulu Abraar begitu gagah setiap membawa careel parasut seperti itu.
"Sori, aku ditugaskan untuk terbang. Untuk memberi aktraksi kepada para pengunjung di sini. Tapi aktraksi ini spesial kupersembahkan untukmu. Untuk awal perkenalan kita, " ujarnya sambil tersenyum.
Dia melebarkan parasutnya, memasang harness dan helm penga¬man. Entah berapa detik dia berdiri mematung, memperhatikan bendera kecil yang ditancapkan di salah satu tembereng bukit. Saat bendera itu berkibar pertanda ada angin, sejenak Kade melirikku sekali, lalu berlari mengambil awalan, dan di ujung ketinggian bukit, dia terbawa angin.
Seperti elang, Kade terbang mengitari perkebunan teh. Manarik dan mengulur tali parasutnya. Aku terpana melihatnya. Seolah Abraar yang sedang terbang di sana. Aku duduk kembali. Pengunjung yang lain masih terus menatapnya. Lain denganku, tadi ketika Kade terbang mengitari perkebunan teh, ada bahagia sekaligus ketakjuban melihatnya, tapi ketika dia memilih untuk terus menarik parasutnya, membuatnya, semakin tinggi. Di posisi terbangnya yang sejajar dengan matahari yang terhalang awan. Dia berhenti di situ. Berdiam diri! Lama sekali. Posisi seperti itu membuat kenanganku dengan Abraar datang mengiris.
Dua bulan terakhir kebersamaanku dengan Abraar, dia selalu terbang ke sana. Terbang hingga ketinggian yang sejajar dengan matahari sore. Padahal sebelumnya, dia tak pernah melakukan itu. Aku bisa menebak, jika dia. memen¬dam masalah berat dan melarikannya ke awan sana.
"Aku bahkan mau terbang hingga ke langit. Sayang nggak bisa! Meski kuyakin itu akan terjadi. Tak lama lagi!" ucapnya suatu sore, saat baru landing dari penerbangannya yang tinggi. Sedikit pun aku tak menanggapi kalimat itu. Aku hanya memperhatikan dia sibuk melepaskan harness.
Kebiasaan Abraar terbang seperti itu, bermula saat dia dinyatakan gagal menjadi atlet nasional di olahraga paralayang. Jelas sekali ada kecewa, padahal sebelum mengikuti test dia sempat bercerita jika dia tak takut gagal. Toh, ini hanya kujadikan sebagai hobi sekaligus hiburan, katanya. Tapi akhirnya? Kegagalan itu membuatku menemukan Abraar yang lain dalam dirinya yang sebenarnya.
Aku mencoba belajar menghadapi kenyataan. Sedikit demi sedikit aku melangkah menjauh. Siapa tahu kedekatanku dengannya telah membuat dia bermasalah. Apalagi, akhir akhir ini sering kudengar dia menyebut nama Yuni di depanku. Kutahu dia mencintai¬nya, juga kuyakin jika Yuni tak akan menolak jika tahu perasaan Abraar.
Ketika kusadar bahwa aku menjadi penghalang, kucoba untuk beringsut. Bukankah mengharap terus cintanya, juga sebuah siksa bagiku? Jika aku menghindar, itu berarti aku telah memberi kebahagiaan buat Abraar yang juga pernah memberiku bahagia meski akhirnya aku melukai diriku sendiri dengan mimpi yang tak mungkin berwujud.
"Maukah kamu menerima cintaku?"
Seperti tak sadar ketika suatu hari, kudengar dia mengucapkan kalimat itu untukku.
"A..aku!" gugupku.
Dia mengangguk serius. Menatapku tanpa henti. Sayang sekali, tatapan yang sebelumnya selalu kuakui mendamai¬kan, saat itu malah membuat hatiku porak poranda. Bagaimana tidak, kalaupun aku pernah berani bermimpi untuk memilikinya, sedikit pun aku tak berani untuk mewujudkannya, Laksana terbang ke langit, saat untuk kedua kalinya dia mengucapkan cinta padaku. Aku melayang tanpa parasut. Terlebih, tanpa sayap! Karena aku memang bukan burung dara yang sempurna.
“Hey!”
Lagi lagi Kade datang melerai kenanganku bersama Abraar. "Kalau kamu mau, aku bisa memba¬wamu terbang seperti tadi. Aku biasa jadi pelatih untuk penerbang pemula." ucapnya sambil melirik jam di perge¬langannya. "Masih bisa untuk sekali penerbangan." Aku menggeleng.
"Kenapa, takut? Sekali kamu terbang, kamu akan ketagihan. Yakinlah! Di atas sana kamu boleh membuang semua bebanmu. Bahkan melupakan semua masalahmu. Ketinggian selalu menjanjikan mimpi. Mimpi yang indah!" Kade memohon lagi.
Apapun alasannya. Aku tetap menggeleng! Aku pun tahu, ketinggian selalu memberi mimpi yang indah, tapi aku lebih tahu jika terkadang ngarai menunggu di bawah. Apa artinya melambung sejenak bersama mimpi sementara hati juga harus selalu siap untuk terluka saat harus terhempas?
"Okel Nggak apa apa. Tapi kamu mau jadi temanku, kan?"
Tatapanku lurus menancap ke bola mata Kade. Sedikit teriris hatiku mendengarnya. Bagaimana tidak? Kuyakin kalimat itu terucap darinya karena belum sadar jika gadis yang berada di depannya tak bisa berjalan normal.
"Apa untuk menjadi teman, aku harus menunggu lama?" lanjutnya lagi. "Padahal aku berharap lebih dari itu."
Tatapanku yang tadi menancap di bola matanya, kini kularikan ke kaki bukit. Sore semakin layu, kabut pun menebal. Di bawah sana, speaker Mesjid Atta'Awun mengalunkan kalimat suci. Sebentar lagi maghrib. Aku harus turun.
"Boleh, kan?" desaknya meminta jawaban.
Aku tetap diam. Gelap yang merambat membuat semua kendaraan yang melintas di jalan Jakarta Bandung harus menyalakan lampu sorotnya. Lintasan panjang berliku itu, yang tadi mirip anaconda raksasa yang sedang tertidur, kini kilatan kilatan lampu kendaraan yang melintasinya tak ubahnya barong¬sai raksasa yang sedang berjalan meliuk.
Pengunjung bukit mulai turun satu per satu. Kade berpindah ke depanku. Menatapku tajam! Tapi aku memilih untuk melangkah. Langkah pincang yang terseok. ¬Tersaruk saruk! Dan kuyakin, dengan melihat itu, Kade akan tercengang sekaligus mema¬tung. Tanpa pemah mau mengiringi langkahku.
Selangkah, dua dan tiga kali aku melangkah menuruni bukit. Tanpa berbalik pun kutahu, apa yang sedang Kade perbuat. Dia tak akan pernah mau berteman dengan gadis pincang sepertiku.
Ada haru yang menyeruak ketika semakin kusadar bahwa Kade tak mengikuti langkahku. Bukan karena ingin dia bersamaku, sekali lagi bukan! Haru itu menye¬ruak karena mengingatkanku pada satu satunya orang yang mau melangkah bersamaku. Abraar!
Ramadhan tahun lalu pun aku masih sempat menuruni bukit ini bersama Abraar. Buka puasa dan shalat jama'ah di Mesjid Atta'Awun. Lalu pulang membawa moci dan peuyem sebagai oleh oleh. Aku tak boleh menangis. Tekadku sambil menyeret langkah. Kuingin cepat tiba di mesjid. Menanti maghrib dan mengadukan semua bebanku pada Allah yang bersinggasana di langit yang jauh. Sekaligus mengirim doa buat Abraar di sana.
Aku tak pernah melupakan selalu kupuji kemurahan hati Abraar yang mau berteman denganku. Meski untuk mencintaiku, belakang¬an kutahu jika itu hanyalah pelarian. Kepiawaian Abraar mempermainkan tali parasutnya, keberaniannya menan-tang angin, tak diragukan lagi untuk menjadi atlet nasional paralayang. Tapi, semua keahlian itu harus diabaikan karena dokter memvonisnya sebagai penderita kanker otak ketika ikut test kesehatan, dalam seleksi atlet nasional.
Lama sekali baru aku tahu penyakit Abraar itu, meski kulihat ada duka yang menggantung di setiap tatapannya. Meski kuarasakan ada keanehan dari sikapnya yang selalu menerbangkan parasut ke ketinggian yang sejajar dengan matahari. Barulah setelah dia terbaring lemas dan hendak menghembus¬kan napas terakhirnya, dia meminta maaf atas cinta semunya padaku.
Ada Yuni yang mengisi ruang hatinya. Begitu cintanya pada Yuni, Abraar tak ingin Yuni teruka dengan kehilangan dirinya kelak Aku pun jadi korban pelarian itu. Aku tak tahu perasaan apa yang berkeca¬muk di hatiku saat mendengar pengakuan Abraar. Aku ingin membenci tapi dia telah membuatku berarti.
Hanya sesaat setelah aku membasuh tubuhku dengan wudhu, adzan maghrib menggema. Segelas air putih kuteguk, tambah beberapa buah moci. Lalu meraih mukenah dan mengambil tempat di barisan jamaah yang hendak shalat.
Khusyu' sekali aku dalam shalat, lalu melantunkan doa untuk Abraar. Doa untuk ketenangannya di 'ketinggian' sana.
Ketika aku keluar mesjid, hendak membeli oleh-¬oleh khas Puncak. Kudapat-kan sosok Kade yang sedang menghampiri seorang cewek yang lumayan manis. Tentu saja aku tak cemburu apalagi terluka. Allah yang pemurah pernah mengirimkan Abraar untuk mencintaiku. Meski dengan cara lain. Kuyakin juga, Allah, kekasihku yang bersinggasana di langit sana, akan selalu hadir di hati. Untuk mendengar doaku!
By:hidayatus
Menemukan Dompet
Sudah beberapa bulan aku menunggu panggilan kerja. Rasanya hariku pilu bingung tanpa arah. Kerjaanku hanya luntang-lantung di rumah. Aku bingung harus ngapain. Ingin usaha tapi tak punya modal. Suatu hari, kuniatkan untuk bertemu teman-temanku, sekedar berbagi tentang masalahku ini.
Saat jalan menuju rumah temanku, di samping jalan sedikit ujung dari trotoar, aku melihat sebuah dompet berwarna hitam. Kuhampiri dompet itu, kubuka, dan kulihat isinya. KTP, SIM A, beberapa surat- surat penting, tabungan yang isinya fantastis, dan sebuah kartu kredit. Dalam pikiranku muncul suara agar aku menggunakan isi dalam dompet itu. Tapi tidak, aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya. Tak selang berapa lama setelah aku pulang dari rumah temanku, kukembalikan dompet itu. Bermodalkan alamat di KTP, aku menemukan rumahnya di perumahan elit dekat dengan hotel Grand Palace. Kupencet bel dan kemudian dibuka oleh tukang kebun yang bekerja di rumah itu.
“Permisi, Pak. Benarkah ini alamat Pak Budi?” Tanyaku.
“Iya benar. Anda siapa, ya?” Tanya tukang kebun.
“Saya Adi, ingin bertemu dengan Pak Budi. Ada urusan penting.”
“Baiklah silakan masuk, kebetulan bapak ada di dalam,” Pinta tukang kebun.
Aku masuk dengan malu-malu ke dalam rumah megah pemilik dompet yang kutemukan.
“Ada apa? Siapa Kamu?” Tanya pemilik rumah itu kepadaku.
“Saya Adi, Pak. Mohon maaf sebelumnya, saya menemukan dompet Bapak di trotoar dekat hotel.”
“Oh, ya silakan duduk, Nak!”
Aku duduk di dekat beliau dan menyerahkan dompet yang kutemukan tersebut.
“Kau tinggal di mana, Nak? Dan bekerja di mana?” Tanyanya dengan penasaran.
“Di kompleks Asri Cempaka, Pak. Saya masih ngganggur sudah berbulan-bulan melamar tapi belum dapat panggilan.” Tambahku. “Kau sarjana apa?” Tanyanya
“Ekonomi Manajemen, Pak.” Jawabku.
“Oke baiklah, Nak. Di perusahaan Bapak sedang membuthkan staff administrasi. Barangkali jika kamu tertarik bisa ke kantor saya besok pagi jam 9. Ini kartu nama saya.” Sambung Pak Adi sambil menyodorkan kartu namanya padaku.
“Sungguh, Pak?”
“Iya, Nak. Saya membutuhkan karyawan yang penuh dedikasi dan jujur seperti dirimu ini.”
“ Terima kasih banyak, Pak.” Kataku tidak percaya, ini seperti keajaiban. Dening : Ayu Fitria
Selamnya di Dalam Hati
Dara tau sekali pahit-manisnya hidup jadi anak tunggal. Disuatu ketika Dara bsa seperti diatas langit, karena dia bisa dapat rasa cinta dari orang tuanya. Tidak ajan ada yang bisa ambil kebahagiaan Dara. Dia tidak akan mendengarkan Bapak dan Ibunya berbicara,"jadilah seperti kakak mu" atau " lihatlah adikmu lebih pintar dari kamu" dan sebagainya. Lahir dari keluarga yang kaya dan mempunyai rumah mewah seperti istaanya raja dan ratu. Setiap hari bisa dicukupi tanpa harus dipikir berat-berat.
Seperti dihari ini, Dara daftar kuliah di tempat kuliah yabg bagus sekali dan masuk di tmpat kuliah ini sulit cuma anak yang kaya dan punya uang banyak. Dara tidak perlu mikir untuk masuk kuliah ditepat it. Dia ambil jurusa akutansi dan akan menhawali masuk kuliah dibulan 8 atau bulan Agustus.
Kring...kring...kring...
Jam beker didalam kamar Dara berbunyi, tangan Dara mulai menggayuh jam beker diatas meja dengan rupa wajah yang masih ketutup selimut. Duduk sebentar dan langsung berangkat mandi, mata yang masih sulit untuk dibuat melek gara-gara kakinya kebentur manisan meja atau pinggiran meja.
"Aduhhh...."
Tidak mikir panjang-panjang dengan kakinya yang sakit langsung melangkahkan kaki buat bernagkat mandi dan siap berangkat ketempat kuliah. Didepan rumah susah ada mobil warna merah yaitu mobilnya Dara. Dara membuka pintu mobil dan dia langsung duduk didalam mobil.
Rame sekali ditempat kuliah ada anak yang tinggi, cantik, jelek, manis dan sebagainya ada disini. Dilanjutkan jalannya dengan rasa senag kakinya yang kiri mulai melewati pintu kelas, matanya Dara langsung membuka selebar-lebarnya dengan jantungan yang sebelumnya biasa saja berubah menjadi keras. Seudah banyak anak didalam kelas yag mempunyai jadwal sama dengan Dara.
"Mbak jangan berhenti ditengah pintu", suaranya anak laki-laki yang mukul bahunya Dara dengan halusnya.
"Oh...ya maaf", dengan suara yang putus-putus seperti kaset lagu yang rusak.
Kelas dimulai dan dosen memulai absen satu-satu nama mahasiswanya. Bobby nama anak laki-laki yang mukul halus bahunya Dara tadi. Anak laki-laki yang mempunyai tinggi 178 cm, coklat manis, alisnya yang tebal sepeerti pemain sinetron Ricky Harun (hhahha).
Hari kehari anak laki-laki ini terus membantu Dara kalau Dara kesulitan mengerjakan tugas, tidak ada angin dan hujan Bobby bisa mau membantu Dara yang wataknya agak malas. Dara dan Bobby mesti mengerjakan tugas di Pendhapa yang ada ditempat kuliah itu. Buku-buku dibuka dan banyak sekali, tidak sengaja kotoran hasilnya penghapus terbang dimatanya Bobby. Bingung harus melakukan apa Dara cuma ngipas-ngipas kan tangannya didepannya matanya Bobby dengan meniup pelan-pelan.
"Sudah tidak papa, cuma kotoran kecil bukan batunya gunung kelud yang masuk". Ujung mulutnya naik keatas dibarengi dengan matanya yang agak sipit.
"Huuu.. seharusnya itu tadi tidak tak bantu"
"Memang anak kok nakal sekali", setelah tangannya Dara memegang dahinya Bobby pelan-pelan.
Anak dua ini setiap harinya bersama-sama terus. Karena kejadian ini Bobby bicara ke Dara kalau dia suka dan cinta dengan Dara. Kaget tidak terduga wajahnya Dara merah merona dengan nafasnya yang berhenti 3 detik an. Tidak bisa menolak kalau Dara ya memiliki rasa yang saman dengan Bobby. Cinta yang tumbuh dari seringnya bersama-sama. (Cinta berasal dari kebiasaan).
Dibulan ini Dara dan Bobby sudah pacaran 2 tahun. Dara mempunyai niat untuk mengenalkan Bobby dengan Bapak dab Ibunya. Fikirannya Dara kalau Bapak dan Ibunya akan setuju mengetahui Bobby yang baik ke dia dan pintar sekali dikelas.
"Bob, mibggu depan kamu ada acara nggak?" Tanyanya Dara.
"Tidak ada acara, kenapa kok kamu tanya seperti itu". Sautnya Bobby halus ke Dara dengan matanya Bobby yang seperti rembulan dimalam yang menerangi langit.
"Kamu mau gak ikut kerumahku, nanti ketemu Bapak dan ibuku". Lanjutnya Dara menjelaskan ke Bobby.
"Bapak dan Ibunya kamu?". Kaget sekali yang dirasa Bobby dengan nafasnya yang kempas kempis.
"Mau ya...". Rayunya Dara dengan menunjukkan gaya seperti anak kecil.
"Iya, aku mau", jawabnya Bobby yang membuat hatinya Dara.
Hari minggu datang. Dara sudah siap-siap buat ketemu dengan Bobby. Anak laki-laki satu ini terlihat sekali kalau deg-deg an dari caranya berbicara dengan Dara. Sesudah datang dirumah ibu dan bapaknya Dara sudah menunggu di depan rumah. Bobby diajak masuk kedalam rumah dan mulai ditanyai. Bapak dan ibu nya Dara kaget kalau Bobby itu anaknya orang gak punya. Ibunya Dara marah-marah sekali karena merasa kalau anaknya cantik seperti putri bisa disandingkan dengan anak laki-laki yang cuma pantas dan cocok jadi supirnya saja.
"Jangan harap dengan anak ku kamu!", bentaknya ibunya Dara yang merasa marah sekali dan tidak peduli dengan Bobby tang tetap diam saja itu tadi.
"Mau kau beri makan apa abakku kalau kamu seperti ini", lanjutnya yang nyolot kasar ke Bobby.
"Ibukk....", Sautnya Dara yang tidak bisa diam saja kalau anak yang dicintai duperlakukan seperi itu.
"Ibuk bener kalau saya itu cuma anaknya orang yang tidak punya apa-apa, bapak saya cuma orang tani", sautnya Bobby yang mulai berani buat membela dirinya.
"Saya tidak punya apa-apa, namun saya bisa menuruti permintaan Dara, saya masih bisa mengusahakan buk pak.."
Mendengar bicaranya Bobby yang seperti itu, ibuk nya Dara memberi syarat buat Bobby, yaitu kalau Bobby bisa membelikan Dara kalung berlian, dirinya bisa melanjutkan dengan Dara. Bobby menyetujui syarat dari ibuknya Dara dan dirinya mempunyai tekad harus bisa membeli kalung berlian itu.
Setiap hari Bobby tidak mengenal berhenti, kerja apa saja dilakukan buat membuktikan ke Bapak dan ibuknya Dara kalau dirinya cinta beneran dengan Dara. Bicaranya ibuknya Dara yang akan memberi restu kalau Bobby bisa membelikan Dara kalung berlian terus jadi pikiran dibatinnya anak satu ini. Bobby yang cuma anaknya orang tani gak akan bisa beli kalung berlian seperti malek, dirinya bisa kuliah karena dibiayai Pemerintah dari prestasinya menang lomba dalang tingkat Provinsi.
"Apa yang harus ku lakukan??", Unek-unek didalam hatinya Dara melihat orang yang dicintai bekerja tidak memandang waktu.
Dara yang tau Bobby duduk dipinggir lapangan langsung didekati. Dara mengarahkan tangannya yang membawa botol minum didepan wajahnya Bobby yang merah hitam karena kecapekan. Diusap keringatnya Bobby yang menetes didahi dan pipinya. Matanya Dara berkaca-kaca mengetahui apa yabg dilakukan Bobby. Air dimata menetes ke pipi, tangan Bobby mengelus pipi yang ada air matanya.
"Kenapa kok menangis?"
"Berhentilah! Itu pasti berat sekali!"
"Aku tidak akan berhenti, aku akan membuktikan ke ibu dan bapaknya kamu".
"Aku tau namun aku bisa bicara halus-halus ke ibu dan bapak"
"Tidak usah sebentar lagi uang cukup, kamu mau menunggu sampai waktu itu?"
"Iya,, namun beneran gak apa?"
"Aku tidak papa"
Jawabnya Bobby menyebabkan tenang unek-unek didalam hati dan pikirannya Dara.
Disuatu hari Dara bertemu dengan teman SMA nya dan berbincang-bincang. Di sana Dara menceritakan apa yang dirinya alami. Temannya Dara bicara kalau dirinya punya barang bagus dan ajaib tidak ada yang punya didunia ini. Barang ini yaitu 2 lilin warna hitam yang bisa mendatangkan orang yang sudah meninggal didepannya. 2 lilin ini harus dinyalakan bersamadan salah satu harus ditiup dengan membayangkan orang yang diinginkan, dan orang itu akan datang namun kalau lilin ke dua mati orangnya akan hilang lagi.
Dara tidak percaya dengan pembicaraan itu, namun lilin tetap dibawa dan disimpan. Setiap hari melihat lilin dan memikirkan Bobby yang tetap memenuhi syarat ibuknya.
Dret...dret...dret....
Suara hp nya Dara berbunyi, ada sms masuk dari nomor yang tidak dikenal. Sesudah membaca sms itu Dara kaget dan nangis sekeras-kersnya. Ibu dan Bapaknya yang mendengar langsung menuju ke Dara dan tanya kenapa kok anaknya itu menangis. Dara malah tidak jawab dan malah ngasih Hp nya ke orang tuanya .
"Apa ini mbak Dara, saya dapat nomor ini dari Hp nya mas Bobby, sebelumnya minta maaf ini mas Bobby jatuh di Jalan Perum Indah Permata (dekat rumahnya Dara), dan sekarang mas Bobby dibawa di RS AMELIA".
Dara, ibu dan bapaknya langsung berangkat keRS, namun tidak bisa dipercaya disana para temannya Bobby pada nangis dan bilang kalau Bobby sudah meninggal. Dijaketnya Bobby ada kotak kecil dan kotak ini dikasih ke Dara. Tidak ada kata yang keluar karena didalam kotak itu isinya yaitu kalung berlian. Ibu dan bapaknya Dara langsung merasa resah karena sudah buat Bobby kecelakaan dijalan ke rumah. Tidak disangka kalau Bobby bawa kalung berlian itu dijaketnya dan menunjukkan rasa cinta beneran kepada Dara.
Sudah ada 7 hari sesudah Bobby meninggal, Dara terus memandang kalung dari Bobby dirinya ingat kepada lilin yang diberi temannya dan ingin mencoba menyalakan lilin itu. Cuma ada 2 lilin dan lilin pertama kalau ditiup akan membuat orang yang ku inginkan datang namun kalau lilin ke 2 mati orang itu akan hilang lagi.
Dara mulai menyalakan lilin-lilin itu dengan rasa takut, tangannya memulai menyalakan korek namun tidak mau menyala karena sangat terkejutnya. Yang kedua Dara bisa menyalakan 2 lilin itu dan tidak bisa dipercaya kalau lilin pertama ditiup Bobby bisa datang. Langsung Dara merangkul rapat Bobby yang ada dudepannya.
"Apa kamu bisa kembali? Apa bisa diriku sendiri kembali? Kenapa dirikusendiri gak bisa kembali? Aku rindu aku gak mau ditinggal, apa ini akhirnya diriku sendiri? Duku aku mikir kamu dengan senyum dan tertawa namun sekarang hanya tetes air mata yang keluar". Tidak bisa menahan air didalam mata dan meneteslah dipipi yang halus itu.
"Aku tidak papa, jangan menangis saja, aku ingin tau senyummu". Jawabnya Bobby yang ingin membuat Dara tidak menangis.
Namun rasa kehilangan lebih besar Dara takut sekali kalau lilin ke-2 mati. Bobby akan menghilang, anaknya tidak melepaskan tangannya dari Bobby dirangkul rapat dan terus bicara kalau dia tidak mau ditinggal. Tidak bisa diapa-apakan lilin ke2 mati dan Bobby mau menghilang namun Bobby bicara ke Dara.
"Manusia diciptakan untuk hidup dan pasti akan mati siapa saja itu tidak ada yang bisa menghalangi yang membuat hidup kalau sudah menakdirkan makhluknya buat mati, teriak sekerasnya sampai semua terdengar sampai suaranya habis tidak akan bisa hilang dan cinta itu masih ada didalam hati, kalau rindu doakan aku, jangan nangis senyumlah kalau ingat aku, karena gak akan ada yang ingin tau orang yang dicintai menangis, jangan merasa sendiri karena aku sendiri tetap bersama dan selamanya akan terus bersama didalam hati, mati bukan berarti aku menghilang atau aku meninggalkan semua yang ada disini, aku harus pindah dulu karena yang buat hidup tau kalau yang aku tinggal itu kuat, aku gak ada disini namun aku masih ada didalam hati dan jadi kenangan yang bisa terus diingat".
By:fifi rahmatillah
AMARGA SALAH PAHAM”
Suatu hari ….
Tidak seperti biasanya Pras dan Pandu yang sudah seperti teman dekat itu saling tidak tegur sapa dan terlihat sudah dua hari tidak saling tegur sapa, melihat itu Yudha anak baru pindahan dari kota mencoba menengahi supaya pertemanan diantara mereka berdua tidak berantakan.
“Pras, aku lihat-lihat sudah dua hari ini kok tidak tegur sapa dengan Pandu, memangnya kamu ada masalah ya dengan Pandu ?” pertanyaan Yudha menggunakan bahasa jawa yang setengah-setengah. “Tidak kok Yud, tidak ada apa-apa” jawabnya Pras Singkat…” ayolah Pras tidak usah berbohong…kalian kan sahabat, dekat banget malah kata bu Guru, pasti ada sesuatu kan, mungkin saja aku bisa bantu” Yudha tetap bertanya kepada Pras supaya mau cerita.
“Yud, sebenarnya memang aku dengan Pandu sudah tidak tegur sapa dua hari ini, tapi itu karna salahnya kok, mask buku diktat yang di pinjam Pandu itu ngomongnya sudah dikembalikan semingu yang lalu, padahal kenyataanya belum dikembaliakn ke aku, tapi Pandu ngomong kalau sudah dikembalikan saat main ke rumah ku, malah dia nuduh aku pikun. Memang anak itu membuat aku kesal.” akhirnya Pras crita panjang. “Ooo gitu Pras, tapi memangnya sudah kamu cari ke tempat lain selain di meja belajarmu Pras ? ya siapa tau bukunya terselip dimana gitu ?” yudha mencoba bertanya dengan hati-hati. “Apa kamu juga menuduh aku pikun ?” Pras agak kesal di Tanya seperti itu. “Ya nggak gitu, aku kan Cuma nanya...siapa tau kan gitu. Nanti bolehkan aku main kerumah mu, nantu tak coba bantu nyari sekalian belajar bareng seperti biasanya, gimana Pras ?” tanya Yudha. “Ya gapapa sih” jawape Pras. “Iya deh siap. Sampai ketemu nanti sore ya Pras” saut Yudha.
***
Sejam sebelumnya ….
“Jadi gini critanya Yud, masak aku ini ya bohong orang jelas-jelas aku sudah mengembalikan bukunya Pras kok saat aku main ke rumahnya”. “Ooo gitu ceritanya Pan..hemmungkin saja Pras lupa kalau buku yang kamu pinjam sudah kau kembalikan ya” ucap Yudha. “Lagian Pras itu kan pelupaYud kamu tau sendiri kan semoga sih bukunya memang Cuma terselip, aku juga ikut gak enak Cuma gara-gara buku kita jadi tidak tegur sapa begini, dikiranya aku tidak menjaga amanah kan” curhatnya Pandu lagi. “Ya sudah kalau gitu, nanti sore kamu ikut aku saja kita belajar bersama seperti biasanya, nanti sambil jelasin masalah ini biar selesai, gimana ?” ucap Yudha. “Ya sudah aku ikut saja Yud, aku bakal ganti bukunya kalau memang tidak ada” sahut Pandu.
***
Sore itu dirumahnya Pras …
Pandu aku minta maaf ya ternyata buku diktat yang kamu kembalikan kemarin memang sudah aku terima, tapi gara-gara tak buat belajar malam-malam sampai ketiduran malah ternyata di bawah tempat tidur, tadi siang aku temukan saat bersih-bersih kamar…maaf ya aku sudah nuduh kamu belum mengembalikan” Pras berbicara sambil menunduk karna Pandu dan Yudha sampai dirumahnya. “Wah syukur kalau gitu Pras, aku ini juga kepikiran terus. Sudah tidak perlu malu. Aku juga minta maaf karna sudah mendiamkan kamu. Kita ptetap berteman kan ?” jawabnya Pandu. “He em, tidak hanya teman tapi saudara” Pras bicara sambil memeluk Pandu. “Nah gitu donk kalian kan sahabat baik, sudah seharusnya saling memaafkan dan berbaikan lagi seperti ini” ucap Yudha terlihat senang karna usahanya berhasil”. Terimakasih ya Yud…kamu memang baik hati” ucap Pras dan Pandu bersamaan. “Okee sama-sama yuk belajar bersamanya mari kita mulai” ajake Yudha.
By:nadila maharani
Allah Yang Maha Pengasih
Kira kira waktu sudah menunjukan jam 7 pagi. Semua anggota perangakat desa di desa ngadirejo sudah datang semua. Dan ternyata hari ini juga akan diadakan rapat tentang ruwet desa. Ruwat desa adalah tradisi yang diadakan setiap 3 tahun sekali masyarakat akan mengarak gunungan. Setelah itu diteruskan dengan pertunjukan yang dipertunjukan oleh warga ngadirejo tersebut. Setelah acara pamungkas yaitu perwayangan yang diselenggarakan di balai desa.
Sampai bapak kepala desa itu tidak percaya, bahwa pak bejo tukang pembersih teras, menata meja dan kursi malah tidak datang." Ada apa ya?". Pak wira yang tukang bersih bersih itu pasti datang lebih dulu. Pekerjaan yang kurang penting di dahulukan. Tidak lama sudah selesai ganti mengerjakan yang lain. Jadi sesudah perangkat desa datng semua, rapat juga akan segera dimulai, kepala desa langsung keluat ke dapur untuk mrncari istrinya dan berkata" buk, nanti jika sudah yang banyak membantu mengerjakan menghidangkan tamu yang tapat. Coba pak bejo lihat kerumahnya, kok tidak datang untuk bekerja" langsung saja bu kepala desa pergi kerumahnya pak bejo.
Sesampainya dirumahnya pak bejo, rumahnya tertutup rapat, dan tidak berpenghuni." Kira kira pada pergi kemana ya?" Anak dari bejo ada laki laki dan perempuan, yaitu dilan dan meli. Dilqn sudah kelas 3 smk, dan meli baru kelas 2 smp. Kedua anaknya tersebut pandai dan pintar tidak pernah yang namanya tidak naik kelas. Jika sudah pulang sekolah mereka membantu orang tuanya. Ketika libur dilan ingin menggantikan ayahnya, yaitu bekerja bersih-bersih kebun dan menata balai desa. Setelahnya langsung pulang. Tidak salah kepala desa dan keluarganya suka dengan anak anak pak bejo yang sangat rajin dan penurut itu.
Melihat rumah pak bejo sepi, ibu kepala desa ke samping rumah pak bejo, yaitu rumah ibu yah. Kebetulan sekali bu yah sedang membersihkan sumur. Dan bertanya
" bu yah! Kenapa rumahnya pak bejo tertutup ua?" Ibu yah langsung mendekat dan menjawab
" Ohhh.. itu bu, pak bejo baru menghantarkan istrinya ke pukesmas, kalau tidak salah sudah 3 hari mengeluh pusing, bahkan kemarin saya sudah mempijatinya kata pak bejo dan dia sejak tadi malam tidak bisa tidur, namun badanya tetao saja gemetar, oleh karena itu langsung di bawa kerumah sakit"
Bu lurah lalu berkata" oh begitu ya bu yah, terima kasih sudah di beri tau nanti saya akan mengatakannya ke Bapak kepala desa. "
Sesudah mengetahui hal tersebut ibu kepala desa langsung saja pulang. Pagi setelah pak bejo bekerja seperti biasanya. Setelah kepala desa di beritahu oleh istrinya, tidak lama kepala desa langsung saja pergi ke rumahnya pak bejo, untuk menjenguk istri pak bejo yang katanya baru saja sakit.
Sesampainya tiba dirumah pak bejo, semua keluarga pak bejo semua sedang mejaga dan menemani istrinya pak bejo. Lalu pak kepala desq masuk ketempat istri pak bejo sakit. Setelah tiba di depan pintu, tiba-tiba terdengar semua sedang beribadah, pak wira yang sedang menjadi imam. Pak lurah tidak jadi masuk agar tidak mengganggu.
Pak bejo adalah orang yang rajin ibadah ke masjid, di masyarakat juga baik. Bertetangga pun juga baik, juga selalu pintar berkata dengan orang pada umumnya.
"Assalamualaikum, bagaimana keadadaanmu bu bejo, sakit apa anda?
"Pak lurah, bu lurah.. terima kasih sudah datang kerumah saya, sakit saya parah pak.. namun sudah sedikit berkurang" bicaranya yang kurang jelas lalu disambung dengan pak bejo berkata.
"Kata dokter kemarin banyak pikiran"
"Ohh... memikirkan apa anda bu bejo?"
"Meli kemarin bercerita, jika meli tidak boleh mengikuti ujian oleh walikelasnya" bu bejo lalu tidak bisa meneruskan berkata karena menangis, dan seketika meli juga ikut menangis. Pak kepala desa ingin mengetahui apa sebabnya.
Kemudian kepala desa mengajak meli keluar di depan rumah, dan duduk di kursi teras. Pak kepala desa lalu bertanya:
"Sebenarnya, ibumu itu memikirkan apa li? Jika nanti Bapak bisa bantu pasti akan saya bantu ringankan li"
Lalu meli berkata " ibu itu sedih karena belum bisa membayar spo 6 bulan, sekaligus uang untuk ujian sebesar lima ratus ribu rupiah" kata meli sambil sesenggukan.
"Sudah meli, tidak usah di pikir, jika itu yang menyebabkan ibumu sakit, besok akan saya cukupi, besok masuklah sekolah nanti saya bawakan uangnya untuk membayar kekurangan sppmu"
Selanjutnya, kepala desa nasuk lagi ke tempat sakit bu bejo.
"Yu, hutang mu yang dulu tidak perlu di lunasi, aku rela lahir batin, sekarang tidak usah dipikir supaya tenang dan cepat sembuh lagi, dan supaya jika saya repot, anda, pak bejo dan anak-anak bisa saling membantu". Setelah itu kepala desa dan istrinyaizin pulang, dan dihantarkan sampai kedepan pintu. Istri pak bejo juga sudah mulai bisa duduk, melihat anaknya masuk lalu tanganya di serahkan meli, meli dan bu bejo berangkulan sangat erat sambil di saksikan pak bejo yang duduk disamping amben.
Setelah menangis, ibu bejo berkata kepada meli : " berterimakasihlah kepada Allah Swt, bersykur terhadap semua rezeki yang telah diberikan dan lainya. "Iya buk, maka jika menjadi orang jangan suka mengeluh janji jika kita ingat terhadap yang menyiptakan alam dunia. Allah pasti akan memberi pertolongan kepada mahluknya". Meli menyambung" iya pak buk Tuhan maha adil dan memberi rizku melalui pak kepala desa dan ibu kepala desa" benar nak, Tuhan itu maha pengasih!. Setelah iti keluarga bapak bejo sholat isya berjamaah.
By:imelaya dani
Terimakasih
Malam itu suasana di rumah seakan begitu dingin. Semua anggota keluarga tak mengeluarkan satu patah kata pun. Bukan karena marah atau kecewa, namun karena pusing memikirkan bagaimana cara membayar iuran wisata sekolahku.
Awalnya aku hanya ingin mengurangi beban kedua orang tuaku dengan memutuskan untuk tidak ikut study tour. Namun belum selesai ku ucapkan keinginanku, Ayah yang semula terdiam seribu bahasa langsung membantah.
“Tidak, kamu tetap ikut! Sudah tidurlah, besok ayah bayarkan biaya study tourmu”
Ku susuri ruang tengah menuju kamarku. Meski sebenarnya tak bisa tidur, ku coba memejamkan mata dan tak memikirkan apapun. Namun isak tangis ibuku yang terdengar lirih semakin membuatku tak bisa terlelap.
Aku tahu betul mengapa ibuku menangis, namun ayah tetap bersikeras untuk menyuruhku mengikuti kegiatan sekolah tersebut. Dialah sosok pria yang tak pernah membiarkan buah hatinya sedih bahkan malu karena ketidak mampuannya.
Kala itu malam belum terlalu larut, hingga masuk pukul 8.00 malam suara pintu terketuk memecahkan hening di rumahku. Seorang tetangga datang dengan membawa sebuah amplop coklat.
“Malam pak, maaf datang malam-malam”
“Tidak papa pak, silahkan masuk” sambut ayahku.
Setelah keduanya berbincang santai, tetanggaku menyerahkan amplop tersebut pada ayahku. “Ini adalah uang pembayaran tanah yang beberapa bulan lalu digunakan untuk jalan desa.”
Seketika ayahku terkejut. Bagaimana tidak, uang tak tak pernah ia bayangkan sebelumnya tiba-tiba diantarkan ke rumah. Ya, awalnya tanah yang seberapa itu direlakan ayah untuk menjadi jalan umum. Namun karena kebijakan desa, tanah tersebut diputuskan untuk dibeli.
Seperginya tetanggaku, ibu langsung masuk ke kamarku sembari memelukku erat. Tanpa berkata panjang ia memberikan sejumlah uang untuk membayar biaya study tourku. Air mata tak bisa tertahankan dari mata kami, dan malam itu rasa syukur memenuhi hatiku.
By:selva mareta
Sandal Baru
Di pasar adiknya Eka merengek ingin mendapatkan sandal baru. Sandal adiknya
memang telah benar-benar robek dan tidak berbentuk. Adik Eka bernama Rina, yang
usianya 5 tahun. Eka sangat sayang dengan adiknya, karena itu adalah adik satu-satunya.
Eka dari keluarga yang tidak mampu, ayahnya hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan
ibunya adalah tukang cuci di desanya.
"Mbak belika sandal yang warnanya pink itu dong, kelihatannya bagus sekali," pinta Rina
sambil ingin menangis.
"Mbak tidak punya uang, Rin. Uang ini saja hanya akan digunakan membeli sayuran saja,
"jawab Eka pada adiknya.
Meskipun tidak dituruti, Rina tetap menerima. Anak itu sudah mengerti bahwa hidup
mereka sulit, untuk makan saja sudah kesulitan apalagi untuk membeli sandal.
Setelah dari pasar membeli sayuran Eka kembali ke dalam rumahnya yang seperti
gubuk tapi masih tetap terlihat rapi, karena Eka orang yang rajin dan patuh. Rumahnya dari
anyaman bambu dan atapnya telah rapuh dimakan rayap, tapi depan rumahnya banyak
bunga yang mekar.
Meskipun keluarga Eka tidak mampu, tapi ayahnya ingin Eka menjadi sukses dan ingin
menyekolahkannya sampai perguruan tinggi. Ayahnya tidak kecewa karena Eka termasuk
siswa yang pintar di sekolah. Malamnya saat Eka akan belajar dan ayahnya akan kembali
ke pekerjaannya.
"Ka, kamu harus menjadi orang yang berguna dan melebihi ayah yang hanya menjadi buruh
bangunan," kata ayahnya Eka.
"Ya Pak, aku akan berusaha"
Di pagi hari yang dingin Eka sudah bangun dan mempersiapkan sepeda yang akan
digunakan ke sekolah. Eka berangkat pagi karena Eka ingin mengikuti lomba Cerdas
Cermat yang diadakan SMA.Setalah Eka berpamitan dengan orang tuanya.
"Pak, Bu, aku ingin berangkat dulu. Mudah-mudahan, saya bisa menjadi pemenang dalam
lomba agar bias pergi membeli sandal untuk Rina, "Pamit Eka sambil menjabat jabat tangan
orang tuanya.
"Ya, Amin. Hati-hati ya nak, "kata ayahnya.
"Mbak, nanti beli sandal ya?" Adiknya yang senang karena tahu akan dibelikan sandal.
Setelah tiba di Sekolah Eka snagat gugup karena sudah ramai dan ada peserta dari
sekolah lain. Sekolah juga dipasangi spanduk yang warna-warni, dinding sekolah telah dicat
warna oranye yang bagus.
Perlombaan Eka bisa menjawab pertanyaan yang dibacakan juri dengan benar. Ini
waktunya pengumuman juara, ternyata yang mendapatkan juara 1 adalah Eka. Eka
langsung menerima piala serta amplop yang berisi piagam ditambah uang pembinaan. Dia
kembali ke rumahnya dengan gembira sambil mengendarai sepedanya.
" Assalamualaikum. Bu, Pak. "
"Wa'alaikum salam, ada apa, Ka?" Tanya ibu Eka.
"Ibu, aku menerima juara 1 dan Rina akan memiliki sandal baru."
" Alhamdulilah, Ka. Anak Ibu memang benar-benar cerdas.Ibu semakin saying kepadamu."
Kata ibu dengan senang dan bangga.
Pada sore hari, setelah berganti pakaian Eka mengajak adiknya ke Pasar membeli
sandal baru.
"Beli sandal warna apa Rin?" Tanya adiknya ke Eka.
"Warna merah muda Mbak!"
Eka langsung membeli sandal yang diinginkan adiknya. Didalam hati Eka Lega
karena bias menuruti keinginan adiknya dengan jerih payahnya sendiri.
"Terima kasih ya mbak.”
Hati Eka sangat senang.
By:sigit anggara
Persahabatan Menjadi Cinta
Mirna menyalakan motornya cepat-cepat berangkat ke rumahnya Reno, sahabat dekatnya dari duduk di bangku SD. Dirinya berencana akan belajar Fisika bersama di rumah Reno.
Belajar bersama dengan Reno merupakan kebiasaan Mirna sejak duduk di bangku SMP dan kebiasaan utu bertahan sampai mereka kelas. Nyat Reno termasuk anak yang cerdas dalam pelajaran fisika di kelasnya. Di waktu belajar bersama itu mereka juga berbicara banyak hal tentang yang lagi ngetren di kalangan anak remaja, kabar-kabar tentang politik, sampai gosip tentang teman-teman satu sekolah, tidak lepas dari perbincangan mereka.
Sebenarnya mereka tidak pernah berbicara tentang yang namanya cinta. Bagi Mirna dan Reno cinta dapat terwujud kita telah mencapai kesuksesan. Rasa cinta menurut mereka juga termasuk hal yang bisa membuat pelajaran mereka besok. Mereka juga sedang bersiap-siap menghadapi ujian nasional yang sudah dekat.
"Mir kamu pernah merasakan cinta?" Tanya Reno di sela-sela waktu belajar bersama.
"Emm.. Belum pernah tu.." Jawab Mirna santai. Di dalam hati Mirna heran mengapa Reno bertanya seperti itu, padahal di dalam mereka bersahabat Reno tidak pernah bertanya apa yang berhubungan tentang cinta.
"Jadi, kamu belum pernah merasakan bagaimana rasanya cinta?."
"Hahaha kenapa sih kamu Ren? Jatuh cinta ya?"
"Kamu gimana sih Mir, ditanya kok malah balik nanya, jadi membuat tertawa lagi"
"Sudahlah sekarang bukan waktunya memikirkan cinta, cinta, dan cinta. Belajar saja dulu untuk menghadapi UN" Reno hanya menanggapi ucapan Mirna sambil tersenyum.
Sejak dari SMP Reno sudah punya rasa kepada Mirna, yang dari SD sudah menjadi sahabat sejatinya, tetapi dirinya tidak pernah bicara kepada Mirna, dirinya takut jika dirinya bicara yang sebenarnya itu bisa merusak persahabatannya dari mereka masih ingusan. Reno juga tahu bahwa prioritas utama Mirna yaitu menjadi orang sukses. Mirna juga tidak pernah berfikir untuk pacaran, menurutnya itu cuma bisa menghambat sekolahnya. Maka dari itu Reno tidak berani mengutarakan rasa cinta kepada Mirna sebatas diam.
"Mir, mengapa akhir ini kamu kerap muncul di pikiranku, bahkan mimpiku?" kalimat Reno bicara sendiri. "Mengapa rasa ini terus juga bertambah, aku selalu menghiraukan rasa ini, dan lebih mementingkan pelajaranku dibandingkan rasa cinta ini kepada dirimu? Tapi mengapa semakin aku berusaha menghilangkan rasa cinta ini, bayanganmu semakin kuat dipikiranku? Apa kamu merasakan hal yang saat ini aku rasakan? Aku takut rasa cinta ini nantinya membuat persahabatan kita rusak". Malam itu dirinya tidak bisa tidur Reno terus terbayang tentang Mirna.
Ujian yang dinanti-nanti sudah tiba, 3 minggu sebelum ujian, mereka sering belajar bersama, tidak jarang-jarang mereka sama-sama memotivasi satu dengan lainnya. Seringnya dirinya dengan Reno bertemu, tidak mengerti mengapa rasa cinta itu juga bertambah kuat, tidak bisa dirinya hilangkan, tetapi Reno tetap menomer duakan perasaan itu. Dirinya juga percaya pasti ada waktu yang tepat buat mengutarakan tentang perasaannya kepada Mirna. Toh kalau jodoh tidak akan kemana-mana kan?
"Terimakasih Reno, tentang ilmu yang kamu ajarkan kepada aku, juga motivasi-motivasimu" kata Mirna dengan senang
"Hahaha iya iya sama-sama, terimakasih juga sudah mengajari aku. Syukur Alhamdulillah ya Mir, kita lulus dengan nilai yang memuaskan" kata Reno tidak kalah senang
"Iya..iya..duuh.. Emang kamu sahabat paling baik buat aku" kata Mirna dengan mendaratkan pelukan di badan Reno.
Benar saja Reno terkejut sama apa yang Mirna lakukan. "Aku cinta kamu lebih dari sahabat Mir, aku cinta dengan dirimu, apa kamu tidak merasakan itu semua?" di dalam hati Reno berkata.
Tiba-tiba HPnya Reno bunyi, ternyata Mirna yang telepon. Dirinya mengajak Reno pergi ke perpustakaan kota untuk mencari satu buku, Reno mengiyaka ajakan Mirna.
Ditengah diskusi mereka tentang yang terdapat di dalam buku yang diambil Mirna, Reno tidak puas berhenti melihat wajah Mirna yang terlihat manis.
"Mirna aku mau bicara sama kamu" kata Reno
"Iya bicara saja, emang mau bicara apa?" jawab Mirna seperlunya.
"Aku suka sama kamu sejak SMP, tapi maaf aku baru bisa bilang sekarang. Mau tidak kamu jadi pacarku?" kata-kata itu keluar dari mulut Reno.
"Jangan bercanda ah.." jawab Mirna.
"Tidak, aku tidak bercanda ini serius. Gimana kamu mau?" keadaan seketika menjadi hening.
"Sebenarnya aku juga suka sama kamu, dan iya aku mau jadi pacar kamu" jawab Mirna malu-malu
"Tetapi maaf sebelumnya aku tidak pernah bicara tentang ini. Aku 5 hari lagi akan berangkat ke Australia. Aku diterima kuliah disana" kata Mirna. Wajah Reno mendadak terkejut
"Syukurlah kalau begitu, itu kan salah satu impianmu kalau urusan hubungan kita, jangan khawatir aku selalu jaga cinta ini, dan bakal selalu menunggu kamu sampai nanti kamu pulang nanti"
"Terimakasih ya pengertiannya No, aku juga bakal menjaga cintaku untuk dirimu meskipun jauh"
By:nur hesti
Kalkulasi pahala
Soreitu menuggu azan makreb tanda bukapuasa Pras,Yudi dan pandu berbincang bincang di depan rumah nya Pras. Rencana Meraka sholat makreb di mushola dekat desa sekalian sholat Isak dan teraweh .tetapi Pras sengaja tidak teraweh di dekat dekat desa karena malu dengan pak Usman whtu kemaren itu .saat lagi asik berbincang pandu tiba tibamenggeluwarkan buku dari balik kaos nya ,buku tipes yang kotor di buka dan dibaca sendiri "Pras q pinjam polpen nya pandu meminta tanpa melihat temannya " buwat apa kk kamu gaya banget bawah buku sekarang pinjam polpen Pras yang kenal watak nya pandu agak binggu tidak biyasa biyasannya mengerjakan tugas . " Halah """ Pras pelit bener kamu jadi orang sama temen kk pelit nanti q balikin " jawab pandu " iy iy nanti q ambilkan dulu ,gitu aja mrah , jemberut kayak pendukung capres "jawab Pras " asliyanya kamu buwat apa pan ? " Yudi yang bertanya pada pandu ."lagu mau ngitung yud" jawab pandu ringkas "wah...kk nggak kayak biyasa biyasa nya , tapi kk kayak nya nggak ada tugas matematika pan "Yudi agak terheran dengan jawabannya pandu ."ini bukan ngitung matematika itu yud " " ini Lo polpennya , balikin iya kalok udah selesai beneran kalu udah selesai " Pras memberikan polpel buwat pandu " la...terus kamu ngitung apa pan ? "Yudi yang terus tanya karenan belum dapat jawaban dari pandu ."teman teman ,kamu ingget nggak apa yang di bilanggi pak yus guru agama kita pas ngajar di kelas sebelum puwasa kemarin ? "Pandu tuannya kepada teman temannya "bilanggi apa ? Bab yang mana " ?" Pras mncoba mengingat ngingat pada ngatuk kamu paling , gini Lo ya pakyus bilangin kalok di bulan Ramadan speti sekarang ini semua amal kita dapat pahala yang dilipat gandakan "pandu menjelaskan kan kepada ."oo yang bab itu,memang bener di bulan Ramadan Memeng bulan yang bagus ,makannya orang orang berlomba buwat ibadah seperti orang tidur sewaktu Ramadan saja mndapatkan pahala apalagi berbuwat baik pasti akan tumbuh tabungga pahala nya" nah ...seperti itu ,jadi buku ini itu semua isinya adalah perbuatan q mulai hari pertama ,lengkap dari sholat puwasa,menggisi kotak amal , menolong orang yang kesusahan " pandu akhirnya bercerita " whaat ...? "Jadi itu buku cerita Coretan amal ? " Pras bertanya setengah tak percaya ." Ooolengkap sama itung itunngan nya juga ,contoh nya sholat jamaah kan pahala nya dobel ,207 kali lipat sumbagan duwaribuwan dikali sepuluh ,menulung Mbah Jono ambil rumput untuk makanan sapi bantu paklek .... " Critannya Pras panjang stop setop pan "Yudi langsung menyetop temannya yg bicara panjang lebar "kamu kayak nya salah penggetiyan deh ,gini ya...Yendi maksut bulat romadan bukan seperti itu Pahala itu bukannya kamu menyamakan dengan nabung uang di kopsis erhari seribu dan bisa kau hitung sendiri hasilnya" yudhi menjelaskan pelan-pelan "iya pan lagian yang memberikan pahala cuman Allah Swt,belum tentu ibadahmu yang kamu kira sudah baik dan benar itu di terima dan bisa dapat pahala jadi intinya kita harus jadi manusia baik -baik saja,insaAllah semua ada balasanya di akherat nanti" pras menambahai omonganya yudhi
Plok...plok...pandu tiba-tiba tepuk tangan dan senyum seyum sendiri
"Teman-teman,kamu memang pintar,keren,tapi kurang ganteng,maaf ya sebenarnya aku gak serius ngitung pahal lo..buku ini coretan gambar buat bikin komik....hhhhaaaa....terima kasih atas pencerahanya pak ustad" pandu langsung siap siap lari karena yudhi da pras siap siap melempar sandalnya. Dan adzan maghrib pun tiba.
By:mutiara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar